PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN AKTIVITAS PERKULIAHAN MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING PADA PROGRAM MAHASISWA STUDI BK FKIP UKSW

Setyorini
Tritjahjo Danny Susilo
Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas belajar Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Cukup banyak mahasiswa Progdi BK FKIP yang belum aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini nampak ketika perkuliahan berlangsung mahasiwa tidak berani bertanya dan jarang mau menjawab pertanyaan jika diberi kesempatan. Selama Pra Penelitian, mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan sekitar 53% dari setiap kelasnya. Mahasiswa yang tidak aktif pada umumnya banyak menggantungkan pada pendapat mahasiswa yang lain berani menyatakan pendapatnya sendiri. Kondisi ini berujung pada hasil tesnya, dengan rerata nilai sebesar 50. Berdasar masalah tersebut, maka peneitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar mahasiwa dalam perkuliahan Perkembangan Peserta Didik melalui penerapan metode Discovery Leaming.

Subjek penelitian adalah mahasiswa pengambil mata kuliah Perkembangan Peserta Didik kelas A, sejumlah 32 orang (1 kelas). Materi perkuliahan berupa faktor-faktor karakteristik yang berpengaruh terhadap perkembangan anak baik pada jenjang SD, SLTP maupun SLTA, serta perkembangan sosial moral dan emosinya. Variabel penelitian ini berupa (a) aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan, dan (b) pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan. Teknik mengikuti data penelitian berupa (a) Observasi untuk pezaman aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan (ketika presentasi dan diskusi di kelas serta selama melakukan observasi di sekolah), dari (b) Tes. Adapun indikator kinerja penelitian berupa (1) 80% mahasiswa telah aktif dalam pembelajaran (diskusi, mencari dan mengolah informasi, menyimpulkan, dan mempresentasikan hasil), dan (2) 80% mahasiswa memiliki pemahaman yang jelas dan benar tentang materi (rerata nilai minimal70). Teknik analisis penelitian berupa deskriptif kuantitatif maupun kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua Siklus. Subjek penelitian dikelompokkan menjadi 6 kelompok dalam melakukan pembelajaran discovery, dengan tahap diskusi penyusunan hipotesis, tahap pembuktian hipotesis melalui pengamatan di sekolah, dan tahap presentasi untuk melaporkan hasil pembuktian. Berdasar pengamatan aktivitas perkuliahan, mahasiswa yang tergolong Sangat Aktif pada Siklus I ada 25 orang (78,1 %), dan menjadi 28 orang (87,5%) pada Siklus II. Berdasar hasil tes pada Siklus I sebaran nilai mahasiswa juga cukup menggembirakan karena mahasiswa yang mendapat nilai berkategori Tinggi, dan Sangat Tinggi lebih dominan yakni berjumlah 20 orang (62,6%), dan yang berkategori Tinggi pada Siklus Il menjadi 29 orang (90,6%). Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan discovery leaming telah meningkatkan keaktifan perkuliahan maupun pemahaman materi pada mahasiswa pengikut mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Kata Kunci : Aktivitas Perkuliahan, Tingkat Pemahaman, Discovery Learming, Penelitian Tindakan kelas (PTK)

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Para ahli pendidikan maupun psikologi mengakui bahwa tujuan pendidikan akan dapat tercapal jika peserta didik aktif melakukan keglatan belajar. Belajar sebagai keglatan berproses, Merupakan unsur fundamental dalam pendidikan. Menurut Gagne bahwa belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Hintzman, menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku tersebut (Syah, 2003).

Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka pengajar harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. Pengajar bertugas membantu orang belajar dengan memilih strategi pembelajaran yang paling memungkinkan proses belajar peserta didik berlangsung optimal.

Kenyataannya, berdasar hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa pengajar, ternyata terdapat beberapa mahasiswa Progdi BK FKIP yang belum aktif dalam kegiatan belajar. Rendahnya aktivitas belajar tersebut dapat terlihat dari pasifnya mahasiswa tersebut dalam perkuliahan yakni ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa tidak berani bertanya dan jarang mau menjawab pertanyaan, serta belum berani menyatakan pendapatnya jika diberi kesempatan.

Kondisi secara umum di atas tenyata juga terjadi pada perkuliahan Perkembangan Peserta Didik. Dalam pembelajaran, selain menggunakan ceramah, pengajar sudah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Namun, ternyata tidak begitu banyak (sekitar 53%) mahasiswa yang aktif dalam kegiatan perkuliahan tersebut. Mahasiswa yang tidak aktif pada umumnya banyak menggantungkan pada pendapat mahasiswa yang lain daripada berani untuk menyatakan pendapat sendiri. Ketidak-aktifan mahasiswa dalam perkuliahan matakuliah tersebut berimbas pula pada hasil pemahaman yang diperolenya. Berdasarkan hasil tes awal (kuis) pada matakuliah Perkembangan Peserta Didik, mahasiswa yang mendapat nilai tertinggi (di atas 80) hanya 30% dari sejumlah 32 mahasiswa. Sebaliknya yang memiliki nilai terendah (di bawah 55) masih sebanyak 35%, sisanya ( 35%), memiliki nilai antara 56 sampai dengan 79. Rerata nilai hasil tes awal di antara 32 mahasiswa pengambil matakuliah Perkembangan Peserta Didik tersebut sebesar 50. Jika hal ini dibiarkan maka pada gilirannya akan berpengaruh pada kualitas lulusan Progdi BK FKIP UKSW.

Berdasar permasalahan tersebut, perlu ditekankan adanya kegiatan belajar secara aktif. Salah satu wujud penerapan pembelajaran yang membuat mahasiswa menjadi aktif adalah dengan menggunakan metode Discovery Learning, yang mementingkan penggalian informasi, diskusi dan perumusan kesimpulan antara anggota tim untuk menyelesaikan tugas- tugasnya. Melalui metode pembelajaran secara kelompok tersebut diharapkan mahasiwa menjadi aktif. Pemakaian metode ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik, melatih peserta didik memanfaatkan lingkungan (antara lain lingkungan sekolah) sebagai sumber belajar, dan mengarahkan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Metode discovery merupakan bentuk proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menemukan sendiri informasi atau fakta dengan atau tanpa bantuan pengajar. Pemakaian metode ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik, melatih peserta didik memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dan mengarahkan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Kelebihan metode ini dapat memotivasi belajar pada diri peserta didik, yang memungkinkan peserta didik untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (Syah, 2003).

Selanjutnya, Syah (2003) menyatakan bahwa Enquiry – discoveri learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem pembelajaran ini, pengajar menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan mempergunakan tehnik pendekatan pemecahan masalah. Melalui pendekatan inilah maka peserta didik terdorong untuk menggunakan kemampuan kognisinya secara aktif untuk melakukan kegiatan belajar. Selain itu, adanya pengalaman belajar yang konkrit tersebut maka meletakkan infomasi atau pengetahuan hasil belajarnya ke dalam ingatan yang berjangka panjang.

Berdasar kenyataan di atas maka tim peneliti merancang suatu metode Discovery Learning untuk mengatasi permasalah rendahnya pemahaman dan mahasiswa dalam perkuliahan, khususnya pada matakuliah Perkembangan Peserta Didik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar mahasiwa melalui penerapan metode Discovery Learning dalam perkuliahan Perkembangan Peserta Didik.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiwa

  1. Memiliki pengalaman belajar yang lebih variatif sehingga dapat berpikir secara kritis
  2. Terbiasa mengeluarkan pendapatnya, dapat bekerjasama dan saling menghargi

    pendapat kelompoknya

2. Bagi Pengajar

  1. Memperoleh pengalaman dan keterampilan menerapkan metode Discovery Learning
  2. Terbiasa memperhatikan dan mengatasi persoalan yang dihadapi selama

    pembelajarannya.

3. Bagi Peneliti

  1. Terbiasa bekerjasama dengan sesama peneliti lain dalam melakukan penelitian
  2. Dapat menerapkan suatu novasi pembelajaran

4. Bagi Lembaga
Laporan penelitian ini dapat dimanfaatkn sebagai sala satu unsur penting dalam kepentingan akreditasi Progdi BK

KAJIAN TEORI
Belajar Melalui Pengalaman

Belajar bukan hanya sekedar pengalaman, dan bukan suatu hasil, tetapi merupakan suatu proses. Belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai pandangan Cronbach (1954) yang menyatakan sebagai berikut :

“Learn is shown by change in behavior as a result of experience”

Berdasarkan pandangan tersebut, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalama proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indraya.

Kondisi tersebut juga diungkapkan oleh Haditono, dkk. (1999) bahwa dasar perkembangan kognitif ada dalam pengalaman melalui berbuat aktif dengan benda-benda di sekelilingnya. Tugas seorang pengajar di sini adalah menciptakan situasi-situasi tertentu supaya apa yang sebetulnya akan diberikan secara verbal pada peserta didik dapat dilakukan sendiri oleh anak dengan berbuat aktif dengan benda-benda. Dengan cara begitu maka anak akan memperoleh pengalaman dan dapat mengadakan asimilasi dengan struktur kognitif yang sudah ada, atau dapat mengadakan akomodasi pada hal-hal baru yang datang dari luar. Selain itu, menurut Furth (Haditono, dkk. 1999). bahwa banyak orang mengusulkan untuk mengganti sistem pelajaran yang bersifat mendengarkan menjadi sistem pelajaran yang bersifat berbuat aktif. Pada pembelajaran, dianjurkan hendaknya pengajar mengupayakan pada setiap pembelajaran, melalui aktivitas konkret atau melalui kegiatan dengan “menyentuh” atau melakukannya (mengalaminya) sendiri terutama mengkaitkan langsung dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam pembelajaran, keterlibatan (partisipasi) peserta didik secara aktif merupakan bagian yang esensial dari suatu proses belajar mengajar. Dalam hal ini makna partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Menurut Richardson, (Darmodjo, 1992) maksud dari keterlibatan peserta didik secara aktif adalah learning by doing. Peserta didik harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.

Hal ini juga senada dengan pandangan Winkel (1987) bahwa setiap hasil kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada peserta didik; perubahan itu akan nampak dalam tingkah laku atau prestasi peserta didik (performance). Istilah “kegiatan belajar”, dewasa ini digunakan juga istilah “perbuatan belajar” sebagai terjemahan dari learning activity, kedua istilah itu menekankan bahwa peserta didik harus aktif sendiri.

Hal ini juga didukung oleh pandangan Nasution yang dikutip Abror (1993) sehubungan dengan prinsip-prinsip belajar, bahwa salah satunya adalah belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. Learning by doing. The process of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. Prinsip- prinsip ini sangat penting.

Berkaitan dengan teori belajar, dua di antara empat belas titik kesepakatan yang dicatat Hiligard (1956) menyatakan bahwa 1) partisipasi aktif dari pelajar lebih baik daripada persepsi atau tanggapan yang pasif, kalau belajarnya, misalnya, dari kuliah atau film, dan 2) bahan- bahan yang bermakna dan tugas-tugas yang bermakna dipelajari dengan lebih mudah daripada

bahan- bahan yang tak bermakna dan dipelajari dengan lebih mudah daripada tugas-tugas yang tak dapat diketahui oleh pelajar.

Berdasar hasil penelitian Danny (1997), pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif terutama dengan mengalaminya sendiri, dapat mendukung pada keberhasilan belajar, yakni peserta didik menjadi antusias dan penuh perhatian, dapat menyimpulkan sendiri hasil pembelajaran secara benar, serta meningkatkan hasil belajarnya. Kondisi pembelajaran seperti di atas mendukung terciptanya pembelajaran yang bermakna, sehingga apa saja yang telah dipelajari tersebut tidak mudah begitu saja dilupakan oleh peserta didik.

Discovery Learning

Beberapa metode yang dapat mendorong peserta didik dapat belajar secara aktif di kelas, antara lain metode diskusi, metode penugasan, metode discovery inquiry. Menurut Jerome Bruner (Syah, 2003) bahwa Discovery Learning adalah teori penyelidikan pembelajaran berbasis konstruktivis yang terjadi dalam pemecahan masalah situasi di mana warga belajar menarik pada pengalaman masa lalu sendiri dan pengetahuan yang ada untuk menemukan fakta dan hubungan dan kebenaran baru yang akan dipelajari. Peserta didik berinteraksi dengan dunia melalu eksplorasi dan memanipulasi obyek, bergulat dengan pertanyaan dan kontroversi atau melakukan percobaan. Hal ini dapat lebih mungkin untuk mengingat konsep dan pengetahuan yang ditemukan pada mereka sendiri. Model yang didasarkan pada penemuan model pembelajaran meliputi: penemuan terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis simulasi, pembelajaran berbasis kasus, pembelajaran insidental.

Bruner (Syah, 2003) menyatakan bahwa pertumbuhan intelektual dan perkembangan belajar anak diorganisir dari Iingkungannya secara bertahap, dengan melalui proses pemberian arti terhadap sesuatu yang disebut dengan konseptualisasi. Konsep dibangun melalui pengalaman dan suatu prosedur yang disebut sebagai coding, yaitu mengacu pada hubungan antara kategori umum dengan khusus. Melalui pendidikan dapat membantu anak-anak untuk mengkode (encode) pengalamannya dari yang spesifik ke yang umum. Prosedur ini membutuhkan jalan teoritis dan praktek. Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila materi pembelajaran disesuaikan dengan dengan tahapan-tahapan perkembangan anak, pertama-tama anak-anak harus mengalaminya (tahap enactive), kemudian memberikan reaksi (tahap iconic), dan akhimya memberi simbol terhadapnya (tahap simbolis)

a. Keuntungan dan Kelemahan Discovery Learning
Beberapa keuntungan yang diperoleh dalam menerapkan discovery leaming, antara

lain:

  1. Pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat, dibandingkan dengan cara-cara lain,
  2. Dapat meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi untuk memecahkan permasalahan,
  3. Dapat membangkitkan keingintahuan, memotivasi peserta didik untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya.
  4. Mendorong keterlibatan aktif.
  5. Mempromosikan otonomi, tanggung jawab, kemandirian.

6. Pengalaman belajar yang disesuaikan. Sedangkan kelemahan dicovery learning berupa:

  1. Waktu pembelajaran relatif lebih lama sehingga tidak bisa menyelesaikan materi lebih cepat.
  2. Bagi warga belajar yang kurang aktif/kurang bisa mengikuti pembelajaran ini akan mengalami kesulitan di kelompoknya sehingga hasil pembelajarannya kurang baik.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Dicovery Learning

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode discovery menurut Walter

Klinger, SEQIP (1997) adalah sebagai berikut:

  1. Motivasi, bertujuan menuntun warga belajar kearah materi pendidikan, untuk

    membangkitkan rasa ingin tahu, antusiasme dan kesediaan belajar.

  2. Perumusan masalan, bertujuan memfokuskan perhatian warga belajar agar mengenali

    masalah yang akan dibahas.

  3. Penyusunan opini-opini, berdasarkan pengalaman atau interpretasinya sehingga dapat

    memberikan hipotesa dari permasalahan yang diberikan.

  4. Perencanaan dan konstruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkonstruksi suatu

    perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan

    hipotesa dan penentuan saling keterkaitan antara parameter-parameter yang relevan.

  5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk

    tujuan ini.

  6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa pengetahuan

    ilmiah yang baru

  7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang

    diperoleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep- konsep yang tepat.

  8. Konsolidasi pengetahuan, bertujuan agar warga belajar semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur.

    Dalam discovery learning baik guru/pengajar maupun peserta didik, masing-masing

mempunyai peranannya sendiri. Hal ini dimungkinkan karena guru berperan dalam:

  1. Merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan.
  2. Membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai

    adalah belajar dengan bekerja sama)

  3. Membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara pelajar dan siswa

    selama pembelajaran berlangsung

  4. Mencari keunikan peserta didik, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan

    modalitas belajar, dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah menjadi perhatian yang setara dan seimbang

  1. Menilai peserta didik dengan cara yang transparan dan adil dan harus merupakan penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill (biasa disebut psikomotorik)
  2. Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek
  3. Membuat portfolio pekerjaan warga belajar
  4. Merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di

    dalam kelas

  5. Membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai

    adalah belajar dengan bekerja sama)

Sedangkan Peserta didik/Warga belajarberperan dalam:

  1. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
  2. Melakukan riset sederhana
  3. Mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang.
  4. Memecahkan masalah (problem solving)
  5. Belajar mengatur waktu dengan baik
  6. Melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima

    pendapat orang lain, belajar menjadi team player)

  7. Mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action
  8. Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan,

    mendengarkan guest speaker)

  9. Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok

    Dalam pencapaian tujuan di atas Carin menyarankan hal-hal berikut: (1) Membantu

peserta didik untuk memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan, (2) Memeriksa bahwa semua peserta didik memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan, (3) Menjelaskan tentang cara bekerja yang aman, (4) Mengamati setap warga belajar selama mereka melakukan kegiatan, () Memberi waktu yang cukup untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan, dan (6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.

1) MemotivasiPesertaDidikAgarMauBelajar

Discovery leaming lebih berorientasi pada peserta didik bukan guru, sehingga aktivitas peserta didik dalam pembelajaran sangat tinggi. Oleh karena itu, motivasi dari peserta didik sangat diperlukan. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar peserta didik memiliki motivasi tinggi untuk belajar antara lain:

  1. Memberikan materi pembelajaran yang lebih mudah atau mendasar terlebih dahulu sebelum mengarah pada materi yang rumit, karena dengan cara ini memungkinkan untuk mencapai keberhasilan pada setiap tahap dan menghindari rasa putus asa atau kecewa; yang pada akhirnya menyebabkan tidak mau belajar lebih lanjut.
  2. Guru sebagai fasilitator harus terus menerus memberikan tantangan, motivasi dan perhatian kepada setiap peserta didik untuk memecahkan masalah.

c. Menyediakan sumberdaya yang cukup, seperti peralatan maupun bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan belajar.

2) MerumuskanTujuanBelajar

Tujuan belajar tidak dinyatakan secara eksplisit dan mendetail. dimana peserta didik harus mencapai hasil belajar sesuai dengan indikator yang ditetapkan guru. Tujuan dirumuskan dari sejauhmana peserta didik mampu dengan usaha pencariannya sendiri memperolen hasil belajarnya. Dengan demikian, materi pembelajaran tidak disampaikan kepada murid dalam bentuk hasil akhir.

3) MenentukanMateriPelajaran

Penentuan materi pelajaran menggunakan konsep spiral curriculum untuk mengembangkan konsep yang lebih tinggi tingkatan abstraksinya. Artinya bahwa materi- materi pelajaran yang bersifat dasar terlebih dulu diperkenalkan sebelum bertanjut pada aplikasi materi. Demikian juga perlunya untuk terlebih dulu membangun pemahaman awal sebelum mengarah pada pemahaman konsep yang lebih matang. Pembelajaran dikembangkan dari contoh-contoh yang spesifik menuju keprinsip yang umum melalui jalan induksi. Salah satu caranya dengan menemukan pelajaran baru dari hasil usaha pencarian sendiri dari warga belajar.

4) MenyelenggarakanPembelajaran

  1. Peran guru lebih sebagai fasilitator bukan sebagai guru yang mentranfer

    pengetahuan

  2. Pembelajaran distimulasi dan diseting dengan permasalahan-permasalahan yang

    menjadi tantangan bagi anak didik untuk dipecahkan.

  3. Menyediakan sumberdaya lingkungan belajar yang banyak, seperti bahan-bahan

    dan alat-alat untuk pembelajaran.

  4. Memonitor kualitas pembelajaran dari kemampuan, perhatian dan pengalaman

    peserta didik, sehingga penentuan hasil pencapaian belajar dilakukan secara

    individu pada setiap peserta didik.

  5. Menciptakan iklim belajar yang menjadikan peserta didik aktif berperan serta dalam

    kegiatan belajar, aktif bertanya, melakukan aktivitas seperti membuat gambar,

    diagram, menulis kesimpulan, dan menceritakan pengalamannya.

  6. Pembelajaran discovery learning membutuhkan waktu relatif banyak, sehingga

    pertu manajemen waktu yang baik, sehingga pembelajaran menjadi efektif.

5) Penentuan Kemajuan atau Pencapaian Belajar dan Pembelajaran Kembali

Evaluasi dilakukan secara individual pada setiap peserta didik karena pada dasarya setiap peserta didik tingkat perkembangan memiliki yang berbeda. Pengukuran hasil pencapaian belajar dilihat dari peningkatan pemahaman terhadap keseluruhan materi, tidak secara parsial pada materi pada tahapan tertentu saja. Kualitas pembelajaran dimonitar dari kemampuan, perhatian dan pengalaman peserta didik.

Temuan Penelitian yang Relevan

Pentingnya metode pembelajaran inquiry discovery diperkuat dari adanya beberapa temuan hasil penelitian, antara lain oleh Rusdiani, Irma (2006) yang menerapkan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial memperoleh hasil sebagai berikut : (1) memberikan hasil proses

pembelajaran yang bermakna, peserta didik sangat aktif dalam proses pembelajaran dan peserta didik memiliki kesan baik terhadap matapelajaran, 2) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir kritis, dan (3) meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Demikian juga dengan temuan penelitian Ari Astikah (2006), yang memperoleh data bahwa nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kritis peserta didik mengalami kenaikan yang cukup signifikan setelah menggunakan discovery learning. Sikap kritis peserta didik pun mengalami perubahan, sebagian besar peserta didik sudah tidak banyak bertanya tetapi dapat mengemukakan pendapatnya bahkan mereka berani berdebat. Dalam kerja kelompokpun mereka sudah terlihat adanya kerja sama, peserta didik yang pandai membimbing anggota kelompoknya yang masih belum mengerti.

Hipotesis Penelitian

Berdasar uraian teori di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah aktivitas dan pemahaman materi mahasiswa dalam perkuliahan Perkembangan Peserta Didik semakin meningkat melalui Discovery Learning.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model kolaboratif. Menurut DannyS (2005) PTK merupakan suatu penelitian bersiklus dengan berbagai alternatif tindakan yang bertujuan untuk mengatası masalah pembelajaran di kelas, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah mahasiwa pengambil mata kuliah Perkembangan Peserta Didik pada Semester 2 2010/2011sejumlah 32 orang. Pengambilan subjek penelitian in dipilih berdasarkan atas hasil rerata hasil pre-tes masih rendan, sebesar 50, dan keaktifan dalam perkuliahan masih dominan berkategori rendah.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas yakni berupa pelaksanaan metode pembelajaran discovery (discovery learning). Sedangkan variabel terikatnya berupa:

  1. aktivitas mahasiswa selama perkuliahan, baik dalam diskusi penyusunan hipotesis, pembuktian hipotesis melalui pengumpulan data ke sekolah, maupun saat presentasi di kelas.
  2. pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan (berdasar hasil tes), khususnya mengenai perkembangan sosial, moral serta emosi anak dan remaja.

Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah:

  1. aktivitas mahasiswa selama perkuliahan, dengan sumber data dari sikap dan perilaku mahasiswa. Pengamatan tentang aktivitas tersebut selama mahasiswa menyusun hipotesis, pembuktian hipotesis melalui pengamatan di sekolah, maupun ketika presentasi di kelas
  2. pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan, dengan sumber data dari hasil tes.

Teknik pengumpulan data penelitian berupa:

  1. Observasi untuk mengamati aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan, dengan instrumen berupa panduan observasi. Observasi dilakukan semenjak diskusi penyusunan hipotesis oleh masing-masing kelompok, pelaksanaan pembuktian (pengamatan) hipotesis di sekolah, dan presentasi hasil pembuktian di perkullahan.
  2. tes (soal tertulis) untuk mengumpulkan data tentang pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian berupa:

  1. 80% mahasiswa telah aktif dalam pembelajaran (dalam diskusi penyusunan hipotesis, pembuktian hipotesis, dan mempresentasikan hasil di kelas)
  2. 80% mahasiswa memiliki pemahaman yang jelas dan benar tentang materi, (rerata nilai minimal 70)

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian berupa deskriptif kuantitatif maupun kualitatif, dengan menekankan keberhasilan penelitian sesuai rumusan indikator kinerja. Deskriptif kuantitatif dilakukan untuk menganalisa nilai setelah pembelajaran, dan deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa aktivitas mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan model proses, yang terdiri dari tahap identifikasi masalah sampai dengan tahap mahasiswa refleksi dan evaluasi. Dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari sekitar 5 orang. Terlebih dahulu subjek penelitian diberi penjelasan tentang materi secara ringkas, dan selanjutnya diberi tugas bersifat problem solving. Pemecahan permasalahan tugas tersebut dengan menyusun hipotesis yang dilandaskan dani referensi (kepustakaan dan pengalaman). Pencarian atau pembuktian hipotesis oleh masing-masing kelompok dilakukan dengan melakukan pengamatan di sekolah. Selanjutnya, hasi laporan pengamatan selama di sekolah dipresentasikan di kelas.

Adapun rancangan penelitian selama siklus I berlangsung disusun sbb.

Bagan Alir Kegiatan Penelitian Siklus I

TAHAPAN Dosen/Peneliti Mahasiswa

Siklus I

Perencanaan Metode Pembelajaran

Persiapan diri dalam Mengikuti Perkuliahan

  1. Menyusun beberapa pertanyaan/tugas
  2. Menyusun panduan observasi aktivitas mahasiswa dalam pengumpulan data ke sekolah
  3. Menyusun contoh/format aspek yang diobservasikan oleh mahasiswa ketika di sekolah

Pelaksanaan di kelas (Perkuliahan)

  1. Memeahami metode discovery leraning & tugas kelompoknya
  2. Menyusun hipotesis melalui diskusi kelompok berdasarkan studi pustaka
  3. Menyusun rencana untuk melakukan observasi ke sekolah untuk mengumpulkan data (a.1 penentuan sekolah & penyiapan surat ijin observasi ke sekolah, menyiapakan format /panduan observasi)
  1. Menyampaikan penjelasana

    rangkaian kegiatan tentang metode pembelajaran (Discovery)

  2. Memotivasi mahasiswa dalam

    melaksankan tugas

    dan perkuliahan

  3. Memberi tugas setiap

    kelompok

Pelaksanaan Ke Sekolah

  1. Melakukan observasi tentang aktivitas setiap mahasiswa di kelompoknya masing- masing
  2. Mendokumentasi (foto aktivitas mahasiswa)

1. Secra berkelompok mengumpulkan data ke sekolah untuk pembuktian hipotesis sesuai panduan yang dikembangkan oleh setiap kelompok

SIKLUS PERTAMA

  1. Mengolah atau mengklasifikasi & meganalisis data hasil observasi
  2. Membuktikan hipotesis berdasar temuan hasil observasi
  3. Menyiapkan materi hasil analisis untuk presentasi

Pengolahan Data (pra-presentasi di perkuliahan)

  1. Mengolaha tada mahasiswa selama observasi
  2. Menyusun soal tes

Presentasi di Perkuliahan

  1. Setiap kelompok mempersentasikan hasil analisis atau pembuktian hipotesis dengan data hasil observasi
  2. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi
  3. Menyimpulkan hasil materi diskusi
  4. Mengerjakan postes
  1. Menjelaskan metode dan proses persentasi
  2. Mengobservasi & menilai

    interaksi/diskusi

    mahasiswa

  3. Menanggapi &

    menjelaskan kesimpulan isi materi diskusi

  4. Melakukan postes
  5. Mendokumentasi (foto)

    aktivitas mahasiswa di kelas

Refleksi dan evaluasi

1. Mendiskripsikan (Analisis) tabel data nilai dan hasil pengamatan

1. Merefleksi hasil aktivitas kelompok & tes

berdasarkan pengumuman

Rancanagan siklus II

Menyusun rancangaan berdasar temuan masalah siklus I

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra Siklus

Subjek penelitian adalah mahasiswa pengambil matakuliah Perkembangan Peserta Didik pada Semester 2 2010/2011, Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW. Jumlah subjeck sebanyak 32 orang, terdiri dari 20 laki-laki dan 12 mahasiswa perempuan.

Keaktifan dalam Perkuliahan

Berdasarkan pengamatan Pra Siklus selama pembelajaran mata kuliah Perkembangan Perserta Didik, masih banyak mahasiswa berkategori Kurang dan Tidak Aktif yakni sebanyak 15 orang (46,9%) diantara 32 mahasiswa yang ada (lihat tabel 1). Sedangkan jumlah mahasiswa yang berkategori Cukup dan Sangat Aktif sebanyak 17 orang (53,1%). Pada hal keaktifan selama perkuliahan tentunya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemelajaran.

Tabel 1. Aktvitas dalam Perkuliahan pada Pra Siklus

NTILES of JUMLAH

Valid

Tidak Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif Sangat Aktif Total

Frequency Percent 8 25.0 7 21.9 9 28.1 8 25.0

32 100.0

Valid Percent 25.0 21.9 28.1 25.0 100.0

Comulative Percent 25.0
46.9
75.0
100.0

HASIL TES

Jika ditinjau dari hasil Pre Tes (tes pada Pra Siklus), nampak subjek penelitian dominan berkategori Cukup dan disusul berkategori Sangat Rendah, yakni masing-masing berturut-turut sebesar 10 mahasiwa (31,3%) dan 9 mahasiswa (28,1%), diantara 32 mahasiwa (lihat tabel 2). Berdasarkan hasil tes tersebut, hanya 6 (18,8%) mahasiswa yang memiliki nilai berkategori Tinggi (75 ke atas). Adapun rata-rata dari hasil Pre Tes tersebut hanya sebesar 50. Dengan demikian, sekitar 50% mahasiwa yang masih memiliki nilai di bawah 50.

Tabel 2. Hasil Pre-Tes (Pra Siklus) NTILES of PRETEST

Frequency Percent

2 6.3 9 28.1 5 15.6

10 31.1 6 18.8 32 100.0

Valid Percent

Comulative Percent

Valid

Amat Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah
Cukup

Tinggi Total

6.3 6.3 28.1 34.4

18.8 100.0

15.6
31.1 81.3

550.0 100.0

Analisis Hasil

Penelitian Berlandaskan dari temuan selama Pra Siklus tersebut maka dirancang discovery learning dengan prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keaktifan maupun pemahaman mahasiswa terhadap materi. Selama penelitian berlangsung terdapat dua data yang harus diamati vakni keaktifan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung, dan hasil tes.

1. Siklus I

Dalam Siklus I, tindakan berupa implementasi Discovery Learning. Fokus tindakan berupa penjelasan tahap perkuliahan dengan menggunakan Discovery Learning kepada mahasiswa, beserta penjelasan tugasnya, yakni berupa soal (problem solving).

Dalam tindakan tersebut dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap Pertama, penjelasan ringkas tentang materi dan pemberian soal. Materi berupa faktor-faktor karakteristik yang berpengaruh terhadap perkembangan anak baik bagi anak pada jenjang SD, SLTP maupun SLTA, serta perkembangan sosial moralnya. Soal tersebut dikerjakan secara kelompok dengan melakukan studi pustaka berdasarkan buku acuan yang digunakan oleh masing-masing keompok. Sebelum diskusi kelompok dilaksanakan, setiap mahasiswa diharapkan telah mempelajari dari buku acuan. Tahap Kedua, pembagian kelompok secara random, masing-masing kelompok sekitar 5 hingga 6 orang. Tahap Ketiga, pelaksanaan diskusi kelompok di kelas atau di ruang kuliah. Selama diskusi kelompok, peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas mahasiswa pada kelompoknya masing- masing, dan Dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik sebagai fasilitator. Tahap Keempat, setiap kelompok membuktikan hasil diskusi kelompoknya tentang fenomena perkembangan sosial moral siswa melalui pengamatan di sekolah. Selama pelaksanaan pembuktian tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas para anggota kelompok. Tahap Kelima, presentasi laporan hasil pembuktian (pengamatan) selama di sekolah oleh masing- masing kelompok. Presentasi dilakukan secara panel oleh dua kelompok yang melakukan pengamatan pada siswa dengan jenjang pendidikan yang sama. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi. Selama kegiatan presentasi dan diskusi tersebut peneliti juga melakukan pengamatan terhadap akivitas mahasiswa, dan Dosen pengampu berfungsi sebagai fasilitator. Tahap Keenam, pelaksanaan tes sesuai materi yang didiskusikan.

a. Keaktifan dalam Perkuliahan

Pengumpulan data tentang aktivitas dilaksanakan semenjak diskusi penyusunan hipotesis, pembuktian hipotesis (melalui observasi) oleh kelompok di sekolah, dan presentasi serta diskusi hasil laporan di kelas. Hasil pengamatan tentang aktivitas tersebut direkap, dan dikategorikan menjadi 4 kelompok, yakni kelompok Tidak Aktif, Kurang Aktif, Cukup Aktif, dan kelompok Sangat Aktif.

Mahasiswa yang tergolong Sangat Aktif ternyata lebih dominan, yakni ada 25 orang (78,1%). Sedangkan yang Cukup Aktif ada 3 orang (9,4%), dan Tidak Aktif 32 mahasiswa. sebanyak 4 orang (12,5%) dari Berdasarkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini sebaran tentang aktivitas mahasiswa selama perkuliahan

menampakkan sudah menunjukkan pencapaian target; tetapi masih ada 4 mahasiswa yang nampaknya belum sungguh-sungguh, khususnya pada saat tahap pembuktian hipotesis kelompok. Ke empat mahasiswa tersebut tidak hadir selama melakukan pengamatan di sekolah untuk melakukan pembuktian hipotesis kelompoknya.

Tabel 3. Aktivitas dalam Perkuliahan pada Siklus I AKTVTS 1

Frequency Percent

4 12.5

3 9.4 25 78.1 32 100.0

Valid Percent

Comulative Percent

Valid

Tidak Aktif Cukup Aktif Sangat Aktif Total

12.5 12.5 9.4 21.9

78.1 100.0

100.0

b. Hasil Tes

Tes untuk Siklus I berupa soal berbentuk esai tentang faktor-faktor karakteristik yang berpengaruh terhadap perkembangan anak baik bagi anak pada jenjang SD, SLTP maupun SLTA, serta perkembangan sosial moralnya. Berdasar hasil tes pada Siklus I sebaran nilai mahasiswa cukup menggembirakan mahasiswa yang mendapat nilai berkategori Tinggi, dan Sangat Tinggi lebih dominan yakni masing-masing ada 10 orang (31,3%) dari 32 mahasiswa (lihat tabel 4). Sedangkan yang memiliki nilai berkategori Cukup bernilal antara 60 hingga 69 – ada 9 orang (28,1%), dan yang berkategori Kurang – bernilai kurang dari 59 – ada 3 orang (9,4%). Sedangkan rerata hasi tes selama pembelajaran pada Siklus I sebesar 70,63.

Tabel 4. Sebaran Hasil Nilai pada Siklus I KTGR 1

Valid

Frequency Percent

Kurang 3 9.4 Cukup 9 28.1 Tinggi 10 31.3 Sangat Tinggi 10 31.3 Total 32 100.0

Valid Percent Comulative Percent

9.4 9.4 28.1 37.5 31.3 68.8 31.3 100.0

100.0

Berdasarkan hasil tahap evaluasi dan refleksi pada Siklus I, masih ada 7 orang yang perlu ditingkatkan keaktifannya, dan masih ada 12 orang (37,5%) yang perlu ditingkatkan pemahamannya, karena masih memiliki nilai di bawah 70. Hal ini diduga karena beberapa mahasiswa dirasa masih belum mengerti peran sertanya secara individual dalam pembelajaran discovery learning baik pada tahap penyusunan hipotesis hingga pembuktiannya. Oleh karena itu, penelitian ini masih perlu dilanjutkan pada Siklus II.

2. Siklus II

Tahap pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II ini masih sama dengan tahap pelaksanaan pada Siklus I. Subjek penelitian dibagi menjadi 6 kelompok, sesuai dengan pengelompokan pada pelaksanaan Siklus I. Materi yang dipelajari berupa perkembangan sosial, moral, dan emosi anak pada jenjang SD, SLTP maupun SLTA.

Adapun fokus tindakan Discovery Learning pada Siklus II adalah mengenai penjelasan tentang tugas kelompok berupa soal (problem solving). Hal yang membedakan dengan tindakan pada Siklus I adalah adanya penekanan penjelasan mengenai bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan cara discovery dan peran serta masing-masing anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompok.

a. Keaktifan dalam Perkuliahan

Hasil perkuliahan dengan menggunakan Siklus Discovery Learning menggembirakan karena ada perubahan aktivitas perkuliahan yakni aktivitas mahasiswa yang berkategori Sangat Aktif menjadi sangat menonjol, berjumlah 28 (87,5%) dari 32 orang subjek penelitian. Sisanya, 4 orang (12,5%) berkategori Cukup dalam perkuliahan.

Tabel 5. Sebaran Keaktivan dalam Perkuliahan pada Siklus II

Valid

Cukup Aktif Sangat aktif Total

KTGRAKT2

Frequency Percent

4 12.5 28 87.5 32 100.0

Valid Percent

12.5

87.5 100.0

Comulative Percent 12.5 100.0

b. Hasil Tes

Sebaran hasil tes pada Siklus II ternyata juga sangat menggembirakan, yakni mahasiswa yang memiliki nilai berkategori Tinggi nampak dominan, ada 20 orang (62,5%), yang disusul dengan jumlah mahasiswa yang memiliki nilai berkategori Sangat Tinggi yang berjumlan orang 9 (28,1%). Hal ini sesuai dengan perbaikan pada kondisi aktivitas mahasiswa selama perkuliahan. Sedangkan nilai mahasiswa yang berkategori kurang hanya 1 orang (3,1%), dari 32 mahasiswa

Tabel 6. Sebaran Hasil Nilai Pada Siklus II

KTGR2

Frequency Percent

1 3.1

2 6.3 20 62.5 9 28.1

32 100.0

Valid Percent

Comulative Percent

Valid

Kurang Cukup
Tinggi Sangat Tinggi Total

3.1 3.1

6.3 9.4 62.5 71.9

28.1 100.0

100.0

Rerata hasil nilai pembelajaran pada Siklus 2 berubah menjadi 74,69. Kondisi ini berubah membaik (naik) dibanding dengan Siklud I yakni masih 70,63 (lihat tabel 7)

Tabel 7. Rerata Nilai pada Siklus I dan Siklus II

Statistics

Siklus 1 Siklus 2 N Valid 32 32

Mean

Missing 0 0 70.6250 74.6875

Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery learning dalam penelitian ini telah memperbaiki aktivitas maupun pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan Perkembangan Peserta Didik. Hal ini terlihat mulai pada Siklus I, dan bahkan sangat nampak keberhasilännya pada Siklus II. Perubahan atau perbaikan dengan mengimplementasikan discovery leaming ini ternyata sangat mendukung pendapat Jerome Bruner bahwa Discovery Learning adalah teori penyelidikan pembelajaran berbasis konstruktivis yang terjadi dalam pemecahan masalah situasi di mana warga belajar menarik pada pengalaman masa lalu sendiri dan pengetahuan yang ada untuk menemukan fakta dan hubungan dan kebenaran baru yang akan dipelajari.

Mahasiswa selama melaksanakan perkuliahan yang dimulai dari tahap penyusunan hipotesis sampai dengan pembuktian, dan presentasi hasil pembuktiannya, berinteraksi dengan hal-hal (informasi) yang dibutuhkannya dengan mengeksplorasi pengetahuan (studi kepustakaan), bergulat dengan pertanyaan serta melakukan pengamatan untuk menguji kebenaran hipotesisnya. Hal ini dapat lebih mungkin untuk mengingat konsep dan pengetahuan yang ditemukan pada mereka sendiri.

PENUTUP Kesimpulan

Pembelajaran dengan mengimplementasikan metode discovery leaming telah memperbaiki atau meningkatkan aktivitas perkuliahan mahasiswa pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Mahasiswa yang tergolong Sangat Aktif pada Siklus I ada 25 orang (78,1 %) menjadi 28 orang (87,5%) pada Siklus II, dari 32 orang. Berdasar hasil tes pada Siklus I sebaran nilai mahasiswa juga cukup menggembirakan karena mahasiswa yang mendapat nilai berkategori Tinggi, dan Sangat Tinggi lebin dominan yakni berjumlah 20 orang (62,6%), dan menjadi 29 orang (90,6%) semua berkategori Tinggi pada Siklus II. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan discovery learning telah meningkatkan keaktifan perkuliahan maupun pemahaman materi pada mahasiswa pengikut mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Saran-saran

  1. Bagi Mahasiswa
    1. berusaha untuk aktif dalam pembelajaran dengan menganalisa dan menemukan

      sendiri secara aktif dan benar tentang konsep-konsep penting sesuai materi

      perkuliahan

    2. perlu belajar secara bersama (melalui diskusi kelompok kecil) untuk memecahkan

      persoalan atau kesulitan yang ditemukan

  2. Bagi Dosen
    1. berusaha mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya melalui PTK atau PTBK sehingga terjadi peningkatan profesionalismenya di bidang pengajaran,
    2. berusaha menerapkan beragam metode pembelajaran untuk mengaktifkan para mahasiswa
    3. perlu berkolaborasi dengan Dosen lain agar memiliki pengalaman untuk dapat bekerjasama dan membantu kesulitan-kesulitan yang dialami

DAFTAR PUSTAKA

Astikah, Ari. 2006. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Inquiry. Bandung: UPI Bandung.

Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cathy, P. 2003. Collaborative Practice: Service Leaming foster Collaboration. Kansas Nurse. April 2003: 1-2

Rusdiani, Irma. 2006. Peningkatan Ketrampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial. Bandung: UPI Bandung.

Slameto, 1999. Penelitian Pendidikan. Salatiga: FKIP UKSW.

Soesilo, TD. 2005. Strategi Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas. Salatiga: FKIP UKSW (materi Pelatihan PTBK untuk Guru dan Dosen).

…………. 2010. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Salatiga: Progdi BK FKIP UKSW.

Soedarsono, FX. 1997. PEDOMAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS: Bagian Kedua,Rencana, Desain dan Implementasi. Yogyakarta: Dirjendikti. Depdikbud. PPTA. BP3GSD. UP3SD. UKMP-SD di IKIP Yogyakarta.

Sumarno. 1997. PEDOMAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS: Bagian Ketiga, Pemantauan dan Evaluasi. Yogyakarta: Dirjendikti. Depdikbud. PPTA. BP3GSD. UP3SD. UKMP-SD di IKIP Yogyakarta.

Suyanto. 1997. PEDOMAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS: Bagian Kesatu, Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjendikti. Depdikbud. PPTA. BP3GSD. UP3SD. UKMP SD di IKIP Yogyakarta.

Suryatin, Titin. 2006. Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS KELAS IV SDN Isola 1 Sukasari Bandung. Bandung: UPI

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Vermette, P. 2004. Cooperative & Collaborative Learning With 4-8 years Olds. Journal of Instructional Psychology, June 1-5.