Peningkatan Perkembangan Sosial Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif
PENINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA
PADA MATERI PEMELIHARAAN LINGKUNGAN
MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
BAGI SISWA KELOMPOK A TK DHARMA WANITA 1 MLOWOKARANGTALUN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sugiya
TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun Tahun Pelajaran 2017/2018. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan perkembangan sosial siswa di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2016/2017. Kelas yang diambil sebagai obyek penelitian adalah siswa kelompok A di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa 20 anak, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Proses pembelajaran pada tiap-tiap siklus, melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar mengacu pada peningkatan indikator mampu bermain bersama teman, mau bergantian dan antri, mengikuti perintah dan petunjuk dan mampu berteman, berkomunikasi dan membantu. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh data bahwa terjadi peningkatan pada variabel perkembangan sosial siswa pada tiap-tiap siklusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif terbukti mampu meningkatkan perkembangan sosial siswa pada materi pemeliharaan lingkungan bagi siswa TK Dharmawanita 1 Mlowokarangtalun semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: perkembangan sosial, pembelajaran kooperatif
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Secara umum di Indonesia perkembangan anak TK tengah mendapatkan perhatian serius terutama dari pemerintah, karena disadari benar bahwa merekalah yang akan menjadi penerus generasi yang ada sekarang. Untuk mewujudkan generasi penerus yang tangguh dan mampu berkompetisi diperlukan upaya pengembangan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimana yang tertuang dalam hasil konferensi Jenewa tahun 1979 (Yudha, Saputra, dan Rudyanto, 2005: 3) bahwa aspek- aspek yang perlu dikembangkan pada anak TK, yaitu: motorik, bahasa, kognitif, emosi, sosial, moral dan kepribadian. Agar semua aspek ini dapat berkembang dengan baik, maka diperlukan strategi pembelajaran khusus untuk anak.
Hasil observasi awal terhadap perkembangan sosial siswa pada saat proses pembelajaran menunjukkan bahwa:
Tabel 1 Hasil Observasi Awal Terhadap Perkembangan Sosial Siswa
No. |
Siswa |
Perkembangan Sosial |
No. |
Siswa |
Perkembangan Sosial |
1. |
L 1 |
Baik |
11. |
P 5 |
Cukup |
2. |
L 2 |
Cukup |
12. |
L 7 |
Baik |
3. |
L 3 |
Kurang |
13. |
P 6 |
Cukup |
4. |
L 4 |
Cukup |
14. |
P 7 |
Kurang |
5. |
P 1 |
Kurang |
15. |
L 8 |
Kurang |
6. |
L 5 |
Kurang |
16. |
L 9 |
Cukup |
7. |
P 2 |
Kurang |
17. |
L 10 |
Kurang |
8. |
P 3 |
Kurang |
18. |
P 8 |
Kurang |
9. |
P 4 |
Cukup |
19. |
P 9 |
Baik |
10. |
L 6 |
Kurang |
20. |
P 10 |
Kurang |
Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan siswa masih banyak yang kurang dan siswa lebih banyak bersikap pasif pada saat pembelajaran berlangsung, kurang adanya interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain atau jarang bermain bersama-sama pada saat istirahat, kurang kerja sama antar siswa dalam menyelesaikan tugas, kurang saling membantu dan lebih nampak sikap individualisme siswa.
Dari pokok permasalahan yang diuraikan di atas, dapat didefinisikan penyebab timbulnya masalah yang ada. Timbulnya masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pembelajaran yang dilakukan lebih banyak kegiatan di dalam kelas, kurang bervariasi dan kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran kurang menarik minat siswa, selain itu interaksi di dalam kelas belum optimal, kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain kurang, serta siswa kurang saling membantu dan lebih nampak sikap individualisme.
Pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar akan memberikan pengalaman nyata kepada anak. Dengan melihat dan mengalami secara langsung serta berinteraksi dengan makhluk hidup maupun benda mati, menjadikan anak memiliki kesadaran, berkreasi, memiliki rasa ingin tahu, dan selanjutnya dapat memberikan apresiasi yang semestinya terhadap benda dan makhluk yang dihadapinya.
|
Memperhatikan pentingnya strategi pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan perkembangan sosial siswa, maka perlu dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Zainal Aqib, dkk., 2009: 3).
Pengertian kelas dalam penelitian tindakan kelas ini tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan pembelajaran di dalam sebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika anak sedang tidak aktif belajar, yaitu ketika sedang melakukan karyawisata di obyek wisata, laboratorium, rumah, atau di tempat lain, ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan sebagainya. Dengan lokasi bukan kelas ini, yang diamati harus berupa kegiatan yang dilakukan oleh anak (Suharsimi Arikunto, 2006: 101).
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan perkembangan sosial bagi siswa di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi dan dampak penerapan pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan perkembangan sosial siswa kelompok A di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku yang ditiru dari dalam keluarganya serta mengikuti contoh- contoh serupa yang ada diseluruh dunia. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua (Yudha, Saputra, dan Rudyanto 2005: 27).
Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Sedangkan tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, memperhatikan lingkungannya, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai warga negara yang baik. Misalnya anak mau untuk menyelesaikan tugas menggambarnya. Tentu saja perkembangan sosial tersebut berjalan secara bertahap. (Slamet Suyanto, 2005: 75).
Guru harus memiliki pengetahuan mengenai perkembangan anak , untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar anak dapat dilihat dari beberapa aspek perkembangan sosial. Aspek perkembangan sosial anak dapat dibagi menjadi dua yaitu interpersonal dan personal (Slamet Suyanto, 2005: 219).
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1983) yang dikutip oleh Yudha, Saputra, dan Rudyanto (2005: 49) hakikat pembelajaran kooperatif adalah berkembangnya sikap kerjasama antara anak yang satu dengan anak lainnya. Senada dengan hal tersebut Anita Lie (2002) dalam Yudha, Saputra, dan Rudyanto (2005: 50) bahwa, “pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur.â€
Adapun menurut Johnson dan Johnson (1994) dalam Slamet Suyanto (2006: 167) “Sistem pengajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang berstruktur termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.â€
Menurut Jacobs (1985) dalam Yudha, Saputra, dan Rudyanto (2005: 36) bahwa, “Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada anak untuk berbicara, mengambil inisiatif, membuat berbagai macam pilihan, dan mengembangkan kebiasaan belajarâ€. Sedangkan Cohen (1994) (http://blog.unm.ac.id/hakim/2010/02/16/model-pembelajaran-kooperatif/) memaparkan bahwa, pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai kerjasama anak didik dalam kelompok kecil yang mana setiap orang dapat berpartisipasi dalam soal tugas kolektif yang telah didefinisikan secara jelas, tidak konstan, dan pengawasan langsung oleh guru.
Berdasarkan hasil penelitian Rong (2001) dalam Agus Suprijono (2010: 37) bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, yaitu:
a. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pengembangan kemampuan secara keseluruhan.
b. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah terobosan baru dalam mengkombinasikan ilmu pengetahuan dengan perkembangan kemampuan berpikir inovatif.
c.
|
Pembelajaran kooperatif membantu perkembangan anak didik dari biasa belajar pasif menjadi belajar aktif.
d. Pembelajaran kooperatif menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses belajar anak.
e. Pembelajaran kooperatif membantu untuk mengembangkan hubungan sosial anak.
Penerapan strategi pembelajaran kooperatif ternyata dapat memberikan manfaat yang besar apabila dilaksanakan secara terstruktur dan terencana dengan baik, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi pembelajaran kooperatif tidak hanya menitik beratkan pada kerja kelompoknya melainkan pada strukturnya.
Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, yakni: (a) Pengelompokan; (b) Semangat gotong royong; (c) Penataan ruang belajar.
Teknik yang Diterapkan dalam Pembelajaran Kooperatif
Teknik pembelajaran kooperatif yang terapkan yaitu: (a) Teknik Bertukar Pasangan; (b) Teknik Mencari Pasangan. (Yudha, Saputra, dan Rudyanto, 2005: 69-70).
Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dan teknik mencari pasangan. Kedua teknik ini dapat diterapkan di Taman Kanak- kanak karena langkah-langkahnya sangat mudah dan siswa akan cepat mengerti dengan langkah tersebut. Melalui kedua teknik diatas akan terjadi interaksi atara siswa yang satu dengan siswa yang lain, sehingga melalui pembelajaran kooperatif peneliti berharap perkembangan sosial siswa di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun dapat meningkat.
Pengertian Sumber Belajar yang Berbasis Lingkungan
Sumber belajar adalah semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan yang dapat di dengar maupun yang dapat dilihat saja, misalnya radio, televisi, dan perangkat keras lainnya. Sumber belajar merupakan tempat dimana anak dapat memperoleh informasi, sikap dan keterampilan yang ia pelajari. Sumber belajar yang penting di Taman Kanak-kanak antara lain meliputi perpustakaan dan berbagai hal yang ada di lingkungan sekitar, seperti sawah, bengkel, museum dan workshop yang dapat digunakan untuk belajar anak, (Slamet Riyadi, 2006: 160).
Menurut Torkleson (1965) dalam Cucu Eliyawati, (2005: 26) mengatakan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan pelajaran yaitu segala apa yang ada di sekolah pada masa lalu, sekarang, dan pada masa yang akan datang. Sedangkan Nana sudjana memiliki pendapat yang agak berbeda dengan pendapat tersebut. Ia mendefinisikan sumber belajaar sebagai segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar. Adapun menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. (www.scribd.com/doc/17530363/apakah-perbedaan-bahan-ajar-dan-sumber-belajar).
Sedangkan dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. (Cucu Eliyawati, 2005: 146). Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak. Beberapa uraian di bawah ini merupakan nilai yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan sekolah. Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Dari pertimbangan beberapa aspek penulis memilih perkembangan aspek keterampilan sosial karena di TK Dharmawanita 1 perkembangan sosial siswanya masih kurang. Melalui lingkungan anak akan dihadapkan masalah tertentu misalnya ingin mengetahui lebih mendalam mengenai sesuatu, anak akan menanyakannya kepada teman atau guru. Dalam kondisi seperti itu anak melatih keberaniannya untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang lain.
Kerangka Berpikir
Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan strategi pembelajaran kooperatif pada masing-masing siklus diharapkan dapat meningkatkan perkembangan sosial siswa.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pokok-pokok uraian dalam kajian teori di atas dapat disusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa dengan strategi pembelajaran kooperatif akan dapat meningkatkan perkembangan sosial bagi siswa kelompok A di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menurut Kart Lewin dalam Arikunto (2006: 92) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri atas empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Tindakan; (3) Pengamatan; dan Refleksi.
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2016/2017. Kelas yang diambil sebagai obyek penelitian adalah siswa kelompok A di TK Dharma Wanita 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa 20 anak, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan..
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yaitu: (1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; (2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan perkembangan sosial siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamat atau observasi, dokumentasi dan pemberian tugas.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data yang telah diperoleh secara kuantitatif kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif presentase. Data kualitatif menerangkan aktivitas siswa yang dapat diperoleh dari lembar observasi.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila minimal 90 % dari jumlah anak didik mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan oleh peneliti. Anak yang memporleh nilai (1) berarti telah memenuhi kriteria tuntas sempurna dan anak yang mampu mencapai kriteria dengan nilai (2) berarti anak telah memenuhi kriteria tuntas, sedangkan bagi anak yang memperoleh nilai (3) berarti anak telah memenuhi kriteria cukup tuntas, kemudian anak yang memperoleh nilai (4) berarti anak tersebut belum mencapai kriteria tuntas dan aspek indikator yang diharapkan belum dapat dicapai oleh anak. Angka keberhasilan sebesar 90 % itu didapatkan dari anak yang memperoleh nilai (1) dan nilai (2).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Pra Siklus
Pada proses pembelajaran sebelum diberikan tindakan menunjukkan bahwa aktivitas bermain bersama teman (45%), mau bergantian dan antri (55 %), mengikuti perintah dan petunjuk (60 %), dan mampu berteman, berkomunikasi, dan membantu (50 %).
Kondisi ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial antar siswa masih rendah, terutama dalam hal bekerja sama dengan teman yang lainnya dan mau bermain tanpa membedakan teman. Hal ini diakibatkan karena proses pembelajaran kurang menarik dan siswa tidak pernah terlibat langsung saat proses pembelajaran. Selain itu kegiatan belajar mengajar siswa sering kurang semangat, masih bermain sendiri tanpa memperhatikan penyampaian materi dari guru. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan perkembangan sosial siswa. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan dapat meningkatkan perkembangan sosial siswa terutama dalam hal kerja sama, mau bermain dengan teman dan mau mengajak teman bermain.
Hasil Penelitian Siklus I
Pada proses pembelajaran pada siklus I, melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada indikator mampu bermain bersama teman (55 %), mau bergantian dan antri (70 %), mengikuti perintah dan petunjuk (75 %) dan mampu berteman, berkomunikasi dan membantu (65 %). Bila ditinjau dari indikator keberhasilan perkembangan melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Peserta didik dilibatkan dalam kerja kelompok, tetapi tingkat kerja sama peserta didik masih rendah, dikarenakan peserta didik masih banyak yang pasif. Pada kegiatan ini terdapat 3 siswa yang tidak mau bekerja sama. Hasil pengamatan secara keseluruhan aktivitas guru dalam pembelajaran tema tanaman melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar menunjukkan bahwa guru memberikan penguatan positif kepada siswa seperti memberikan tepuk tangan kepada siswa saat melaksanakan kegiatan dan guru selalu memotifasi siswa saat melaksanakan kegiatan seperti mengajak siswa untuk bernyanyi bersama.
Hasil Penelitian Siklus II
Pada proses pembelajaran pada siklus II, melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada indikator mampu bermain bersama teman (80 %), mau bergantian dan antri (90 %), mengikuti perintah dan petunjuk (85 %) dan mampu berteman, berkomunikasi dan membantu (80 %).
Bila ditinjau dari indikator keberhasilan perkembangan melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Peserta didik dilibatkan dalam kerja kelompok, tingkat kerja sama peserta didik sudah baik, hal ini ditunjukkan bahwa hanya empat siswa yang tidak selalu mau bekerja sama.
Pada proses pembelajaran siklus II, ketika tahap pendahuluan pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar semua siswa sudah menunjukkan keterkaitan untuk mengikuti pelajaran. Hal ini ditandai dengan adanya kesiapan untuk menerima penjelasan materi dari guru dan tanya jawab antara guru dan siswa berjalan dengan lancar.
Hasil pengamatan secara keseluruhan aktivitas guru dalam pembelajaran tema tanaman melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar menunjukkan bahwa guru memberikan penguatan positif kepada siswa seperti memberikan tepuk tangan kepada siswa saat melaksanakan kegiatan dan guru selalu memotifasi siswa saat melaksanakan kegiatan seperti mengajak siswa untuk bernyanyi bersama. Selain itu guru mengarahkan agar siswa saling membantu saat mau mengambil daun yang agak tinggi, misalnya siswa mencoba meraih daun dan dipegang terus agar tidak lepas, lalu teman yang lainnya mengambil daun tersebut.
Hasil Penelitian Siklus III
Pada proses pembelajaran pada siklus III, melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada indikator mampu bermain bersama teman (90 %), mau bergantian dan antri (95 %), mengikuti perintah dan petunjuk (90 %) dan mampu berteman, berkomunikasi dan membantu (90 %).
Bila ditinjau dari indikator keberhasilan perkembangan melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Peserta didik dilibatkan dalam kerja kelompok, tingkat kerja sama peserta didik sudah baik, hal ini ditunjukkan bahwa hanya 2 siswa yang kadang-kadang tidak mau bekerja sama.
Pada proses pembelajaran siklus III, ketika tahap pendahuluan pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar semua siswa sangat antusias untuk mengikuti pelajaran. Hal ini ditandai dengan adanya kesiapan untuk menerima penjelasan materi dari guru dan tanya jawab antara guru dan siswa berjalan dengan lancar.
Dari sembilan aktivitas yang dinilai sudah menunjukkan keberhasilan karena dengan ditandai bahwa sesuai dengan target indikator keberhasilan kerja sama dan perkembangan sosial siswa yang telah ditentukan, bahwa semua siswa saling bekerja sama dan bersosialisasi dengan temannya pada saat kegiatan pembelajaran.
Pembahasan
Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, siswa dapat mengadakan interaksi sosial yang dilakukan melalui kegiatan kerja sama antar sesama anggota kelompok. Kerja sama ini dilaksanakan melalui pelaksanaan tugas kelompok. Dengan mengerjakan secara kelompok siswa pasti akan bercakap-cakap dengan teman satu kelompoknya atau bertanya kepada siswa kelompok lain.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi kooperatif, mereka aktif dan secara sadar pula mereka melakukan kerja sama yang baik dalam belajar. Pertanyaan yang keluar dari salah satu anggota kelompok, dijawab, dan diterangkan oleh siswa lain walaupun masih tidak lancar dalam menyampaikan jawaban tersebut. Hal ini di dukung dengan hasil dari siklus I dan II yang dapat di lihat pada tabel 2 berikut.
TABEL 2 DATA HASIL PENGAMATAN PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA SIKLUS I, II, DAN III KELOMPOK A TK DHARMAWANITA 1 MLOWOKARANGTALUN
Variabel Perkembangan Sosial
|
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
1. Mampu bermain bersama teman. |
55 % |
80 % |
90 % |
2. Mau bergantian dan antri. |
70 % |
90 % |
95 % |
3. Mengikuti perintah dan petunjuk. |
75 % |
85 % |
90 % |
4. Mampu berteman, berkomunikasi, dan membantunya. |
65 % |
80 % |
90 % |
Berdasarkan tabel 2 di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan pada variabel perkembangan sosial siswa pada tiap-tiap siklusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif terbukti mampu meningkatkan perkembangan sosial siswa pada materi pemeliharaan lingkungan bagi siswa kelompok A TK Dharmawanita 1 Mlowokarangtalun semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Selama kegiatan pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, terjadi kerja sama diantara siswa dan interaksi positif di antara para siswa. Aktivitas belajar tercipta saat mereka belajar dalam suasana yang menyenangkan dan mereka senang untuk belajar. Para siswa merasa senang belajar dengan menggunakan sumber belajar yang dapat dilihat secara langsung yaitu lingkungan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, antara lain:
1. Agar para guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar karena dapat melatih anak untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan siswa lain bahkan dengan orang-orang dewasa.
2. Bagi peneliti kiranya dapat melakukan penelitian-penelitian pengembangan yang lebih lanjut mengenai perkembangan sosial dalam hal bekerja sama dan bermain dengan teman serta mampu mengembangkan ilmunya untuk meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia.
3. Satuan pendidikan pada umumnya dan TK Dharmawanita 1 Mlowokarangtalun pada khususnya diharapkan untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam mengambil keputusan program-program pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.Bandung: CV. Yrama Media.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Eliyawati, Cucu. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen PDTK Depdiknas.
Hurlock, B Elizabeth. 1999. Perkembangan Anak Jilid 1 (Terjemahan Med. Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.
Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2000. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Soefandi, I. dan Pramudya,A. (2009). Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno dan Harjono, Hary Soedarto. 2005. Pengenalan Lingkungan Alam Berbasis Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Anak Usia Dini. Jakarta:Depdiknas.
Suyanto, Slamet. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yudha, Saputra dan Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk MeningkatkanKeterampilan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.