Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Mengunakan Media Model Bangun Ruang
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MENENTUKAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG
DENGAN MENGUNAKAN MEDIA MODEL BANGUN RUANG
PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I DI SDN SUMBAGA 01 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Endang Sulistiyarini
SDN Sumbaga 01 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi menentukan luas bangun ruang dengan menggunakan media model bangun ruangbagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Sumbaga 01 kecamatan Bumijawa kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan yang masing-masing terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan moden media bangun ruang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi menentukan luas bangun ruang pada siswa kelas VI SDN Sumbaga 01 kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Media Bangun Ruang, Matematika.
PENDAHULUAN
Guru memiliku tugas dalam kerjanya untuk mendidik mengajari membing anak anak dalam lingkungan sekolah.Dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut untuk bisa menghasilkan peserta didik yang baik sesuai dengan amanat undang undang Sisdiknas.
Berdasarkan Undang-undang 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfunsi mengembangkan kemampuan dan membentik watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini tidak akan berhasil jika komponen-komponen pendidik tidak melakukan koordinasi dan pengembangan model-model pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempengaruhi di segala demensi kehidupan, termasuk bidang pendidikan lebih khusus pada pangajaran matematika. Menurut Paling (1982: 1) metematika merupakan cara untuk menentukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan bentuk ukuran, menghitung dan yang penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dalam pembelajaran matematika di SD mencakup tiga cabang, yaitu Aritmatika, Aljabar dan Geometri. Menurut Dali S. Naga (1980: 1) Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peran penting pada era saat ini. Sehingga seharusnya siswa menyadari bahwa kemampuan berfikir logis, bernalar rasional, cermat dan efisien menjadi ciri utama matematika.
Mulyono Abdururrohman, (2003: 253) Mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitiaan dan kesadaran keruangan dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Dalam komplek aplikatifnya, proses belajar mengajar guru dan siswa pemegang peranan penting. Usman mengatakan bahwa belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, hubungan tibal balik antar guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Suryo Subroto,Dalam proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru melai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Lebih lanjut S. Bloom dalam Hamalik (1995: 19) merintis tujuan pembelajaran mencakup aspek kognitif, afaktif dan psikomotor. Sehingga guru harus dapat sedemikian rupa menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran. Agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran lebih baik maka harus mempunyai kesiapan baik mental, personal dan social. Pada pembelajaran matematika diperlukan keterkaitan komponen pembelajaran. Menurut Sugito (1994: 3) komponen-komponen yang saling tekait meliputi tujuan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran, metode / strategi belajar mengajar, alat / media, sumber pelajaran dan evaluasi.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar akan dapat terselenggara secara efektif manakala peran guru berjalan secara baik, sebagai pengajar maupun sebagai sebagai pendidik. Dalam hal ini berkaiatan dengan pengelolaan kelas, melalui guru yang benar-benar professional dalam mengelola kelas diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal serta dapat mengkontribusi keluaran yang berkualitas.
Di SDN Sumbaga 01 saat ini pembelajaran matematika masih konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran sedang siswa hanya mendengar , mencatat dan mengerjakan soal latihan dari guru. Tentu pendekatan seperti ini tidak dapat mengoptimalkan kreatifitas siswa dimumgkinkan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kemampuan bernalar siswa. Ketidak tepatan menggunakan metode pembelajaran membuat anak bosan tidak menyenangi terhadap pelajaran matematika.
Dengan memperhatikan hasil ulangan di akhir pelajaran matematika kompetensi dasar menentukan luas permukaan bangun ruang, menunjukkan masih banyak siswa yang belum mendapat nilai ketuntasan minimal, mencapai 60% dari 25 siswa. Maka dirasa oleh peneliti untuk melakukan perbaiakn pelajaran dalam materi menentukan bangun akan menggunakan alat peraga Model Bangun Ruang.
Dari latar belakang tersebut, maka identifikasi masalahyang terdapat di SDN Sumbaga 01 yang perlu diteliti dan dipecahkan sebagai berikut: (1) Siswa menganggap matematika itu sulit, membosankan, tidak menarik dan pobia terhadap pelajaran matematika. (2) Kurangnya kerjasama antar siswa dalam proses belajar matematika, (3) Kurangnya pengalaman kongrit dalam pembelajaran konsep-konsep matematika, (4) Rendahnya daya nalar anak dalam menyelesaikan soal-soal matematika, (5) Belum optimalnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran pada pembelajaran matematika.
Dari batasan masalah diatas agar penelitian ini terarah dan sesuai dengan tujuan maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Meteode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah menggunaka alat peraga model model bangun ruang. (2) Materi yang digunakan dalam penelitian adalah menentukan luas permukaan bangun ruang kelas VI Semester I. (3) Peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, afaktif dan psikomotor
Dari batasan masalah diatas maka masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah “Dengan menggunakan model bangun ruang dalam pembelajaran matematika materi luas bangun ruang di kelas VI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Sumbaga 01 .â€
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan media pembelajaran model bangun ruang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
KAJIAN TEORI
Kajian Tentang Pengertian Belajar
James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi (2004: 126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
Witherington (1952: 165) dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004:155-156) bahwa belajar merupakan perbahan dalam kepribadian yang menifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan terbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Slamto (2003:2) mengemukakan Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya .Slamto (2003:2)
Hamalik (2007: 20) dalam bukunya mengemukakan bahwa Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi berdasarkan proses (sebagai means atau alat) akan tetapi ends atau tujuan, sesuatu yang dikehendaki dalam pembelajaran.
Pendapat Cronbach dalam bukunya yang berjudul Education Psychology sebagai berikut: learning is shown by change in behavior as a result of experience. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua inderanya.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat diterangkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Belajar lebih baik jika mengalami sendiri atau melakukan sendiri jadi tidak bersifat verbalistik.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk menguasai sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka merubah tingkah laku yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kajian Tentang Prestasi
Prestasi merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan. Demikian juga dengan prestasi belajar merupakan keberhasilan setelah melaksanakan proses belajar sehingga memiliki berbagai ilmu pepengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mendukung. Pendapat A. Tabrani Rusyan (2007: 68)
Kajian Tentang Pembelajaran Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa “Mathematikos†secara ilmu pasti, atau “Mathesis†yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan dedukatif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang tertarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi.
Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak di bedakan antara matematika dan matematika sekolah. Menurut Reytet al (1994: 4) matematika adalah (1) studi pola dan hubungan dengan masing-masing topik itu saling berjalin satu dengan yang lain yang membentuknya, (2) cara berfikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3) suatu seni yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan simbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kajian Tentang Model Bangun Ruang
Model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Dorin,Demmin,dan Gabel, 1990)dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran Ela Yulaelawati (2007).
Model dapat berupa skema,bagan,gambar,dan tabel.Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh.Model dapat membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat ,utuh,konsisten,dan menyeluruh.Hal ini disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkonkritkan keterkaitan hal hal abstrak dalam suatu skema,bagan,gambar,tabel.Dengan mencermati model kita dapat membaca uraian tentang banyak hal dalam sebuah pola yang mencerminkan alur pikir dan pola tindakan.
Bangun ruang menurut Sumanto (2008:58) disebut juga bangun tiga dimensi. Bangun ruangmerupakan sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi. Jumlah dan model yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun tersebut, misalnya bangun yang dibatasi oleh 6 sisi yang sama ukuran dan bentuknya disebut kubus, bangun yang dibatasi oleh 6 sisi yang mempunyai ukuran panjang dan lebar/persegi panjang disebut balok dan prisma, bangun yang dibatasi oleh sisi lengkung dan dua buah lingkaran disebut Tabung.
METODELOGI PENELITIAN
Rencana Penelitian
Setting Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN sumbaga 01 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal jumlah siswa 35 anak. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasidi SDN sumbaga 01 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam melaksanakan Penelitain Tindak Kelas. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus dan September kurang lebih 2 bulan.
Sumber Data dan cara Pengambilan Data
Sumber Data
1. Hasil tes formatif siswa kelas VI SDN Sumbaga 01.
2. Hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa dan performen guru
Cara Pengambilan Data, melalui
1. Lembar Kegiatam Siswa
2. Tes formative siklus I Dan II
3. Lembar pengamatan aktifitas belajar siswa dan perfomen guru
4. Dokumentasi hasil kelompok
Indikator Kerja
1. Daya serap perorangan
2. Untuk KD menentukan luas permukaan bangun ruang dikatakan tuntas belajar minimal apabila telah memperoleh nilai sekurang-kurangnya 70 atau mencapai skor 70%.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil refleksi guru, Pembelajaran dengan menggunakan model bangun ruang yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan terbukti pada daftar nilai yang diperoleh siswa.
Tabel 1 presentase penguasaan siswa Siklus I dan II Mata Pelajaran Matematika
Skor |
Sebelum PTK |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|
100 |
|
|
1 |
4 |
2 |
8 |
95 |
|
|
1 |
4 |
3 |
12 |
90 |
1 |
4 |
3 |
12 |
3 |
12 |
85 |
|
|
2 |
8 |
7 |
28 |
80 |
5 |
20 |
5 |
20 |
5 |
20 |
75 |
2 |
8 |
3 |
12 |
|
|
70 |
2 |
8 |
|
|
|
|
65 |
|
|
1 |
4 |
2 |
8 |
60 |
2 |
8 |
3 |
12 |
2 |
8 |
55 |
5 |
20 |
4 |
16 |
|
|
50 |
3 |
12 |
2 |
8 |
|
|
45 |
3 |
12 |
|
|
|
|
40 |
2 |
8 |
|
|
|
|
Jumlah |
25 |
100% |
25 |
100% |
25 |
100% |
Jml siswa tuntas |
10 |
15 |
20 |
|||
ketuntasan |
40% |
60% |
80% |
Pada awal siklus I Siswa sangat bersemangat dalam mencari jawaban pada kartu yang diterimanya, setelah mendapat kelompoknya siswa yang tadinya kurang akrab sekarang menjadi saling mengenal, mereka memilih teman yang menjadi ketua kelompok. Mereka berkelompok dalam menyelesaikan tugas bersama-sama, disini guru tidak melepas begitu saja, karena siswa SD belum bisa sepenuhnya mandiri dalam bekerja sama, maka guru menjadi pasilitator dan pembimbing. Siswa berinfestigasi dalam menemukan rumus permukaan bangun ruang dengan menggunakan berbagai bentuk jaring-jaring bangun ruang. Dalam penampilan presentasi kelas besar guru mengarahkan dan menarik kesimpulan sebagai konsep matematika. Setelah akhir siklus I diadakan tes formatif
Hasil refleksi matematika Siklus I, 40% siswa dari 25 anak yaitu 10 anak mencapai nilai diatas ketuntasan, masih 15 anak 60% yang belum mencapai ketuntasan, kemungkinan dikarenakan kurang konsentrasi dalam berdiskusi dengan teman kelompoknya dan kurang teliti dalam menghitung kalimat matematikanya.
Sedangkan hasil refleksi matematika siklus II,ada 20 anak yang dapat nilai tuntas dengan prosentase 80%,dan ada yang belum mencapai nilai tuntas sekitar 5 anak dengan prosentase 20% .Mereka para siswa belajar bekerja sama dan berdiskusi juga menjadi tutor teman sebaya. Hasilnya luar biasa mereka bisa berkolaborasi dengan teman-temanya walau sangat sederhana.
Pembahasan
Karena bila ditinjau dari perkembangan kognitif (Piaget) anak usia kelas V dan VI memasuki tahap operasional formal awal untuk itu guru dalam menyempaikan materi matematika luas permukaan bangun ruang dengan alat peraga bangun 3 dimensi untuk memperjelas keterangan guru, sehingga anak dapat berfikir logis. Setelah menemukan aksioma dan konsep baru menuju abstrak dalam bentuk rums matematika.
Dengan modal pembelajaran menggunakan model ini diharapkan anak yang seringnya belajar individu berubah menjadi belajar bersama dan hal ini sesuai dengan perkembangannya yang ingin diharapkan mampu melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sendiri, pengalaman nyata dalam mengenal luas bangun datar, sisi, rusuk dan menghubungkan pengetahuan sebelumnya untuk menemukan rumus turunan yang diketemukan ketika bekerja sama. Guru disini juga menggunakan tugas kerja kelompok yang satu dengan anak lain yang pada siklus I dapat bertukar-tukar dan dapat menjadi tutor sebaya, ada kelompok jigsaw menyampaikan penemuannya pada kelompok lain. Jadi pada siklus II anak mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan lebih singkat. Anak dapat belajar bertanggung jawab pada saat presentasi du kelas besar, belajar menghargai orang lain dan belajar menemukan atau menarik kesimpulan bersama anak lebih ceria dan merasa tidak tertekan ketika terjadi proses belajar mengajar. Pada akhir sesi guru menarik kesimpulan akhir sehingga konsep matematikanya tepat dan benar
Dari penelitian ini, model pembelajaran dengan Model bangun ruang dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar anak pada matematika kompetensi dasar menentukan luas permukaan bangun-bangun ruang
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam usaha meningkatkan penugasan siswa terhadap materi pembelajaran matematika, perlu perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang baik.
2. Untuk mengubah paradigm anak yang individualistis dan beranekaragam perbedaan maka model pembelajaran yang cocok dikembangkan pembelajaran berkelompok.
3. Melatih anak untuk bekerja sama dan menemukan sesuatu serta bertanggung jawab dapat dengan model pembelajaran menggunakan model bangun ruang
4. Pengalaman nyata dalam pembelajaran memberikan konsep yang mudah dipahami anak
5. Dengan model bangun ruang ini dapat memotong pembelajaran yang panjang, anak dapat menjadi tutor sebaya yang sesuai dengan perkembangannya
6. Anak lebih aktip terhadap model pembelajaran menggunakan model bangun ruang.
Saran
1. Untuk Guru
a. Karena pembelajaran di SD itu merupakan sistem berjenjang dan berkelanjutan, untuk itu guru perlu sekali memperhatikan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran disetiap jenjangnya sehingga tidak diketemukan kesulitan belajar dikelas atasnya sehingga terlambat mengatasinya
b. Agar dapat melakukan inovasi pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa
c. Mengembangkan metode pembelajaran yang lebih menarik untuk dapat memberi motifasi kepada siswa dalam meningkatkan prestasi hasil belajar.
2. Untuk Sekolah
a. Memberi fasilitas atau kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogis dengan mengikuti pelatihan / penataran
b. Memberi motifasi kepada guru untuk melakukan inovasi pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Ella Yulaelawati,Kurikulum dan Pembelajaran,jakarta Pakar raya,2007
Hamalik, Oemar. 1992, Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Muslim. Dkk. 2002. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: university Press
Slameto. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Suryabrata. Sumadi. 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Theliang Gie. 1981. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Super Sukses
Melvin L. Silberman. 1996. Active Learning allyn and Bacon Boston.101 strategis to teach any sabject