Peningkatan Prestasi Belajar IPA Dengan Penerapan Strategi Pengajaran Inkuiri
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN INKUIRI
BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 JEGONG KECAMATAN JATI KABUPATEN BLORA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Almuksitin
SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran inkuiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model yang digunakan adalah inkuiri yang dilaksanakan melalui 2 siklus, tiap–tiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan tatap muka dengan subjek penelitian siswa kelas IV SDN 2 Jegong yang berjumlah 23 siswa. Dalam setiap siklus mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Atas dasar pengamatan prasiklus penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pembelajaran inkuiri hal ini terlihat dari. peningkatan rata–rata hasil pretasi belajar IPA yaitu 41 pada kondisi awal menjadi 74 pada siklus 1 dan menjadi 80 pada siklus 2. Nilai rata–rata siklus I meningkat 33% dari kondisi awal, dan, nilai rata–rata siklus 2 meningkat 6% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata–rata kelas sebesar 39%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 48% dari kondisi awal,dan siklus 2 meningkat 22% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2 ketuntasan belajar meningkat 70% dari kondisi awal. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar IPA kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada para guru IPA untuk menerapkan inkuiri dalam pembelajaran SD. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terutama siswa kelas IV.
Kata Kunci : Prestasi belajar, Pembelajaran IPA, Pengajaran Inkuiri
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dapat dicapai apabila Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas dapat berlangsung dengan baik, efektif, dan efisien. Untuk mencapai itu semua, maka peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kemampuan profesional untuk mengelola proses pembelajaran, mengadakan penilaian, sehingga guru dapat mengetahui dan memantau perkembangan peserta didiknya.
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar, siswa guru mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting. Guru perlu mengupayakan cara penyampaian materi pembelajaran yang dapat meningkatkan perhatian belajar siswa. Jadi guru dituntut untuk mampu memilih serta menerapkan strategi pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat.
Berdasarkan hasil nilai formatif siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 2 Jegong, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, menunjukkan adanya indikasi rendahnya tingkat ketuntasan dan penguasaan siswa yang masih berada di bawah KKM. KKM mata pelajaran IPA ditetapkan 75. Hasil yang dicapai siswa saat ulangan formatif tersebut nilai rata-rata kelas hanya 40,9. Dari sejumlah 23 siswa kelas IV, hanya ada 4 siswa yang nilainya mencapai KKM, sedangkan yang masih berada di bawah KKM ada 19 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Siswa yang memperoleh nilai tersebut ada 1 siswa. Ada 3 siswa yang mencapai nilai 80, serta ada 1 siswa yang mendapat nilai 70. Sementara 19 siswa memperoleh nilai kurang dari 75 dengan nilai terendah 30. Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan formatif tersebut dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPA masih rendah dan perlu dilakukan upaya perbaikan.
Metode ceramah sangat sering digunakan oleh guru. Hal ini karena metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling mudah dan sangat sering dijumpai. Guru tinggal melihat buku pegangan dan menerangkan kepada siswa, dimana siswa mencatat bagian-bagian penting dari penjelasan guru tersebut. Tetapi kadang untuk beberapa mata pelajaran, penerapan metode ceramah kurang tepat, jika menyangkut mata pelajaran yang membutuhkan penggambaran secara kongkret. Pada dasarnya siswa SD kurang bisa menerima contoh-contoh abstrak, tetapi akan lebih mudah dengan contoh yang nyata atau konkret.
Penerapan metode ceramah kemudian dilanjutkan dengan memberikan tugas untuk dikerjakan, siswa akan menjadi pasif ketika mengikuti pelajaran dan akhirnya tidak mampu memahami materi yang disampaikan, merasa kesulitan, merasa tertekan, merasa jenuh karena terus-menerus berada di dalam kelas, dan ini bisa berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Strategi belajar mengajar yang baik harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, menemukan dan mengembangkan fakta dalam memecahkan masalah. Jika kepada siswa diberikan kesempatan untuk mencari, menemukan dan mengembangkan fakta dalam memecahkan masalah, maka keaktifan siswa berkembang dan diharapkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar akan bermanfaat serta berpengaruh positif dalam tingkat perkembangan berikutnya.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi inkuiri ini ditekankan pada proses dan perhatian siswa dalam pembelajaran. Dengan strategi ini, diharapkan siswa merasa terlibat dan memperhatikan dalam setiap proses pembe-lajaran sehingga dapat memancing daya kritis dari siswa. Dengan adanya strategi ini diharapkan terjadi perubahan yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Jegong tahun 2015/2016.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan penerapan strategi pengajaran inkuiri di kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016?â€
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada semester I tahun pelajaran 2015.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
Bagi Siswa
1. Untuk meningkatkan daya tarik siswa dalam mempelajari IPA.
2. Untuk meningkatkan perhatian siswa pada proses pembelajaran IPA.
3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
Bagi Guru
1. Memberikan manfaat kepada guru dalam rangka mengembangkan dan memperbaharui cara mengajarnya untuk meningkatkan perhatian siswa dan prestasi belajar siswa.
2. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar.
Bagi Sekolah
1. Sebagai masukan dalam rangka memotivasi para guru untuk meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar.
2. Sebagai masukan untuk memotivasi guru agar dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) berupa mata pelajaran yang mulai di ajarkan pada jenjang kelas tinggi. IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA di SD dan MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pengajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu pengajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Prestasi Belajar
Menurut Poerwodarminto (1976:786), Prestasi adalah hasil yang dicapai, dikerjakan, dilakukan. Prestasi adalah hasil yang dicapai siswa dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun jumlah pelajaran siswa selama periode yang diberikan yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasikan. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, prestasi adalah hasil yang dicapai dari proses belajar yang dapat diketahui dari capaian ketika mengerjakan serangkaian tes prestasi belajar.
Menurut Slameto (2003:85), â€Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannyaâ€.
Menurut Tirtonegoro (1989:43) menyatakan bahwa: Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan dalam pencapaian hasil kerja dalam waktu tertentu. Ini berari bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang diperoleh siswa melalui proses belajar yang dilakukannya.
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
Strategi Pengajaran Inkuiri
Strategi inkuiri merupakan cara belajar mengajar yang dimaksudkan untuk mengembangkan ketrampilan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir kritis. Oemar Hamalik (2001:633) menyatakan bahwa: Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
Pengajaran inkuiri menuntut siswa untuk menggunakan kemampuannya mencari jawaban atas suatu isu atau pertanyaan. Dengan demikian siswa diharap-kan mampu menemukan konsep dan prinsip sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok.
Menurut W. Gulo (2002:42) dalam penggunaan Strategi Inkuiri perlu diperhatikan syarat-syaratnya sebagai berikut:
a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda perlu diperhatikan.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentative (kebenaran selalu bersifat sementara). Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi ini.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validasi dan reliabilitas tentang sebagai dituntut dalam penyajian hipotesis pada umumnya.
Menurut Oemar Hamalik (2001:220), berbagai model strategi inkuiri yang diterapkan pada siswa antara lain:
a. Inkuiri Berorientasi Diskoveri
Inkuiri berorientasi pada diskoveri menunjuk pada situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok kecil siswa (yang terdiri dari empat sampai lima anggota) berupaya menemukan jawaban-jawaban atas topik-topik inkuiri. Dalam situasi tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian informasi. Model ini dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan inkuiri, yang disebut sosial inkuiri.
b. Inkuiri berdasarkan kebijakan (policy based inquiry)
Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang berkenaan dengan adanya proposisi-proposisi kebijakan yang berorientasi pada tindakan. Perbedaannya dengan inkuiri berorientasi diskoveri adalah hakekat inkuiri dan tujuan yang hendak dicapai. Yang menjadi fokus dan tujuan adalah masalah-masalah sosial dan kebijakan yang berkaitan dan yang ditargetkan.
Model inkuiri berorientasi diskoveri diberikan dengan maksud agar siswa mengikuti kegiatan belajar yang disajikan dengan semangat. Berbagai strategi inkuiri dan diskoveri dapat menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif.
Kerangka Berpikir
Pengajaran IPA sering mengalami kesulitan terutama pada saat menyampaikan materi pelajaran yang sifatnya kongkret. Dalam proses pembelajaran, guru cenderung masih dominan, sehingga siswa lebih bersikap pasif daripada mencari dan menemukan pengetahuan sendiri. Melalui strategi pengajaran inkuiri siswa terlibat secara maksimal dalam usaha mencari dan menemukan pemecahan masalah, sehingga kegiatan belajar dapat optimal terarah pada tujuan pembelajaran.
Peran guru dalam strategi pengajaran inkuiri adalah sebagai konselor, pembina dan pengarah. Guru senantiasa siap memberikan bantuan kepada kelompok siswa dalam melaksanakan interaksi, mengungkapkan argumentasi, mengumpulkan bukti dan mengarahkan diskusi. Guru mendorong siswa untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan menjejali siswa dengan pengetahuan.
Pembelajaran di kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora kurang optimal, perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kurang memusat. Siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Penerapan strategi pengajaran inkuiri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perhatian siswa, karena strategi pengajaran inkuiri sangat membu-tuhkan keterlibatan siswa dan sangat menyita perhatian siswa untuk melakukan eksperimen serta menemukan pemecahan masalah.
Dengan menerapkan strategi pengajaran inkuiri diharapkan kesulitan yang dihadapi siswa dapat teratasi. Selain itu diharapkan siswa menjadi aktif, dan kreatif dalam belajar, berani bertanya, serta berdisiplin dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga tumbuh rasa senang terhadap mata pelajaran IPA dan akhirnya prestasi belajar siswa meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan strategi pengajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA, ditunjukkan melalui pencapaian ketuntasan belajar siswa dengan Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) sebesar ≥ 75.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus, September dan Oktober 2015. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Jegong, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN 2 Jegong yang berjumlah 23 anak, yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini kami menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknis tes maupun teknik non tes. Teknik tes dilakukan dengan melakukan ulangan harian pada akhir siklus. Sedangkan tektik nontes dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, angket dan dokumentasi.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin dengan melalui 4 tahapan yaitu: 1) Planning (Perencanaan); 2) Acting (Tindakan); 3) Observing (Pengamatan); dan 4) Reflecting (Refleksi).
Indikator Keberhasilan
Pada penelitian tindakan kelas ini penulis mentargetkan rata-rata nilai ulangan harian/tes formatif meningkat. Dari rata-rata kelas 40,9 diharapkan bisa meningkat. Target kira-kira pada siklus II rata-rata 80.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil analisis daftar nilai siswa, jumlah siswa yang mendapat nilai 75 ke atas sebanyak 18% atau 4 siswa, yang mendapat nilai 65 – 74 sebanyak 4% atau sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai 55 – 64 sebanyak 13% atau 3 siswa, yang mendapat nilai 45 – 54 sebanyak 9% atau 2 siswa, yang mendapat nilai 35 – 44 sebanyak 13% atau sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat nilai 25 – 34 sebanyak 43% atau sebanyak 10 siswa.
Dari data hasil tes tersebut menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4. 1.
Tabel 4. 1 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Jumlah |
Prosentase |
||
1. |
Tuntas |
4 |
17% |
2. |
Belum Tuntas |
19 |
83% |
Jumlah |
23 |
100% |
Dari tabel 4. 2 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM 75 sebanyak 19 anak. Dengan demikian ada 19 anak yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal ada 4 anak.
Diskripsi Hasil Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran) yang dilaksanakan hari Selasa, 25 Agustus, Rabu, 26 Agustus dan Selasa 1 September 2015.
Berdasarkan hasil ulangan harian siklus 1, jumlah siswa yang mendapat nilai 75 ke atas sebanyak 65% atau 15 siswa, yang mendapat nilai 65 – 74 sebanyak 22% atau sebanyak 5 siswa, pada siklus 1 tidak ada siswa yang mendapat nilai 55 – 64, yang mendapat nilai 45 – 54 sebanyak 13% atau 3 siswa, sedangkan untuk nilai 35 – 44 sudah tidak ada.
Hasil tes pada siklus 1 tersebut apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 4. 2 berikut ini.
Tabel 4. 2 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 1
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Jumlah |
Prosentase |
||
1. |
Tuntas |
15 |
65% |
2. |
Belum Tuntas |
8 |
35% |
Jumlah |
23 |
100% |
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 23 anak, yang sudah tuntas sebanyak 65% atau 15 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 35% atau 8 siswa.
Diskripsi Hasil Siklus 2
Siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran) yang dilaksanakan hari Selasa tanggal 8 September 2015, Rabu tanggal 9 September 2015 dan Selasa tanggal 15 September 2015.
Berdasarkan hasil ulangan harian siklus 2, jumlah siswa yang mendapat nilai 75 ke atas sebanyak 87% atau 20 siswa, tidak ada siswa yang mendapat nilai 65 – 74, yang mendapat nilai 55 – 64 sebanyak 13% atau 3 siswa, tidak ada siswa yang mendapat nilai 45 – 54, yang mendapat nilai 35 – 44 sudah tidak ada, dan yang mendapat nilai 25 – 34 sudah tidak ada lagi.
Hasil tes pada siklus 2 tersebut apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 4. 3.
Tabel 4. 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 2
No |
Ketuntasan Belajar |
Jumlah Siswa |
|
Jumlah |
Prosentase |
||
1. |
Tuntas |
20 |
87% |
2. |
Belum Tuntas |
3 |
13% |
Jumlah |
23 |
100% |
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 23 siswa, yang sudah tuntas sebanyak 87% atau 20 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 13% atau 3 anak.
Pembahasan
Dari hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi bagian-bagian tumbuhan bagi siswa kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan strategi pengajaran inquiri. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 41 pada kondisi awal menjadi 74 pada siklus 1 dan menjadi 80 pada siklus 2. Nilai rata-rata siklus 1 meningkat 33% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus 2 meningkat 6% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 39%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 48% dari kondisi awal, dan siklus 2 meningkat 22% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2 ketuntasan belajar meningkat sebesar 70% dari kondisi awal.
Perbandingan ketuntasan belajar siswa dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat dari tabel 4. 4 berikut ini:
Tabel 4. 26 Perbandingan ketuntasan belajar dari prasiklus, siklus 1 dan siklus 2
No |
Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
|||||
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus 2 |
|||||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
||
1. |
Tuntas |
4 |
17% |
15 |
65% |
20 |
87% |
2. |
Belum Tuntas |
19 |
83% |
8 |
35% |
3 |
13% |
Jumlah |
23 |
100% |
23 |
100% |
23 |
100% |
PENUTUP
Simpulan
Hasil dari kondisi awal dengan siklus 1 menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 48% dan siklus 2 sebesar 22% dari siklus 1. Hasil akhir tindakan tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar sebesar 70% dari kondisi awal. Adapun hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran menunjukkan perubahan yang positif yaitu siswa lebih aktif dan bersemangat selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan strategi pengajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang bagian-bagian tumbuhan untuk siswa kelas IV SDN 2 Jegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas di atas maka disarankan:
Bagi Guru
1. Memberikan manfaat kepada guru dalam rangka mengembangkan dan memperbaharui cara mengajarnya untuk meningkatkan perhatian siswa dan prestasi belajar siswa
2. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar
Bagi Siswa
1. Saran siswa yang sudah berhasil tingkatkan prestasimu jangan mudah puas sampai disini.
2. Saran siswa yang belum berhasil jangan patah semangat tetap berusaha agar prestasi meningkat dan lebih giat belajar daripada sebelumnya
Bagi Sekolah
1. Sebagai masukan dalam rangka memotivasi para guru untuk meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar
2. Sebagai masukan untuk memotivasi guru agar dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses dan kualitas belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Perencanaan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. W. J. S. 1979. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian & Pengembangan Depdiknas. 2006. KTSP Mapel IPA SD. Jakarta: Depdikbud.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtonegoro. 1989. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.