PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN

MATERI SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI COMBONGAN 01

KECAMATAN SUKOHARJO PADA SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Listyaningsih

SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui metode Contextual Teaching and Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 selama 6 (enam) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo yang terdiri dari 15 orang siswa. Metode penelitian yang diterapkan adalah Contextual Teaching and Learning dengan prosedur penelitian yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Hasil penelitian ini menunjukaan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Peningkatan kualitas belajar terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran yakni pada kondisi awal sebesar 40,00% meningkat menjadi 100% pada akhir siklus II. Peningakatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada Kondisi Awal sebesar 69,67 meningkat menjadi 82,00 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 12,33. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 53,33% meningkat menjadi 100% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 46,67%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, PKn, Prestasi belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan merupakan sebuah awal pada setiap negara dalam mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyat. Dalam mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyat maka perlu dibentuk berbagai lembaga-lembaga negara yang mengatur semua kepentingan rakyat. Lembaga-lembaga tersebut tersusun secara sistematis sehingga mambentuk tata pemerintahan dalam sebuah negara. Setiap lembaga yang dibentuk dalam sebuah negara mempunyai tugas dan wewenang sesuai peraturan konstitusional. Dalam menjalankan tugas dan wewenang tersebut setiap lembaga negara harus saling melengkapi dan sinergis sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

Setiap generasi penerus bangsa perlu memahami tugas dan wewenang setiap lembaga negara sehingga kelak mampu menjalankan estafet kepemimpinan dalam berbagai lembaga negara dengan baik. Oleh karena itu pemerintah perlu meberikan pemahaman yang cukup terhadap generasi penerus bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman tugas dan wewenang lembaga-lembaga negara, maka pemerintah memasukkan materi sistem pemerintahan Indoonesia dalam kurikulum pendidikan nasional.

Salah satu mata pelajaran yang mangajarkan sistem pemerintahan Indonesia adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan kepada setiap peserta didik sebagai generasi penerus bangsa mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disekolah dasar setiap siswa diajak memahami materi sistem pemerintahan Indonesia yang membahas secara mendetail lembaga-lembaga negara lengkap dengan tugas dan wewenangnya dalam menjalankan roda pemerintahan.

Cakupan materi sistem pemerintahan Indonesia yang bagitu luas dalam pembelajaran dikelas sehingga menuntut setiap guru harus dapat mengemas sistem pembelajaran yang dilakukkan dalam pembelajarn menjadi menarik dan mudah dipahami siswa. dengan sistem pembelajaran yang menarik akan menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Sehingga pada akhirnya setiap generasi penerus bangsa akan mampu memahami tugass dan wewenang setiap lembaga-lebaga negara di Indonesia.

Namun kenyataan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran PKn dikelas, masih banyak guru yang menggunakan sistem pembelajaran dengan metode ceramah yang monoton. Cakupan materi sistem pemerintahan Indonesia yang begitu luas dengan disamapaikan manggunakan metode ceramah monoton menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran tersebut. Siswa hanya menjadi pendengar yang pasif. Setiap siswa hanya mendengar dan dan mencatat materi pembelajaran yang disampaikan. Proses pembelajaran dengan metode ceramah monoton tersebut menjadikan siswa jenuh dan kurang memperhatikan penyampaian materi pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan prestasi belajar siswa sangat kurang optimal.

Senada dengan hal tersebut, proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan pusat yang dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 juga masih menggunaan metode ceramah yang monoton. Akibat yang ditimbulkan dengan menggunakan metode ceramah tersebut menjadikan kualitas proses pembelajaran kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran hanya sebesar 40,00%. Rendahnya kualitas proses pembelajaran tersebut menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih siswa kurang optimal. Hal itu terbukti, dari hasil ulangan harian yang dilakukan menunjukkan dari 15 peserta didik, yang mendapat nilai > KKM 75 hanya 8 peserta didik (53,33%), sedangkan sisanya 7 peserta didik (46,67%) masih berada dibawah KKM dan bahkan ada yang mendapat nilai jauh di bawah KKM nilai terendah 60. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 69,67. Dengan hasil tersebut berarti tujuan pembelajaran secara umum belum tercapai karena tingkat ketuntasan beajar masih dibawah 80%.

Dengan perolehan prestasi belajar tersebut menunjukkan adanya sistem pembelajarn yang kurang tepat. Cakupan materi sistem pemebrintahan RI yang begitu sangat luas membutuhkan suatu metode pembelajaran yang manarik dan menjadikan siswa lebih mudah diapahami. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah Contekstual Teaching and Learning (CLT). Metode ini merupakan metode pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga siswa lebih mudah dalam menguasai materi pembelajaran dengan baik.

Untuk itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini “Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Sistem Pemerintahan Indonesia melalui Metode Contextual Teaching and Learning bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia melalui metode contextual teaching and learning bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017? 2) Apakah penggunaan metode contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1)mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui metode contextual teaching and learning; 2) meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 metode contextual teaching and learning.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Metode Contextual Teaching And Learning

Menurut Suyanto (2013: 167), pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar bahwa knowledge is constructed by human. Pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Senada dengan itu, Asis Saefuddin (2014: 20) mengemukakan Pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi guru yang diajarkannya dan situasi dunia nyata pembelajar dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, serta pengetahuan yang diperoleh dari usaha peserta didik mengontroksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Sagala (2009: 92) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; 3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; 4) menciptakan masyarakat belajar; 5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan 7) melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Prestasi Belajar

Pengertian belajar menurut Slameto (2003: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Asis Saefuddin (2014: 76) berpendapat “belajar diartikan suatu proses yang menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif. Purwanto (2002:15) juga berpandangan bahwa “belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Ngalim purwanto (2002: 12) menyatakan bahwa “Belajar itu suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk menghasilan pengetahuan atau pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari hasil belajar dapat diukur dengan capaian prestasi belajar.

Pengertian prestasi belajar menurut W.J.S. Poerwadarminta (1983: 9) “Prestasi belajar ialah suatu hasil yang telah dicapai, atau suatu yang merupakan hasil dari suatu usaha, maka prestasi belajar merupakan hasil daripada suatu usaha belajar”. Prestasi belajar sebagai hasil dari kegiatan belajar mengajar diperoleh melalui evaluasi hasil belajar atau pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2002:24) meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang di-miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Dari pendapat para ahli diatas maka dapat kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman pada diri seseorang dimana pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan dalam proses belajar tersebut dapat diukur dari prestasi belajar yang diraihnya.

Kajian Tentang Pembelajaran PKn di SD

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Di SD bahan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ditekankan pada pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (SLTA).

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Berdasarkan Kurikulum 2004 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah “Mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia”. Untuk siswa SD nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota masayarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Di sini tampak bahwa PKn mempunyai aspek pokok berupa pengembangan dan pelestarian nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Nilai luhur budaya Indonesia sangat beragam tergantung di daerah mana nilai itu berada. Benturan nilai vang berdasarkan budaya daerah yang satu dengan yang lainnya harus diketahui oleh siswa. Hal ini disebabkan nilai, budaya dan norma yang berlaku di satu daerah akan lain dengan nilai, budaya dan norma yang berlaku di daerah lain.

Sedangkan tujuan mata pelajaran Pkn adalah sebagai berikut: 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan; 2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 3)Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2007).

Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. 2) Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri Combongan 01 yang beralamat di Sidorejo RT 01 RW 04 Kelurahan Combongan, Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, Lokasi tersebut merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru mata pelajaran PKn, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Juli 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 15 siswa.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melalui teknik observasi, tes, dandokumen. Teknik Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data kegiatan siswa dan guru dalam proses perbaikan pembelajaran. Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data aspek kognitif yakni peningkatan prestasi belajar siswa. Sedangkan teknik dokumen yakni tekni yang digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas VI semester 1 dan prestasi belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan.

Validasi data merupakan tahapan yang dilakukan untuk menguji keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian. Validasi dalam penelitian ini menggunakan 2 metode untuk menguji kebenaran penelitian, yaitu: triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Teknik analisi yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis model interaktif. Analisis interaktif trsebut meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

  1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Milles dan Huberman (1992: 16) mengemukakan “Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehinggga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi”.

  1. Penyajian Data

Setelah data direduksi langkah selanjutnyan yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data yang berupa informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  1. Penarikan/ Verifikasi

Milles dan Huberman (1992: 19) mengemukakan “Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya yaitu yang merupakan validitasnya”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Kondisi Awal

Proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 masih menerapkan metode ceramah yang monoton. Cakupan materi Sistem pemerintahan RI yang begitu luas dengan disamapaikan manggunakan metode ceramah menjadikan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran tersebut. Hal tersebut mengakibatkan prestasi belajar siswa sangat kurang optimal.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan menunjukkan dari 15 peserta didik, yang mendapat nilai > KKM 75 hanya 8 peserta didik (53,33%), sedangkan sisanya 7 peserta didik (46,67%) masih berada dibawah KKM dan bahkan ada yang mendapat nilai jauh di bawah KKM nilai terendah 60. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 69,67. Dengan hasil tersebut berarti tujuan pembelajaran secara umum belum tercapai karena tingkat ketuntasan beajar masih dibawah 80%.

Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilaksanakan masih dengan metode ceramah yang monoton sehingga kualitas proses pembelajaran masih belum optimal. Hal tersebut terlihat dari kualitas proses pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan bahawa jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik hanyalah sebesar 40%.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik sebanyak 66,67%.

Peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa tersebut memberikan dampak peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar sisa tersebut dapat dibuktikan dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 65.00 dan nilai tertinggi sebesar 90.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 76,00. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 11 orang siswa atau 73,33%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah 4 orang siswa atau 26,67%. Data peningkatan prestasi belajar siswa pada Siklus I dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Prestasi belajar Siswa Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 11 73,33%
2. Tidak Tuntas 4 26,67%
Jumlah 15 100.00%
Nilai Rata-rata 76,00
Nilai Tertinggi 90.00
Nilai Terrendah 65.00

 

Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses perbaikan pembelajaran belum sepenuhnya berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapakan dalam penelitian ini yakni ketuntasan belajar siswa masih dibawah 80% serta jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam kualitas proses pembelajaran masih dibawah 75%. Kelemahan yang terjadi selama proses perbaikan siklus I yakni dalam proses diskusi kelompok, masih terdapat beberapa siswa yang belum berani menyampaikan pendapat serta diskusi masih dikuasi oleh siswa yang pandai. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan memperhatikan kelemahan yang terjadi selama perbaikan pembelajaran siklus I sehingga dapat mencapai haasil yang lebih optimal. Proses pembelajaran pada siklus II perlu dilakukan pembagian kelompok siswa dengan lebih kecil atau lebih sedikit anggota kelompok. dengan begitu maka diharapkan proses diskusi dapat berjalan dengan optimal sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat untuk memahami materi pembelajaran dengan baik.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran siklus II maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik sebanyak 100%. Pencapaian peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Siklus II

No. Kriteria Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 15 100%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 0 0%

 

Dari hasil tes yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 75.00 dan nilai tertinggi sebesar 95.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 82,00. Dilihat dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 15 orang siswa atau 100%. Data peningkatan prestasi belajar siswa pada Siklus II dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Prestasi belajar Siswa Siklus II

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 15 100.00%
2. Tidak Tuntas 0 00.00%
Jumlah 15 100.00%
Nilai Rata-rata 82,00
Nilai Tertinggi 95.00
Nilai Terrendah 75.00

 

Hasil yang diraih siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus II setalah dianalisis dan dibandingkan dengan indikator keberhasilan ternyata telah sepenuhnya sesuai bahkan melebihi batas yang ditetapkan.Dengan hasil di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran telah berhasil dan dihentikan pada akhir Siklus II.

Pembahasan Hasil Tindakan

Peningakatan kualitas proses pembelajaran siswa dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel Kualitas Proses Pembelajaran Siswa pada Antar Siklus

No. Kriteria Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Kualitas Proses Pembelajaran Baik 6 40% 10 66,67% 15 100%
2 Kualitas Proses Pembelajaran Kurang 9 60% 5 33,33% 0 0%

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.

Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

 

 

 

 

 

 

Tabel Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Antar Siklus

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 8 53,33 11 73,33 15 100.00
2. Belum Tuntas 7 46,67 4 26,67 0 00.00
Jumlah 15 100.00 15 100.00 15 100.00
Nilai Rata-rata 69,67 76,00 82,00
Nilai Tertinggi 80.00 90.00 95.00
Nilai Terendah 60.00 65.00 75.00

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia dengan menggunakan metode Contekstual Teaching and Learning, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  • Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya kualitas proses pembelajaran dengan jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik pada Kondisi Awal sebesar 40,00% meningkat menjadi 100% pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 60,00%.
  • Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi sistem pemerintahan Indonesia bagi siswa kelas VI SD Negeri Combongan 01 Kecamatan Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 69,67 meningkat menjadi 82,00 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 12,33. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakin pada Kondisi Awal sebesar 53,33% meningkat menjadi 100% pada akhir Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 46,67%.

Saran

Saran bagi siswa untuk belajar mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga lebih mudah memahami materi pmbelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapat dengan baik dalam diskusi kelompok maupun proses pembelajaran secara klasikal dikelas.

Saran bagi guru untuk menggunakan berlatih mengaitkan berbagai materi pembelajaran dengan kahidupan nyata yang terjadi disekitar sehingga penyampaian materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa; untuk menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan dan pada akhirnya prestasi belajar siswa menjadi optimal

Saran bagi sekolah untuk senantiasa memfasilitasi dan mendorong guru dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melakukan pembelajaran dikelas agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik sehingga kualitas lulusan sekolah dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. (1964:171). Pengertian Bermain Peran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Milles dan Huberman. 1992. Model-model Analisis Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhibbin Syah. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya

Purwanto. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwadarminta W.J.S. (1983). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Permendiknas No. 22 tahun 2006.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Syaiful Bahri Djamarah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.

Suyanto, dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Esensi: Jakarta.

Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Rosda Karya