PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IX A

SMP NEGERI 1 MAUMERE

 

Maria Gela

Guru di SMP Negeri 1 Maumere, Sikka, NTT

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Tipe Group Investigation kelas IX A SMP Negeri 1 Maumere. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, dengan model Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan dan setiap akhir siklus dilakukan penilaian untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dan penguasaan materi IPS. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran Tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa memiliki keberanian untuk bertanya, berkomunikasi, menjawab pertanyaan guru, teman atau kelompok lain dan berani mempertahankan pendapat ketika berdiskusi. Meningkatnya hasil belajar IPS dapat dilihat dari perolehan nilai siswa sebelum diberikan tindakan, yakni rata-rata 55,89%, menjadi 70,59% pada siklus I. Pencapaian ketuntasan materi sebelum dilakukan tindakan sebanyak 14 siswa (55,89%), meningkat menjadi 22 siswa (70,59%) pada siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 91,17% siswa yang telah mencapai ketuntasan 31 siswa (91,17% ). Model pembelajaran Tipe Group Investigation mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX A pada SMP N 1 Maumere

Kata kunci: Hasil Belajar,Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran Tipe Group Investigation

 

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, dan budi mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara yang tertuang dalam Kurikulum SMP Negeri 1 Maumere, dilaksanakan secara terpadu yang terdiri atas gabungan kajian Sosiologi, Geografi, Sejarah dan Ekonomi. Demikian juga proses pembelajaran yang berlangsung masih bersifat konvensional. Rendahnya hasil belajar terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Maumere, hal ini tercermin dari hasil rekap nilai IPS Kelas IX A semester 1 tahun pelajaran 2017/2018, menunjukkan bahwa 44,11% dari jumlah siswa 32 orang yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu tingkat kemampuan rata-rata siswa yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut minimal 75.

Peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa IX A SMP Negeri 1 Maumere agar dapat meningkatkan prestasi belajar IPS. Berdasarkan pengamatan selama ini rendahnya hasil belajar IPS pada Kelas IX A dapat diidentifikasi disebabkan oleh berbagai hal diantaranya: Siswa cenderung pasif, kurikulum yang padat dan Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru, dan metode pembelajaran yang konvensional.

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas maka permasalahan penelitian akan dirumuskan sebagai berikut; ”Apakah model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation pada siswa Kelas IXA SMP Negeri 1 Maumere Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat meningkatkan hasil belajar IPS ? ”

Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa Kelas IX A melaluil pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation

Menurut Slameto, yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut pandangan Gagne Belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Selain itu belajar memiliki tiga tahab yaitu persiapan untuk belajar, perolehan dan unjuk perbuatan dan alih belajar.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan yang sistematik dan terarah untuk mewujudkan perubahan tingkah laku.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009: 11 ).

Harjati ( 2008: 43 ), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.

Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian.

Pembelajaran kooperatif menurut Yatim Riyanto adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic Skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Menurut pendapat Lie, yang dikutip oleh Made Wena mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan social yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas inidiutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

Group Investigation (Investigasi Kelompok) dirancang untuk melatih kemampuan berfikir yang lebih tinggi seperti menganalisis dan mengevaluasi. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan suatu proyek atau tugas yang dapat dipilih sendiri oleh siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:

1)   Guru membagi kelas dalam kelompok heterogen.

2)   Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

3)   Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas, sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi atau tugas yang berbeda dengan kelompok lain.

4)   Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan (melakukan percobaan).

5)   Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok.

6)   Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.

7)   Evaluasi.

8)   Penutup.

Berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan dari setiap variabel diatas, maka dapatlah peneliti ajukan kerangka berpikir dalam pemecahan masalah penelitian sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation dengan pola dan langkah – langkah yang benar dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa secara bertahap.

Berdasarkan pada rumusan masalah dan landasan teori yang melandasi penelitian ini, maka dapat ditentukan hipotesis bahwa prestasi belajar IPS akan meningkat melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation pada siswa Kelas IX A Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada siswa Kelas IX A SMP Negeri 1 Maumere yang berjumlah 32 siswa dengan latar belakang social dan ekonomi yang heterogen yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Waktu penelitian mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2017.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari dua siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan evaluasi. Penelitian ini akan berhasil apabila 75% siswa mencapai KKM dari 32 siswa. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari: Hasil ulangan harian. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan: Mengumpulkan instrumen hasil belajar.

Analisis data dilakukan dengan data yang sudah dikumpulkan setiap tahapan siklus dengan tabel/diagram yang menunjukkan peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Apabila peningkatan sudah sesuai dengan indicator keberhasilan maka penelitian dianggap telah berhasil dengan harapan meningkatkan hasil belajar IPS.

Penelitian berlangsung dari Agustus sampai dengan bulan November 2017; meliputi: identifikasi masalah; merancang penelitian; menyusun instrumen; menyusun RPP; tindakan di kelas; pengolahan data dan pelaporan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Ada 44,11% siswa dari 32 siswa yang nilai hasil belajarnya belum mencapai KKM

Kegiatan siklus

Siklus 1

Perencanaan pada siklus pertama dilakukan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk memetakan indikator dengan materi ajar. Langkah berikutnya menelaah silabus materi ajar sebagai pedoman penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemudian memilih media yang digunakan dan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Diakhir siklus 1 dilakukan evaluasi hasil belajar. Pencapaian pada siklus 1 sebanyak 70,59% artinya ada 22 siswa mencapai KKM dan sisanya 10 siswa belum mencapai KKM; maka karena belum tercapai sesuai dengan kriteria maka diputuskan untuk melanjutkan ke siklus 2

Siklus 2

Pada siklus 2, dilakukan langkah-langkah seperti siklus 1 sampai dengan evaluasi. Setelah dianalisis data dan dibicarakan dengan tim kolaborator ternyata pencapaian hasil belajar siswa yaitu 91,17% artinya 31 siswa telah mencapai KKM, dan ada 1 siswa yang belum mencapai KKM3. Pembahasan Hasil Penelitian

emuan Penelitian tentang Prestasi Belajar siswa

Siklus 1: Tgl 06-08-2017, 13-08-2017, dan 20-08-2017

Indikator Nilai Ketercapaian Siswa Mean
    Tercapai Belum  

 

 

 

74,71

    Tercapai
KKM 75 22 Siswa 10 Siswa
Individu
KKM 75% 70,19%
Klasikal
       

Hal Yang ditemukan:

1) Siswa masih punya ketergantungan pada guru

2) Motivasi belajar pada siswa masih rendah

Dengan memperhatikan hasil penelitian pada siklus pertama dari hasil evaluasi siswa serta peran guru dalam mengimplementasikan Tipe Group investigation maka penelitian dilanjutkan ke siklus ke 2

 

Indikator Nilai Ketercapaian Mean
Siswa
    Tercapai Belum  

 

 

 

86,47

    Tercapai
KKM 75 31 1 Siswa
Individu Siswa
KKM 75% 91,17%
Klasikal

 

 

 

 

 

 

 

Hal Yang ditemukan

  1. a. Guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik
  2. b. Pemilihan metode pembelajaran sudah tepat
  3. c. Pemberian penguatan (reinforcement) dan menumbuhkan motivasi belajar siswa

Dengan memperhatikan hasil penelitian pada siklus kedua baik dari hasil evaluasi belajar siswa serta peran guru dalam mengimplementasikan Tipe group investigation maka penelitian ini dinyatakan berhasil.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Melalui pembelajaran koperatif tipe group investigation dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari analisis data pada siklus ke-1 secara individu rata-rata nilainya adalah 74,71, pada siklus ke-2 rata-rata nilainya adalah 86,47.
  2. Adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran koperatif tipe group investigation,Dari hasil analisis data yang pada tindakan 1 siklus ke-1 sebesar 85,7, dan pada tindakan 2 pada siklus ke-2 sebesar 100.

Implikasi

  1. Keberhasilan pembelajaran koperatif tipe group investigation dalam meningkatkan hasil belajar IPS, dibutuhkan perencanaan yang matang dan teliti.
  2. Dalam pelaksanaannya pembelajaran koperatif tipe group investigation perlu mendapat dukungan dari semua (stakeholder) sekolah dan orang tua

Saran:

  1. Setiap guru sebaiknya mempelajari dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
  2. Pembelajara koperatif tipe group investigationdapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran bagi guru IPS.
  3. Sekolah harus mengalokasikan anggaran yang proporsional dalam mendukung Pembelajaran koperatif yang dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran bagi guru
  4. Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah harus menfasilitasi kebutuhan dana bagi Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan basis MGMP mata pelajaran di tingkat sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Cooperative. Jakarta: Gramedia.

Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas. Dimyati, 1999, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gino, Dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS. Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung MLC.

Meier, Dave. 2004. The Acclelerated Handbook. Panduan Kreatif dan Efaktif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa.

Dimyati, 1999, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mohamad Nur. 2005 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. UNESA. Moleong. L. J. 1999 Metodologi Penelitihan Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda Karya.