PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI JOHO 04

KECAMATAN SUKOHARJO PADA SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

  1. Parni

SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 6 bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI di SD Negeri Joho 04 yang terdiri dari 19 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Peningkatan kualitas belajar terbukti dengan meningkatnya persentase jumlah siswayang mendpatkan kriteria baik yakni pada kondisi awal 58% meningkat menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa yakni pada Kondisi Awal sebesar 65,26 meningkat menjadi 83,95 pada akhir siklus II, sehingga mengalami peningkatan sebesar 18,69. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara kelasikal yakni pada Kondisi Awal sebesar 52,63% meningkat menjadi 100,00% pada Siklus II, sehingga mengalami peningkatan 47,37%.

Kata Kunci: Matematika, Prestasi Belajar, Problem Based Learning

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa dalam setiap jenjang pendidikan. Hal ini dikarenakan matematika merupakan salah satu pengetahuan yang paling bermanfaat dalam kehidupan. Hampir setiap bagian dari hidup kita mengandung unsur matematika. Perkembangan matematika dapat dikatakan mendorong kemajuan teknologi serta mendorong untuk semakin cermat dalam menangkap fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Fudamentalnya matematika dalam segala lini kehidupan menuntut kreatifitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran. Dengan begitu maka siswa mampu memahami materi pembelajaran matematika dengan baik. Kreatifitas dan inovasi dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya serta kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk bertanya dan berdiskusi yang berarti adanya interaksi timbal balik, baik antar sesama siswa maupun antara siswa dengan guru.

Namun hal ini sepertinya kurang diperhatikan oleh guru karena pada kenyataannya, khususnya pada pelajaran matematika, guru hampir selalu menggunakan model pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab. Penggunaan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab ini dapat menimbulkan permasalahan yakni siswa menjadi pasif karena selama pembelajaran siswa cenderung hanya mendengarkan dan mencatat. Seringkali ditemui siswa yang mengobrol sendiri di dalam kelas, bermain, atau menggambar ketika pembelajaran matematika berlangsung. Siswa cenderung tidak terampil untuk menemukan cara sendiri dalam memecahkan masalah dan interaksi siswa kurang optimal, baik dengan sesama siswa maupun dengan guru. Hanya satu atau dua orang siswa yang berani bertanya kepada guru baik di dalam maupun di luar kelas. Hal tersebut menyebabkan prestasi belajar matematika siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sekolah. Kondisi yang sama juga terjadi dalam proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Guru lebih sering menerapkan model pembelajaran ceramah yang monoton dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menimbulkaan dampak rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil ulangan harian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa prestasi belajar yang diraih siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan masih sangat rendah. Dari 19 siswa yang mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM >70) hanya 10 siswa (52,63%). Sedangkan sisanya yang belum mencapai ketuntasan ada 9 siswa (47,37%). Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 65,26.

Permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut menjadi titik awal perlunya dilakukan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mampu mengajak siswa terlibat aktif dalam memahami materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembellajaran matematka materi operasi hitung pecahan adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan menyusun pengetahuan sendiri dari berbagai permasalahan yang dihadapi maka siswa akan terbiasa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga siswa akan benar-benar memahami konsep meteri pembelajaran yang dipelajari. Dengan begitu maka siswa tidak akan kebingungan apabila menemukan berbagai soal operasi pecahan dengan berbagai model dan besaran angka yang berbeda sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan optimal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan melalui model pembelajaran Problem Based Learning bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 ?, 2) Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Subarinah, 2006:1). Prihandoko (2006:6) mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta berkemampuan bekerjasama (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Di samping itu, matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 11). Ruang lingkup pembelajaran bahan kajian Matematika untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, (3) pengolahan data. Sejalan dengan ruang lingkup tersebut maka dalam penelitian ini diambil ruang lingkup pertama yakni tentang bilangan dengan lebih spesifik pada pecahan.

Prestasi Belajar

Menurut Darsono (2005:27) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan perilaku yang relatif tetap. Syah (2004: 141) menjelaskan “prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar”. Purwanto (2005: 47) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Sedangkan Nasution (dalam Hamalik, 2009: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Purwanto (2005: 107), mengemukakan “tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu (1) faktor lingkungan; (2) faktor instrumen yaitu faktor yang dirancang dan difungsikan sebagai sarana mencapai tujuan; (3) faktor dalam, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.

Berdasarkan uraian diatas maka dengan belajar mampu mendapatkan prestasi belajar yang optimal sehingga seluruh potensi yang dimiliki setiap siswa dapat dikembangkan dengan baik. Pencapaian prestasi belajar didalam proses pembelajaran dapat diukur dengan melakukan penilaian atau tes pada setiap diri siswa. Dengan tes yang dilakukan maka dapat diketahui sejauh mana pengetahuan siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran.

Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Berns dan Erickson (2001:4), “Problem based learning is an approach that engages learners in problem solving investgations that integrate skills and concpts from many content areas”. Hal ini berarti bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasi berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Kemudian Ngeow (2001:2) mengemukakan bahwa “ Problem based learning is an educational approach that challenges students to “learn to learn”. Students work cooperatively is groups to seek solutions to real-world problems and more importantly, to develop skills to become self-directed learners.” Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar dengan belajar. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mencari solusi dari masalah dunia nyata dan lebih pentingnya untuk mengembangkan keterampilan siswa dengan menjadi pembelajar langsung. Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan perpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 10). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem based learning merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan permaslashan yang dihadapi sehingga dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan perpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri pada siswa.

Anita Lie dalam tesis Wijayanto (2009: 24) merumuskan langkah-langkah prosedur pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, (2) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), (3) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (4) guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (5) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

 

 

Hipotesis Tindakan

Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan suatu hipotesa sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Setting dan subjek

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Januari 2018 hingga bulan Juni 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri atas 19 orang siswa.

Teknik dan Alat Pengumulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Pada penelitian ini, ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumen, dan tes.

Validasi Data

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitataif. Teknik analisis data kuantitatif yang dilakukan yakni untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan prosentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi awal

Proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018, guru lebih sering menerapkan model pembelajaran ceramah yang monoton dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menimbulkaan dampak banyak siswa SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Mereka beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan memerlukan suatu pemikiran yang keras dan otak yang cerdas. Anggapan ini menyebabkan mereka patah semangat dalam belajar. Mereka enggan mencoba dan lebih suka mengatakan tidak bisa sebelum mencoba mengerjakan soal yang diberikan guru sehingga cenderung pasif. Sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih siswa masih sangat rendah. Proses pembelajaran yang dilakukan tersebut menjadikan kualitas pembelajaran masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa prosentase siswa yang mendapat kriteria Baik dalam proses pembelajaran hanyalah 58%.

Kualitas pembelajaran yang rendah tersebut menjadikan pencapaian prestasi belajar siswa yang kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata belajar sebesar 65,26 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 52,63%. Pencapaian prestasi belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 10 52,63%
2. Tidak Tuntas 9 47,37%
Jumlah 19 100%
Nilai Rata-rata 65,26
Nilai Tertinggi 80
Nilai Rata-rata 50

 

Permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran tersebut menjadi titik awal perlunya dilakukan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mampu mengajak siswa terlibat aktif dalam memahami materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembellajaran matematka materi operasi hitung pecahan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

Siklus I

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa porses pembelajaran telah menerapkan medel pembelajaran Problem Based Learning. proses pembelajaran menjadi lebih evektif, siswa terlibat aktif dalam proses diskusi yang dilakukan dalam setiap kelompok. Siswa berlomba-lomba untuk menyusun pengetahuannya agar lebih memahami materi pembelajaran yang dilakukan. Sehingga memberikan dampak pemahaman materi pembelajaran yang meningkat sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran menunjukkan bahwa prosentase jumlah siswa yang mendapatkan kriteria baik dalam proses pembelajaran sebesar 74%.

Peningkatan kualiats pembelajaran memberikan dampak pada peningkatan prestasi belajar yang diraih siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa yaitu 73,68. Tingkat ketuntasan belajar siswa menjadi 73,68% pada akir tindakan Siklus I. Pencapaian prestasi belajar siswa siklus I dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 14 73,68%
2. Tidak Tuntas 5 26,32%
Jumlah 19 100%
Nilai Rata-rata 73,68
Nilai Tertinggi 90
Nilai Rata-rata 60

 

Pencapaian prestasi belajar siswa tersebut menunjukkan adanya peningkatan signivikan dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada kondisi awal. Namun kenaikan tersebut ternyata belum sesuai dengan beberapa indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga perlu diadakan perbaikan siklus II. Belum tercapainya ketuntasan belajar siswa secara klasikal sesuai dengan indikator keberhasilan tersebut karena masih terlihat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Kekurangan tersebut antara lain yakni masih ada beberapa siswa yang belum terlibat aktif dalam diskusi kelompok dalam memcahkan maslah. Hal tersebut karena diskusi masih didominasi oleh siswa yang pandai sehingga siswa yang kurang pandai merasa tekut dalam menyampaikan pendapat. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pengaturan jumlah kelompok yang lebih baik pada perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan lebih evektif dibandingkan dengan siklus I. Hal tersebut terlihat dari poses pemecahan maslah yang dilakukan siswa dalam setia kelompk. Evektifitas kelompok dalam menyelesaikan permaslahan yang dihadadi karena jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit sehingg setiap anggota kelompok dapat berkerjasama sacara maksimal. Selain itu guru juga lebih mudah dalam melakukan pendampingan dan mengontrol jalannya diskusi kelompok. Kegiatan pembelajaran dalam sesi presentasi juga lebih hidup dengan tanya jawab yang dilakukan dari setipa kelompok. Proses pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa prosentase siswa yang memperoleh kriteria baik dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 100%.

Peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus II menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran sehingga setelah dilakukan tes akhir memberikan dampak peningkatan prestasi belajar siswa yang optimal. Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa yakni 83,95 pada akir tindakan Siklus II. Adapun ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II.

Pencapaian prestasi belajar siswa siklus II dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 19 100%
2. Tidak Tuntas 0 00,00%
Jumlah 19 100%
Nilai Rata-rata 83,95
Nilai Tertinggi 100
Nilai Rata-rata 70

 

Data perkembangan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

 

 

 

Tabel Daftar Nilai Siswa Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II

No. Ketuntasan Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 10 52,63 14 73,68 19 100
2. Belum Tuntas 9 47,37 5 26,32 0 0
Jumlah 19 100 19 100 19 100
Nilai Rata-rata 65,26 73,68 83,95
Nilai Tertinggi 80 90 100
Nilai Terendah 50 60 70

 

Tindakan perbaikan yang dilakukan guru tersebut cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 65,26 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 83,95 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 18,69. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41,67% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai siklus II.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 terbukti kebenarannya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya prosentase siswa yang mendapatkan kriteria Baik pada kondisi awal sebesar 58% meningkat menjadi 100% pada akhir siklus II.
  2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai-rata-rata prestasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 65,26 pada tindakan kondisi awal, meningkat menjadi 83,95 pada tindakan Siklus II meningkat sebesar 18,69. Adapun ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52,63% pada tindakan Siklus awal , meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II terjadi peningkatan sebesar 47,37% dari kondisi awal sampai siklus II

 

 

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

  1. Siswa disarankan untuk untuk belajar mandiri dalam menyusun pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  2. Guru disarankan lebih terampil dalam memilih dan menerepkan berbagai model pembelajaran khususnya Problem Based Learning (PBL) dalam melakukan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  3. Sekolah disarankan untuk mendorong dan memfasilitasi para guru untuk meningkatkan kamampuannya melakukan inovasi dalam menerapakn berbagai model pembelajaran paada proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Darsono, M. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP

Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD / MI. Lotim: Depdiknas: Ditjen Diknasmen.

Erickson and Bern. 2001.”Contextual Teaching and Learning”. Journal of Economy.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ibrahim, M, dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ngeow, Karen-Kong, dan Yoon-San. 2001. Learning to Learn: Preparing Teachers and Student for Problem-Based Learning. Bloomington: ERIC Clearinghouse on Reading English and Comunication. ERIC Number: ED457524. [Online]http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED457524.

Purwanto. 2005. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Prihandoko, Antonius Cahya. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Ricard I. Arends, 2008. Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, edisi 7.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Rosda Karya.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. M.Ed. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka

Wijayanto M. 2009. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Surakarta: UNS Program Pasca Sarjana.