Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIII A
SMP NEGERI 3 TAWANGSARI SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Maryana
SMP Negeri 3 Tawangsari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Fungsi, siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018 yang berjumah 23 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi.Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator keberhasilan adalah nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65,0 mencapai ≥ 85%.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Fungsi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari. Sebelum tindakan/prasiklus,hasil belajar siswa yang mencapai KKM 10 siswa atau 43,48%, pada siklus I, 13 siawa atau 56,52% dan pada siklus II, 20 siswa atau 86,96%. Nilai rata-rata kelas sebelum tindakan/prasiklus sebesar 68,87 setelah tindakan siklus I sebesar 72,04 dan setelah tindakan siklus II sebesar 84,61.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hasil belajar matematika materi Fungsi.
Pendahuluan
Banyak siswa yang sulit dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru matematika, membuat siswa acuh dan bahkan tidak mau memperhatikan pelajaran. Pembelajaran matematika tidaklah sulit untuk dapat dipelajrai, dengan menggunakan model yang tepat akan membuat siswa mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, siswa juga tidak mudah bosan, dan dengan adanya media pembelajaran juga turut membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dengan teman sejawat di SMP Negeri 3 Tawangsari, masalah yang dihadapi siswa adalah masih rendahnya hasil belajar matematika yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran berlangsung, siswa yang tidak mau berpirik dalam menyelesaikan soal, siswa yang kurang lancar dalam berbicara matematika, karena siswa kurang latihan mengerjakan soal. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil nilai matematika yang kebanyakan masih di bawah standart ketuntasan belajar yaitu 65,00. Selain itu penulis juga mendapatkan informasi dari siswa di SMP Negeri 3 Tawangsari, bahwa metode yang digunaka oleh guru yaitu ceramah, diskusi, dan penugasan juga membuat siswa bosan pada saat mengikuti pembelajaran. Ini membuat siswa menjadi pasif, ada juga takut pada saat mengikuti pembelajaran, dan membuat hasil belajar siswa menurun. Tidak tercapainya nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65,00. Di dalam kelas VIII A terdapat 23 siswa, sedangkan siswa yang tuntas didalam 1 kelas hanya ada sekitar 10 siswa, dan sebagian besar siswa masih banyak yang sulit dalam memahami menjelasan materi dari guru, dapat dikatakan siswa yang masih belum tuntas memiliki persentase 56,52%, sedangkan siswa yang sudah tuntas ada 43,48%.
Menurut Darsono (dalam Isjoni, 2011: 23) aliran behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus, dan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikankesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Dimana model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar yang berupa prestasi akademik, toleransi, memcapai keragaman dan perkembangan keterampilan sosial. Dengan model ini diharapkan siswa akan lebih aktif dalam bertanya dan dalam penyampaian pendapat, siswa juga diharapkan akan lebih dapat bersosialisasi dengan teman mereka dan dapat mengumpulkan banyak informasi tentang materi pembelajaran yang belum mereka ketahui sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini juga memiliki kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk kelompok, dimana terdapat kelompok pembawa kartu pertanyaan, kelompok pembawa kartu jawaban, dan kelompok penilai. Sehingga model ini dianggap sebagai model yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Namun perlu diadakan penelitian untuk dapat menyimpulkan bahwa model Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran matematika.
Menurut pendapat dari beberapa ahli tentang pembelajaran kooperatif tipe make a macth sebagai berikut: (1) Menurut Suprijono (2009: 94) mengatakan pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah pembelajaran yang menggunakan kartu-kartu; (2) Menurut Uno dan Mohamad mangatakan pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah pembelajaran yang menggunakan media berupa kartu pertanyaan dan kartu jawaban; (3) Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merupakan metode pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang juga bertujuan untuk berinteraksi antar siswa, yang mengajarkan kepada siswa bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan dikerjakan bersama-sama. Mengajarkan kepada siswa untuk dapat berinteraksi dan bergaul dengan siswa yang lain tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Pembelajaran kooperatif tipe make a match ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok pembawa kartu pertanyaan, kelompok pembawa kartu jawaban, dan sebagai kelompok penilai.
Siswa diajarkan untuk belajar bersama dengan siswa yang lain, saling bertukar informasi yang mereka miliki, dan mengajarkan sportifitas dalam kegiatan kelompok terebut. Pembelajaran kooperatif tipe make a match ini adalah variasi dalam kegiatan kelompok yang sebelumnya pernah ada, dengan penggunaan metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif didalam menerima pembelajaran dan diharapkan siswa tidak bosan dan lebih mudah dalam menerima penjelasan yang diterangkan oleh guru yang membuat peningkatan prestasi belajar siswa terutama pada pembelajaran matematika.
Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa yang masing-masing dalam kelompok memiliki peran yaitu kelompok pembawa kartu pertanyaan, dan kelompok pembawa jawaban; (2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu untuk bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap siswa mendapat satu kartu; (3) Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal kartu yang dipegang; (4) Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang mereka bawa; (5) Setiap siswa yang telah mendapatkan pasangan kartunya yang cocok sebelum waktu yang ditentukan habis akan diberikan tambahan poin oleh guru; (6) Setelah satu babak kemudian kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari kartu sebelumnya, demikian seterusnya. Kemudian diakhir kegiatan guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan dari materi yang telah dipelajari.
Alternatif yang dapat ditempuh dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui kreatifitas guru dalam memilih model pembelajaran.Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran matematika. Karena tidak semua model cocok digunakan dalam penyampaian materi, kreativitas guru sangatlah diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam penyampaian materi dapat membantu siswa untuk meningkatkan ide, gagasan dan kreativitas yang dimiliki siswa. Peran guru sebagai fasilitator sangatlah membantu siswa mengembangkan kreativitas yang mereka miliki, siswa juga akan dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, ini membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan bertanggung jawab dalam menemukan hasil jawaban yang diberikan kepada siswa. Pembentukan kelompok juga sangat berguna dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika, siswa juga akan belajar untuk bersosialisasi dengan teman yang lain, dengan demikian akan menjalin kekompakan dan kerja sama dalam menemukan solusi dari masalah yang diberikan kepada siswa. Pembentukan kelompok akan membuat siswa menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama, hal ini akan meningkatkan kekompakan, keaktifan, serta kerja sama. Siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga akan melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir, dan keterampilan sosial seperti mengemukakan pendapat, menerima saran, bekerja sama dan rasa setia kawan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah, “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Fungsi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018?â€.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2010: 130).Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tawangsari.Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan selama kurang lebih enam bulan yaitu sejak bulan Juli sampai dengan Desember 2017. Peneliti sebagai guru SMP Negeri 3 Tawangsari bertindak sebagai subjek yang melakukan tindakan kelas. Teman sejawat sesama guru mata pelajaran matematika sebagai observer. Kepala Sekolah bertindak sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Subjek yang menerima tindakan adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018 sebanyak 23 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: tes, observasi dan dokumentasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes digunakan adalah jenis tes hasil (achievement test) berupa kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari materi. Hal ini dapat juga sebagai alat untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari pokok bahasan membaca kalimat/paragraf dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.Kuis individu yang dimaksudkan ini adalah tes tertulis. Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar salah dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian (Suprijono, 2013:138). Observasi atau pengamatan dilakukan guna memperoleh data yang akurat, dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan dan observasi non-sistematis yang dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar siswa, dan foto-foto selama proses kegiatan belajar mengajar. Dokumentasi ini dimaksudkan adalah sebagai bukti-bukti konkret dari penelitian tindakan kelas tersebut.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes, lembar observasi dan lembar dokumentasi. Tes berbentuk tes tertulis maupun lisan yang dilakukan dalam post test dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar Fungsi siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Lembar Observasi, digunakan lembar observasi hasil belajar siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Lembar observasi digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian, untuk lembar hasil belajar siswa digunakan pada saat siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan kegiatan belajar mengajar dan sedangkan lembar observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Lembar dokumentasi ini bertujuan untuk mengetahui data siswa selama kegiatan penelitian berlangsung. Lembar dokumentasi ini berupa, foto-foto kegiatan pembelajaran, daftar hadir kegiatan pembelajaran, daftar hadir, daftar nilai, kartu pasangan soal/jawaban dan sebagainya.
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar matematika materi Fungsi siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 65,0 mencapai ≥ 85%.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi data hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari adalah sebagai berikut. Berdasarkan observasi awal di kelas VIII A mata pelajaran matematika dengan materi Fungsi diperoleh data, dari 23 siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 10 siswa (43,48%), dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68,87. Penelitian ini dilakukan dengan indikator kinerja nilai rata-rata tes siswa sekurang-kurangnya 70,0 dan banyak siswa dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 65,0 mencapai ≥ 85%.
Kemudian peneliti merencanakan observasi survai berikutnya untuk mengetahui kebenarannya. Pada kegiatan survei awal yang dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Agustus 2017. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa guru yang mendominasi kegiatan pembelajaran dan siswa cenderung tidak aktif. Salah satu solusi yang dikembangkan adalah penggunaan model pembelajaran yang baru yaitu dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (mencari pasangan). Dengan penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang berbeda, bervariasi dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa, meningkatkan keaktifan siswa yang muara akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.
Tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 22 agustus 2017 di SMP Negeri 3 Tawangsari kelas VIII A. Setelah langkah apersepsi dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebanyak 13 mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau 56,52%, rata-rata kelas naik menjadi 72,04. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus pertama belum berhasilmaksimaldan belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan. Peningkatan hasil, jika dibandingkan hasil prasiklus yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 43,48% setelah diberi tindakan penerapan siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 13 siswa atau 56,52%.
Tabel 1. Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Sebelum Tindakan/Prasiklus ke Siklus I
NNo |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
|
Siswa mencapai KKM |
10 |
13 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi Fungsi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, padapelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 10 siswa, setelah tindakan siklus I sebanyak 13 siswa sehingga meningkat 3 siswa.
Setelah dievaluasi bersama dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bagian pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya, dengan perencanaan perbaikan untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan yang dilakukan pada siklus I. Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 5 September 2017. Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan pada tindakan kelas siklus II menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Hasil belajar siswa sebanyak 20 siswa (86,96%) mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sehingga rata-rata nilai kelas VIII A naik menjadi 84,61
Tabel 2. Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Siklus I ke Siklus II
NNo |
Hasil Siswa |
Siklus I |
Siklus II |
|
Siswa mencapai KKM |
13 |
20 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi Fungsi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, pada pelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai KKM pada saat dilakukan tindakan siklus I sebanyak 13 siswa, setelah tidakan siklus II sebanyak 20 siswa sehingga meningkat 7 siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran sampai dengan pada siklus II berjalan dengan baik dan telah memenuhi indikator kinerja yang diharapkan.
Pada siklus I dan II dengan penerapan tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, sehingga siswa lebih antusias dengan perasaan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Nilai rata-rata siswa sejak sebelum diadakan penelitian hingga setelah diadakan penenelitian sampai dengan siklus II, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Perkembangan Siswa yang Mencapai KKM Sebelum Tindakan/Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
NNo |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Siswa mencapai KKM |
10 |
13 |
20 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi Fungsi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan, baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, yaitu: siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 10 siswa, setelah tidakan siklus I sebanyak 13 siswa dan setelah tindakan siklus II sebanya 20 siswa, sehingga peningkatan kumulatif dari sebelum tindakan/prasiklus sampai dengan siklus II sebesar 10 siswa.
Tabel 4. Perkembangan Persentase Siswa Mencapai KKM Sebelum Tindakan / Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
NNo |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Persentase Siswa Mencapai KKM |
43,48% |
56,52% |
86,96% |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Fungsi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan, yaitu: persentase siswa yang mencapai KKM Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus 43,48%, setelah tidakan siklus I sebanyak 56,52% dan setelah tindakan siklus II sebanya 86,96%.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan/Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
NNo |
Hasil Siswa |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Nilai rata-rata |
68,87 |
72,04 |
84,61 |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar materi Fungsi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, di setiap pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan, yaitu: nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus adalah 68,87, setelah tidakan siklus I adalah 72,04 dan setelah tindakan siklus II adalah 84,61 sehingga dari kondisi awal sebelum tindakan/prasiklus sampai dengan tidakan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 15,74. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Fungsi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi Fungsi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tawangsari semester I tahun pelajaran 2017/ 2018.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tawangsari ini sudah berjalan dengan cukup baik dan hasil yang baik pula. Namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran. (1) Siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan diri melalui peran aktifnya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Peran aktif tersebut meliputi peran aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat maupun mempresentasikan gagasannya. (2) Guru matematika hendaknya dapat menumbuh kembangkan kreativitas dalam menjalankan profesinya sebagai fasilitator dan motivator dalam menyampaikan pembelajaran secara kreaktif dan inovatif pada siswa dalam penyampaian materi, sehingga siswa dapat menerima dan memahami materi yang diajarkan dengan baik. (3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan membawa dampak positif terhadap perkembangan sekolah yang nampak pada peningkatan prestasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Mikran Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini pada Konsep Gerak. Jurnal Untad Vol 2, Bo 2 (2014)..
Nurlia Astika, Ngurah Ayu Nyoman M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika Vol 3, No 2 (September 2012).
Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Lembaga Penelitian KIP Bandung.
Depdiknas. 2014. Buku Guru Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Maretanika Puspitasari. 2015. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Siswa Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi: Univet Bantara Sukoharjo.
Mulyasa. 2012. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rudi Salam, Zunaira Zunaira, Risma Niswaty. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Membuat Dokumen Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari Pasangan). Jurnal Office Vol 2, No 2 (Juli-Sept 2012).
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.