Peningkatan Prestasi Belajar Pecahan Sederhana Menggunakan Pendekatan Realistik
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PECAHAN SEDERHANA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK PADA SISWA KELAS III.B
SDN 013 TEMBILAHAN KECAMATAN TEMBILAHAN
Betty Suryani
Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindak kelas ini secara umum adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang aktif di kelas yang ditandai adanya interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta berperannya pendekatan realistic yang di gunakan, sehingga dapat meningkatkan hasil atau prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.Penelitian tindakan kelas ini di tempuh dalam dua siklus dengan menggunakan Pendekatan Realistik. Setiap siklus terdapat empat tahapan yang perencanaan, tindakan, pengamatan, serta analisis dalam refleksi. Tindakan penelitian dalam setiap siklus di lakukan dengan cara pemberian pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Realistik, masing-masing siswa bekumpul sesusai dengan kelompoknya untuk berdiskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara kelompok dapat menemukan dan menentukan jawabannya, sehingga siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian tes akhir siklus.Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian tindakan adalah: (1) keaktifan siswa akan menjadi lebih meningkat jika dibandingkan dengan sebelumnya, (2) prosestase ketuntasan belajar pada siklus I hanya mencapai 88% sehingga perlu tindakan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu mencapai 100%.Adapun simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan Pendekatan Realistik yang sesuai dengan materi yang disampaikan dalam setiap pembelajaran akan meningkatkan hasil yang dicapai. Oleh karena itu disarankan agar guru dapat memilih pendekatan realistik yang sesuai dengan materi pada setiap pembelajaran.
Kata kunci: Prestasi belajar, Pendekatan Realistik
 
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting.
Seperti kita ketahui bahwa dalam pengajaran matematika diperlukan ketekunan dan kreatifitas yang tinggi dari guru untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah diprogramkan, perlu ditempuh cara mengajar dan penggunakan pendekatan yang tepat.
Matematika memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, Nilai-nilai tersebut diperlukan dalam pengajaran matematika yang bertujuan dapat menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut R.Soedjadi (dalam Suhito, 2001:1) mengatakan bahwa, “matematika memiliki objek kajian yang abstrak, matematika berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan, matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif dan matematika dijiwai dengan kebenaran.
Khusus bagi siswa sekolah dasar yang taraf berfikirnya masih sangat sederhana, untuk dapat menanamkan pemahaman terhadap materi secara baik perlu adanya dukungan benda-benda konkrit atau model. Misalnya dalam mengajar pokok bahasan “Pecahan Sederhana†pada kelas III Sekolah Dasar, diperlukan dukungan alat bantu dan pendekatan yang relevan dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dapat mempermudah dan memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Berdasarkan pengalaman penulis, selama mengajar dengan pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi khususnya pecahan sederhana, hasil belajar siswa kurang memuaskan bahkan hasilnya relatif rendah. Hal tersebut juga dialami oleh siswa kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir sehingga masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pecahan sederhana, Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa khususnya kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan terhadap mata pelajaran matematika yang selama ini masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Setiap kali guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya hanya 6 siswa dari 19 siswa atau 30% yang mau bertanya, yang lain diam, jika guru menyuruh untuk maju ke depan hanya sebagian kecil yang mau maju yaitu siswa yang mau bertanya saja yang lainnya tidak berani maju hanya menunjuk teman. Setelah diadakan ulangan harian dengan KKM 60, masih banyak siswa yang belum mencapai tujuan yang diinginkan hanya 10 siswa atau 50% yang tuntas.
Tidak tercapainya siswa mencapai ketuntasan belajar dalam bidang matematika karena beberapa sebab yaitu kurang berhasilnya pembelajaran di kelas, dalam pembelajaran matematika guru menggunakan cara-cara tradisional, kurang variatif, guru tidak banyak memberikan pengertian, lebih banyak menuntut pada hafalan yang inipun tidak dilakukan secara kontinu, penyajian matematika kurang merangsang siswa untuk terprestasi, dan kurang merangsang rasa ingin tahu.
Karena banyaknya permasalahan yang mengakibatkan kurangnya hasil pembelajaran matematika maka diperlukan usaha-usaha terobosan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, salah satu dengan melakukan penelitian tindakan kelas serta melakukan inovasi pembelajaran menggunakan pendekatan realistik.
Dengan menggunakan Pendekatan Realistik diharapkan dapat menyajikan pembelajaran yang sesuai dan cocok dengan proses berpikir siswa. Harapan selanjutnya adalah siswa tidak lagi merasa takut dan bosan serta malas, melainkan menyenangi serta meningkatkan minat dan selera belajar mereka terhadap belajar matematika. Matematika tidak lagi menjadi pelajaran sulit, tetapi siswa merasa mudah dalam mempelajari matematika. Jika semua itu terwujud, memungkinkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika akan semangkin bertambah. Ini terjadi karena dalam pembelajaran konvensional guru kurang melibatkan siswa dalam pelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk dapat melibatkan siswa supaya siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Ada pepatah mengatakan:“Saya melihat dan saya lupa, Saya mendengar dan saya ingat, Saya berbuat dan mengertiâ€
Dari pepatah tersebut diatas jelaslah bahwa kita sebagai guru harus dapat memilih pendekatan yang paling tepat, artinya pendekatan itu sesuai dengan materi sesuai dengan karakteristik siswa, mengajar yang dapat membuat proses belajar matematika menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga siswa benar-benar senang dan aktif mengikuti kegiatan belajar. Kalau pelajaran yang diterima hanya dengan melihat tanpa mendengar dan berbuat cepat lupa, tidak akan tersimpan atau membekas pada diri siswa, kalau pelajaran yang diterima hanya di dengar saja dengan duduk manis, rasa takut terhadap guru tanpa siswa berbuat aktif hanya menjadi anak yang pelupa saja, tetapi bila siswa dilibatkan pada keaktifan sendiri, memecahkan masalah sendiri, dan menentukan sendiri tanpa beban serta konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran, dengan demikian siswa betul-betul memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru dan dengan cara seperti ini proses belajar dapat mencapai hasil yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul â€Peningkatan Prestasi Belajar Pecahan Sederhana Menggunakan Pendekatan Realistik Pada Siswa Kelas III.B SDN 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Tahun Pelajaran 2015/2016â€
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, dalam proposal ini diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah penggunaan pendekatan realistik dapat meningkatkan prestasi belajar pecahan sederhana pada siswa kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan?â€
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pecahan sederhana pada siswa kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan dengan menggunakan pendekatan realistik
Manfaat
1. Manfaat Teoritis adalah untuk perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran matematika yang bermakn serta sesuai dengan minat dan proses berpikir siswa.
2. Manfaat Praktis yaitu:
a. Untuk Siswa yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkannya dalam mempelajari matematika sehingga diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajarnya khususnya dalam mata pelajaran matematika.
b. Untuk Guru yaitu menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika.
c. Untuk SD Negeri 013 Tembilahan adalah meningkatkan pemberdayaan pendekatan realistik agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lainnya. Dengan meningkatnya prestasi siswa maka mutu pendidikan di sekolah juga akan meningkat.
KAJIAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Winkel berpendapat bahwa prestasi adalah usaha yang dicapai sedangkan belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif, konstan, dan berbekas (Winkel: 36). Adapun Sutratinah Tirtonegoro berpendapat bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Sutratinah Tirtonegoro: 43).
Prestasi seseorang pada dasarnya tidak terlepas dari pendidikan yang diperolehnya selama hidup. Pendidikan, baik yang formal maupun yang informal, pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, meningkatkan keterampilan, dan kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, serta memperkuat kepribadian. Pendidikan pada dasamya berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dari dalam keluarga jika sarana dan prasarana telah tersedia dan orang tua membimbing dengan diikutkan kursus-kursus akademik atau bimbingan akademik memungkinkan prestasi itu lebih meningkat. Lingkungan masyarakatpun sangat mendukung dalam pencapaian prestasi siswa karena siswa sekolah dasar masih anak-anak suka bermain-main dengan teman-teman dilingkungan rumahnya. Jika lingkungannya terkondisi sesuai dengan yang diharapkan oleh guru maka prestasi siswa lingkungan tersebut lebih tinggi, dibandingkan dengan lingkungan yang tak terkondisi.
Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan pada siswa.
Pendekatan Realistik
Dalam konteks pembelajaran, Pendekatan menurut T. Raka Joni (1993) diartikan sebagai “Cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian pembelajaran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Realistik berarti bersifat nyata. Sejalan dengan hal tersebut, klasifikasi Treffers yang dipostkan oleh Diasfitriani dalam wikipedia tentang pendekatan dalam matematika, salah satunya yaitu type Realistik yang diartikan sebagai Pendekatan yang menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks sebagai titik tolak dalam belajar matematika.
Pendapat Hans Freudel yang dikutip Nyimas Aisah (2007:7.3) bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Dalam hal ini kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Disini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah.
Dalam pendekatan realistik, siswa dipandang sebagai individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya. Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari maupun masalah matematika siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam bidang matematika, jadi, berdasarkan pemikiran ini konsepsi siswa dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut (Hadi, 2005).
a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
c. Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan.
d. Siswa membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri dari beragam pengalaman yang dimilikinya.
e. Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan matematika tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin.
Dalam pendekatan matematika realistik guru dipandang sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan dan mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain. Jadi, peran guru dalam pendekatan matematika realistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi sumbangan pada proses belajarnya
d. Guru harus secara aktif memberi siswa dalam menafsirkan masalah-masalah dari dunia nyata
e. Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika dengan dunia nyata baik fisik maupun sosial.
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut suryanto, 2007 (Nyimas Aisyah, 2007:7.7) adalah sebagai berikut:
a. Masalah kontekstual yang realistik (raelistic contextual Problems) digunakan untuk mempekenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
b. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya.
c. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya).
d. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
e. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pembelajaran matematika yang memang ada hubungannya.
f. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit.
g. Matematika dianggap sebagian kegiatan bukan sebagian produk atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Prinsip–prinsip utama (Lange, 1996) pembelajaran matematika secara realistik dideskripsikan dengan merangkum beberapa pendapat seperti berikut:
a. Salah satu prinsip utama pembelajaran matematika secara realistik adalah bahwa urutan pengajaran matematika diawali dengan memberikan pengalaman real kepada para siswa sehingga mereka segera dapat menggunakan aktifitas matematika secara bermakna (Gravemeijer, 1994).
b. Prinsip kedua pembelajaran matematika secara realistik adalah pemberian perhatian kepada cara-cara yang dilakukan oleh para peserta didik dalam pemerolehan pengetahuan matematika. Titik awal pelaksanaan pembelajaran merupakan landasan untuk menghubungkannya dengan potensi akhir yang harus mereka capai selama berlangsungnya rangkaian pembelajaran. Sebagai implikasinya adalah bahwa aktivitas matematika yang dilakukan pada awal atau sebelum pembelajaran merupakan dasar yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan pengalaman mereka dan mengkontruksi konsep-konsep matematika. Ball (Lange, 1996).
c. Prinsip ketiga pembelajaran matematika secara realistik adalah rangkaian pembelajaran maliputi aktifitas-aktifitas yang mendorong para peserta didik mengkreasi dan menguraikan model-model simbolik dari aktifitas matematika yang dilakukan secara informal. Aktifitas pemodelan ini dapat meliputi: membuat gambar, diagram, tabel, atau meliputi pengembangan notasi-notasi informal atau penggunaan notasi-notasi matematika konvensional. Prinsip ketiga ini didasarkan pada psikologi dengan perkiraan bahwa dengan bimbingan guru, model-model yang digunakan siswa melalui aktifitas secara informal dapat dikembangakan menjadi model untuk meningkatkan penalaran matematika yang bersifat abstrak (Gravemeijer, 1991).
Implikasi Pendekatan Realistik pada Pembelajaran matematika Menurut Nyimas Aisyah dkk, (2007:7.14) ada 5 karakteristik utama dalam pendekatan realistik sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka.
2) Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan tingkat absktraksi yang harus dipelajari siswa. Disini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.
3) Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa atau simbol mereka sendiri dalam proses mematimatikakan dunia mereka. Artinya siswa mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan guru.
4) Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen penting dalam pembelajaran matematika.
5) Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam menyelesaikan masalah.
Dari karakteristik pendekatan matematika realistik di atas maka kita akan melihat bagaimana seharusnya pembelajaran matematika dirancang. Pertama, pembelajaran matematika harus realistik. Pembelajaran matematika realistik dapat diartikan sebagai pembelajaran matematika yang dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang dipilih harus disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa. Artinya masalah yang dipilih harus dikenal baik oleh siswa. Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dijelaskan sebagai berikut:
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual Realistik, guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan masalah dari dunia nyata, kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.
3) Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagi strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok. Kemudian secara kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
4) Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.
KERANGKA BERPIKIR
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dikuasai siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi baru yang mampu memudahkan siswa dalam belajar matematika, disamping dapat merangsang siswa untuk tertarik atau senang belajar matematika. Pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata, dapat membantu siswa dalam belajar matematika sesuai proses berpikirnya. Dengan begitu, minat, kemampuan dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang syarat dengan kriteria di atas adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini, dengan pendekatan yang ditawarkan dalam pembelajaran (eksplorasi masalah-masalah nyata oleh siswa) tentu siswa akan lebih mudah menemukan kembali ide dan konsep matematika yang dipelajari.
Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna sehingga dimungkinkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat meningkat.
Gambar Bagan di bawah ini menjelaskan bahwa pembelajaran matematika yang disajikan dengan pendekatan raelistik, siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata sehingga pembelajaran lebih bermakna yang dapat meningkatnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri 013 Tembilahan yang beralamat di Jl. Keritang N.71 Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Penelitian direncanakan akan dilakukan selama 6 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas III.B SD Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau yang berjumlah 19 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 6 dan siswa perempuan 13 siswa.
Perencanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan yang terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari angket dan observasi. Data sekunder berisi nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika materi sub pokok bahasan menentukan pecahan sederhana pada semester II dengan setiap akhir siklus diadakan tes.
Tenik Analisis Data
Data Angket dianalisis dan dijadikan sebagai tolak ukur siswa, apakah siswa itu menyukai materi sub pokok bahasan pecahan sederhana. Sedangkan observasi dijadikan sebagai penilaian terhadap peneliti sendiri mengenai kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dengan pendekatan Realistik.
Data sekunder berisi nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika materi sub pokok bahasan pecahan pada semester II dengan setiap akhir siklus diadakan tes. Nilai tes belajar di asumsikan dapat menjadi pencerminan yang dicapai siswa dalam belajar matematika. Tes prestasi matematika berupa uraian berjumlah 10 soal dilaksanakan pada siklus I dan 10 soal dilaksanakan setelah siklus II.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
HASIL TINDAKAN
Pada pembelajaran sebelum tindakan/ kondisi awal dari 19 siswa kelas III.B SDN 013 Tembilahan, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir diperoleh data nilai tertinggi 90, nilai terendah 30, dengan rata-rata nilai 64, adapun siswa belum tuntas dengan KKM 60 ada 8 siswa atau persentase belum tuntas 42% sedangkan siswa yang tuntas ada 11 siswa atau persentase ketuntasan 58%.
Pada siklus I ada peningkatan sekaligus tercapai kriteria keberhasilan pada siklus I. Dari jumlah 19 siswa yang tuntas ada 16 siswa atau persentase ketuntasan 88%, sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa atau persentase belum tuntas 12%. Peningkatan rata-rata kelas juga meningkat dari 64 menjadi 75 dengan data nilai tertinggi 90, nilai terendah 50.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II peningkatan juga terjadi serta tercapai juga kriteria keberhasilan pada siklus II Dari sejumlah 19 siswa yang tuntas ada 19 siswa atau persentase ketuntasan 100%. Peningkatan rata-rata kelas juga meningkat dari 64 menjadi 75 dengan data nilai tertinggi 90, nilai terendah 60.
Pelaksanaan tiap-tiap kegiatan siswa dalam mengikuti Pembelajaran dan Evaluasi di kelas III.B SDN.013 Tembilahan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang menjadi pusat perhatian dalam pengamatan juga mengalami peningkatan, dari pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan matematika realistik nilai rata-rata hanya 64. Pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 75. Kemudian setelah diadakan siklus II kembali nilai rata-rata siswa menjadi 74,7.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan Realistik dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pelaksanaan pembelajaran lebih hidup serta siswa lebih aktif sehingga prestasi siswa meningkat.
Saran
Dari pengalaman dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas III.B Sekolah Dasar Negeri 013 Tembilahan, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir dapat disimpulkan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya guru mengadakan penelitian terus menerus baik penilaian hasil tes maupun tugas rumah.
2. Hendaknya guru selalu mempersiapkan materi dengan baik serta memilih pendekatan yang tepat serta relevan dengan materi. Sehingga dalam prosese pembelajaran siswa dapat aktif dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian siwa akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan.
3. Hendaknya guru harus selalu mengamati keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
A. Karim, M ukhtar. Dkk. 1996. Pendidikan Matematika I. Malang. Depdikbud
Bhatara Karya Aksara Joni, T. R. 1991. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Balitbang Depdikbud
Davies Ivor K, 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Elliot, S.N., Kratochwill, Thomas R., Littlefield, Joan, & Travers, John E. 1996. Educational Psychology: Effective Teaching Effective Learning. M edison: Brown & Benchmark
Edgar Faure, Felipe H. Kaddoura, A. R. Lopes H, Fredrickm 1981. Belajar untuk Hidup. Jakarta.
Hudaya, H. 1988. Mengajar belajar matematika,Jakarta, Depdikbud Ditjen Dikti.Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Joni, T. R. 1991. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Balitbang Depdikbud
Karso,dkk.1999. Pendidikan matematika 1 Jakarta Universitas Terbuka
Nur Fajariyah, Defi Triratnawati.2008. Cerdas Berhitung matematika. Jakarta: Depdikbud
Petajeng,2006. Pembelajaran matematika yang menyenangkan BAB II. Jakarta. Depdiknas
Ruseffendi,E. T. 1992. Materi pokok pendidikan matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Sudarsono, FX. 1997/1997.Pedoman pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo