Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Diskusi Kelompok Kerja Guru
PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR
MELALUI DISKUSI KELOMPOK KERJA GURU DI DABIN II UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Yatminah
UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan profesionalitas guru serta mengetahui kelemahan dan kelebihan penilaian kinerja guru terhadap peningkatan profesionalitas guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Penelitian ini dirancang dalam bentuk Penelitian Tindakan Sekolah yang direncanakan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklusnya dilaksanakan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Selanjutnya data yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif yang hasilnya nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi dari prasiklus 72 menjadi 79,6 di siklus I, kemudian menjadi 84,7 di siklus II. Kegiatan penyusunan skenario pembelajaran nilai rata-rata prasiklus 74,5 menjadi 79,5 di siklus I dan meningkat menjadi 83,5 di siklus II. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata prasiklus 71,664 menjadi 77,666 di sklus I meningkat lagi menjadi 81,668 di siklus II. Maka dapat disimpulakan bahwa ada peningkatan profesionalitas guru melalui penilaian kinerja guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di SD Negeri Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer.
Kata Kunci: Profesionalitas, Kinerja Guru, Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
PENDAHULUAN
Pelaksanaan sistem kurikulum nasional yang sentralistik telah menghasilkan prilaku kognitif siswa yang kurang fleksibel, kurang terbuka terhadap pendapat yang divergen. Siswa merasa lebih aman dan cendrung terikat pada apa yang telah ada, pikiran mereka kurang berkembang dan cenderung kurang suka pada sesuatu yang baru.
Ekowati (2001) mengatakan, pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar merupakan bentuk pembelajaran yang berfihak pada pembelajaran melalui penggalian dan penemuan (experiencing) serta keterkaitan (relating) antara materi pelajaran dengan konteks pengalaman kehidupan nyata melalui kegiatan proyek. Pada pembelajaran dengan setrategi ini guru bertindak sebagai pelatih metakognitif yaitu membantu pelajar dalam menemukan materi belajar, mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan laporan dan dalam penampilan hasil dalam bentuk presentasi.
Dari hasil pantauan peneliti selaku pengawas sekolah, selama ini para guru masih sangat jarang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah tidak lebih hanya digunakan sebagai tempat bermain-main siswa pada saat istirahat. Kalau tidak jam istirahat, guru lebih sering memilih mengkarantina siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat jenuh berada di dalam kelas.
Seperti observasi awal yang dilakukan di SD Negeri Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer, guru-guru di sekolah tersebut pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua sampai tiga kali dalam satu semester dan bahkan tidak pernah sama sekali. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Dari wawancara yang dilakukan, sebagian besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru kelas dalam bentuk kelompok kerja guru untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Penelitian Nur Mohamad dan Ekowati (2001) menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya yaitu: 1. Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar, selain buku paket, 2. Pembelajaran dikembangkan dikelas-kelas kelihatannya lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal yang diberikan, 3. Kegiatan pembelajaran guru belum mampu menerapkan motode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan, 4. Proses pembelajaran jarang memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi ada kaitannya dengan lingkungan.
Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui penilaian kinerja guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan profesionalitas guru di SD Negeri Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018?â€
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakan penelitian tindakan sekolah ini adalah: 1) Untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui diskusi Kelompok Kerja Guru di Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer. 2) Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan diskusi kelompok kerja guru terhadap peningkatan profesionalitas guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer.
Landasan Teoretis
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai sesuatu yang ada disekitar, disekeliling anak (mahluk hidup lain, benda mati dan budaya manusia) yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. (Supardi, 2005:2).
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan pemanfaatan lingkungan ini adalah: (1) Menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak, (2) Memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning), (3) Memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak, (4) Kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak, dan (5) menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk. 2005)
Kinerja Guru
Setiap guru sesuai dengan tugasnya diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang baik. Dari pelaksanaan tugasnya harus mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Kinerja adalah hasil akhir, kemampuan kerja seseorang, sekelompok orang atas suatu pekerjaan pada waktu tertentu. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1994:503). Sehubungan dengan hal ini, kinerja guru dapat diartikan sebagai “prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan guru dalam melaksanakan tugas pendidikannyaâ€
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Bahkan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam Mulyasa (2005:136) menyatakan bahwa kinerja adalah “output drive from processes human or otherwise†atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari proses.
Adapun tentang kriteria penilaian kinerja karyawan, Schuler dan Jackson (1999:10-11) mengemukakan adanya tiga jenis kriteria dasar penilaian kinerja yang telah diketahui, yaitu: a. Kriteria berdasarkan sifat, b. Kriteria berdasarkan perilaku, c. Kriteria berdasarkan hasil.
Pengertian Profesionalitas Guru
Istilah Profesionalitas Guru mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan Kerja Guru. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian Profesionalitas Guru dengan Kerja Guru. Ada yang berpendapat bahwa pengertian Profesionalitas Guru dianggap sama dengan pengertian Kerja Guru. Profesionalitas Guru menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan Kerja Guru menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Nawawi (1981:100) mengemukakan pengertian hasil adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977:904), yang memberikan penjelasan tentang Profesionalitas Guru sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentuâ€, sedangkan Marimba (1978:143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukurâ€.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalitas Guru
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai Profesionalitas Guru yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor yang mempengaruhi Profesionalitas Guru. Dengan diketahuinya faktor tersebut, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk Peningkatan Profesionalitas Guru yang akan diperoleh.Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi Profesionalitas Guru yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kerangka Berpikir
Lingkunngan sekolah merupakan sumber belajar alternatif yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran. Selain itu juga lingkungan sekolah merupakan sumber belajar yang murah dan mudah diperoleh. Namun sayangnya banyak guru yang belum mampu memanfaatkan dan mengaitkan materi pembelajaran lingkungan sekolah yang ada. Belum dimanfaatkannya lingkungan sekolah sebagai sumber belajar disebabkan oleh profesionalitas guru dalam manfaatkannya lingkungan sekolah sebagai sumber belajar belum optimal. Melalui penilaian kinerja guru, saat guru melakukan skenario pembelajaran dan pelaksananaan pembelajaran diharapkan guru dapat dengan mudah untuk memperbaiki kekurangan guru dalam bekerja dan meningkatkan profesionalitasnya.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: melalui penilaian kinerja guru, profesionalitas guru di SD Negeri Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini kami lakukan selama 6 bulan (1 semester). Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di SD Negeri Darah Binaan II atau Dabin II, yang ditujukan pada guru-guru kelas IV. Adapun alasan utamanya adalah dari hasil pengamatan dan informasi dari guru, bahwa hampir semua guru jarang dan bahkan tidak pernah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Subyek penelitian tindakan sekolah ini adalah para guru kelas IV yang berjumlah 10 orang guru di SD Negeri Dabin II UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.
Bentuk tindakan dalam penelitian ini berupa supervisi (bimbingan kelompok) kepada guru-guru melalui Kelompok Kerja Guru, agar mampu menyusun penilaian kinerja guru dalam skenario pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar secara efektif. Secara rinci bentuk tindakan dalam penelitian ini adalah 1. Menyampaikan informasi tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. 2. Membimbing guru menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. 3. Membimbing guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. 4. Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsini, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (Rencana), action (Tindakan), observaton (Pengamatan), dan reflection (Refleksi).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Dari penilaian prasiklus diketahui bahwa ternyata aspek-aspek pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan tidak dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kemampuan guru untuk memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Selama ini guru lebih banyak menggunakan buku paket dan alat peraga yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar untuk melengkapi kegiatan pembelajaran dikelas. Adanya kekurangan tersebut sudah tentu untuk dilakukan upaya agar profesionalitas guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkat dengan penerapan penilaian kinerja guru melalui skenario pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diperoleh penilaian skenario pembelajaran yaitu nilai rata-rata 74,5 dengan katagori predikat C “cukupâ€, penilaian pelaksanaan pembelajran rat-rata nilai yang diperoleh 71,664 dengan katagori predikat C “cukupâ€, dan hasil observasi diperoleh nila rata-rata 72 dengan katagori predikat C “cukupâ€, dengan demikian dapat dikatakan bahwa profesionalitas guru dalam penilaian kinerja yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar belum mencapai presentasi ketercapaian yang ditetapkan untuk itu maka dilakukan tindakan dalam memperbaiki kinerja guru yang menjadikan guru profesional.
Siklus I
Berdasarkan pengamatan awal di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer, semua guru kelas IV jarang dan bahkan tidak pernah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan profesionalitas guru untuk pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Selama ini guru lebih banyak menggunakan buku paket dan alat peraga yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar untuk melengkapi kegiatan pembelajaran di kelas, demikian pula kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat jarang dan bahkan tidak pernah dilakukan dengan alasan tidak cukup waktu, masalah keamanan dan keselamatan siswa. Hal ini sudah tentu kurang sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem) yang harus dilaksanakan dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kegiatan dalam siklus I ini, diawali dengan kegiatan diskusi kelompok kerja guru tentang permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, dilanjutkan dengan informasi tentang manfaat lingkungan sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa dan implementasinya dalam proses belajar mengajar. Saat guru berdiskusi dalam kelompok kerja guru pada siklus I, peneliti mengadakan observasi tentang sikap guru dalam berdiskusi yang hasilnya sebagai berikut:
Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi sikap guru dalam kegiatan diskusi kelompok kerja guru tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar pada siklus I, hasilnya termasuk katagori C “cukup†dengan rata-rata nilai 79,6. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama, aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sehingga diperlukan bimbingan yang lebih intensif.
Penilaian skenario pembelajaran yang berbentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hasilnya termasuk katagori C “cukup†dengan rata-rata nilai 79,5. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalitas guru dalam menyusun skenario pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar perlu peningkatan.
Penilaian implementasi pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas, hasilnya termasuk katagori C “cukup†dengan rata-rata nilai 77,666. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengimplementasikan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kegiatan pembelajaran di kelas belum optimal, sehingga perlu peningkatan.
Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya profesionalitas guru dalam penilaian kinerja guru yang memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Adapun hambatan-hambatan tersebut, antara lain guru belum sepenuhnya memahami manfaat lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dan guru dalam memilih sumber belajar dan memilih strategi pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dalam skenario pembelajaran guru pada: Jenis sumber belajar dari lingkungan sekolah tidak tercantum, padahal materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah; Kesesuaian antara materi pelajaran dengan media dan setrategi pembelajaran masih kurang; Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan sumber bahan, lebih banyak hanya mencantumkan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dari hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran di kelas, hambatan-hambatan yang ditemukan adalah sebagai berikut: Kegiatan awal, guru tidak memberi informasi tujuan pembelajaran dan waktunya belum sesuai dengan perencanaan; Kegiatan inti, langkah-langkah pembelajaran masih didominasi guru dengan metode ceramah sehingga kurang sesuai dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektip dan menyenangkan (Pakem); Profesionalitas guru mengkaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekolah belum optimal; Penutup pelajaran, guru kurang memberi penekanan tentang lingkungan sekolah. Hambatan-hambatan tersebut akan disempurnakan pada kegiatan siklus II.
Siklus II
Hasil dalam berdiskusi pada siklus II sebagai berikut: Data yang diperoleh dari observasi sikap guru pada siklus II, setelah dianalisis ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori B “baikâ€, dengan rata-rata nilai 84,7. Sedangkan untuk penilaian skenario pembelajaran dan penilaian pelaksanaan pembelajaran, masing-masing juga ada peningkatan yang ke arah yang lebih baik yaitu: untuk skenario pembelajaran berada pada katagori B “baik†dengan nilai rata-rata 83,5 dan untuk penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas berada pada katagori B “baik†dengan nilai rata-rata 81,668. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan profesionalitas guru dengan melakukan penilaian kinerja guru yang memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam implementasinya di kelas yang sudah menunjukkan adanya peningkatan profesionalitas guru untuk pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang lebih baik. Sedangkan dari jumlah guru, 75% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
Pembahasan
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui, bahwa pada pengamatan awal (prasiklus) dengan hasil yang didapat dari observasi 72, penilaian skenario pembelajaran rata-rata 74,5 dan penilaian pelaksanaan pembelajaran rata-rata 71,664 maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua guru kelas IV jarang dan bahkan tidak pernah memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan profesionalitas guru untuk pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Setelah diberikan tindakan melalui siklus I, ada peningkatan profesionalitas guru-guru di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer melalui penilaian kinerja guru dalam memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer dari 10 orang guru yang terlibat, jika dilihat dari penilaian skenario pembelajaran 7 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori B “baik†sedangkan 3 orang dengan katagori C “cukup†dan penilaian pelaksanaan pembelajaran 3 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori B “baik†sedangkan 6 orang dengan katagori C “cukup†namun ada 1 guru yang mendapatkan skor A “amat baikâ€. Hasil dari siklus I dapat digaris besarkan dari observasi 79,6 penilaian skenario pembelajaran rata-rata 79,5 dan penilaian pelaksanaan pembelajaran rata-rata 77,666. Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan katagori B “baik†dengan skor rata-rata 80 – 89 dan ada beberapa guru yang mendapat skort A “amat baikâ€. Hal ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara rinci perolehan nilai rata-rata peningkatan profesionalitas guru melalui penilaian kinerja guru yang memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi dari prasiklus 72 menjadi 79,6 di siklus I, kemudian menjadi 84,7 di siklus II ada peningkatan dari prasiklus ke siklus II 12,7. kegiatan penyusunan skenario pembelajaran nilai rata-rata prasiklus 74,5 menjadi 79,5 di siklus I dan meningkat menjadi 83,5 di siklus II ada peningkatan dari prasiklus kesiklus II yaitu 9,00. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata prasiklus 71,664 menjadi 77,666 di sklus I meningkat lagi menjadi 81,668 di siklus II, ada peningkatan 11,004.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan prasiklus, siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada peningkatan profesionalitas guru melalui penilaian kinerja guru dalam memanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018. 2) Dengan pemanfaatan penilaian kinerja guru, akan dapat memecahkan masalah yang dihadapi guru terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. 3) Hasil dari penelitian nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi dari prasiklus 72 menjadi 79,6 di siklus I, kemudian menjadi 84,7 di siklus II. Kegiatan penyusunan skenario pembelajaran nilai rata-rata prasiklus 74,5 menjadi 79,5 di siklus I dan meningkat menjadi 83,5 di siklus II. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata prasiklus 71,664 menjadi 77,666 di sklus I meningkat lagi menjadi 81,668 di siklus II.
Saran
Dari simpulan diatas saran ditujukan: 1. Kepada guru-guru khususnya guru di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan,, di dalam menyusun penilaian skenario pembelajaran agar pemanfaatan semaksimal mungkin lingkungan sekolah dan lingkungan siswa yang sesuai dengan materi pembelajaran sebagai sumber belajar dan mengintensifkan diskusi KKG dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 2. Kepada pihak sekolah, agar selalu memberikan motivasi bagi guru-guru yang lain untuk menyempurnakan metode dan setrategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah khususnya di SD Negeri Dabin II UPTD Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.
Depdiknas. 2004. Pedoman Pengembangan Penilaian. Yogyakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. 2005. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Muhammad. 1981. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Prawirosentono. S. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE, Yogyakarta.
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya.
Sadly, Muhibbin. 1977. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning pada Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Supardi. 2005. Penilaian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi
Soetjipto dan Krafis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tim Penyusun, 1989. Draf Standar ISi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD/MI. Jakarta: BNSP