Peningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BARISAN BILANGAN ARITMETIKA DAN GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
PADA SISWA KELAS IXC SMP NEGERI 4 ADIWERNA
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018
Lily Amaliyah
SMP Negeri 4 Adiwerna
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmatika dan geometri dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 4 Adiwerna semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri empat langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmatika dan geometri dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 4 Adiwerna semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Metode Jigsaw, Hasil Belajar, Aritmatika, Geometri.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling penting dalam keseluruhan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penggunaan teknologi diberbagai aspek kehidupan dan gelombang degradasi moral bangsa maka menjadi sebuah tantangan bagi bangsa ini dalam mempersiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas. Generasi yang mampu memberikan solusi bagi tantangan dinamika zaman sebagaimana yang telah dijelaskan dalam UU No. 22 Tahun 2003 bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan ini akan tercapai jika didukung dengan sistem kurikulum yang memadai.
Kondisi yang sama juga terjadi di SMP Negeri 4 Adiwerna terutama pada pembelajaran matematika. Pada umumnya mapel matematika masih dianggap sebagai mapel yang sulit dan tidak disenangi, sehingga hasil belajar peserta didik belum memuaskan, peserta didik banyak yang kesulitan mempelajari matematika terutama pada hitungan dan rumus matematika yang rumit dan sulit dikerjakan. Respon peserta didik rendah, cenderung pasif, sehingga suasana kelas kurang hidup, membosankan dan jika kurang mengerti penjelasan guru, mereka enggan bertanya. Hal ini terjadi hampir pada setiap materi matematika termasuk bangun ruang sisi lengkung. Ketika mereka diberi tugas, mereka kesulitan dalam menuliskan ke dalam bahasa matematika sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka hasil belajar siswa menjadi rendah. Analisis nilai hasil belajar matematika kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna menunjukan bahwa dengan KKM Matematika adalah 73 diperoleh data bahwa sebanyak 14 siswa atau 41,2% masih belum tuntas dan 20 siswa atau 58,8% sudah tuntas.
Beberapa penyebab terjadinya masalah diatas oleh peneliti kiranya bisa diinventarisir sebagai berikut: 1) bahan materi matematika pokok bahasan pada pembelajaran kondisi awal penelitian adalah seperangkat fakta- fakta atau rumus yang harus dihafal sehingga membosankan siswa oleh karena itu menuntut kreativitas peneliti untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, 2) pemilihan metode pembelajaran diskusi masih belum meningkatkan aktivitas belajar semua siswa karena masih didominasi siswa –siswa tertentu saja, 3) semangat sebagian besar siswa dalam diskusi masih rendah sehingga diperlukan variasi model pembelajaran yang lebih menarik.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti berupaya untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menarik agar semua siswa akan lebih mudah memahami materi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
Secara garis besar langkah –langkah penerapan pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw sebagai berikut: 1) peserta didik dikelompokkan dalam kurang lebih 4 anggota tim, 2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, 3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian /sub yang sama bertemu dalam kelompok yang baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anngota kembali ke kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) guru memberi evaluasi, 8) penutup.
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: (1) Masih rendahnya hasil belajar matematika; (2) Pemilihan metode pembelajaran yang kurang pas,)3) Siswa kurang semangat belajar.
Berdasarkan analisis masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmetika dan geometri pada siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal? (2) Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi selama penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar materi barisan bilangan aritmetika dan geometri pada siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan , maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmetika dan geometri dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas IXC SMP Negeri 4 AdiwernaSemester Genap Tahun Pelajaran 2017 / 2018. (2) Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi selama penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmetika dan geometri kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Belajar
Menurut Herman Hudojo (2005: 83) belajar merupakan proses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2008: 28). Nana Sudjana (1987: 28) j
uga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang atau individu yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku dalam waktu yang cukup lama.
Hasil Belajar Matematika
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses tersebut karena adanya: 1). Stimulus yang berasal dari lingkungan dan 2). perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanaka dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh dari serangkaian usaha yang disengaja dalam pembelajaran matematika untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar matematika dapat berupa penguasaan terhadap sejumlah materi matematika. Berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran matematika dapat diketahui dari hasil tes (evaluasi).
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik mengajar kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Ellot Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010: 45).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mau mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Akhmad Sudrajat, 2008: 1). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswi itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topic yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membahas satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya , apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar, sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008: 56)
Kerangka Berpikir
Upaya peneliti meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan metode diskusi pada pembelajaran kondisi awal penelitian masih belum dapat meningkatkan aktivitas belajar semua siswa karena masih didominasi siswa siswa tertentu saja dan semangat sebagian siswa dalam diskusi masih rendah sehingga.Keadaan ini berakibat situasi pembelajaran menjadi kurang bermakna ,monoton dan membosankan bagi kebanyakan siswa.
Analisis nilai hasil belajar matematika siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna dengan KKM 73 diperoleh data bahwa sebanyak 14 siswa atau 41,2% masih belum tuntas dan 20 siswa atau 58,8% sudah tuntas. Beberapa penyebab terjadinya masalah diatas oleh peneliti dapat diinvetarisir sebagai berikut:
1. Bahan materi matematika pokok bahasan pada pembelajaran kondisi awal penelitian adalah seperangkat fakta- fakta atau rumus yang harus dihafal sehingga membosankan siswa oleh karena itu menuntut kreativitas peneliti untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna dapat meningkatkan hasil beajar siswa.
2. Pemilihan metode pembelajaran diskusi masih belum meningkatkan aktivitas belajar semua siswa karena masih didominasi siswa –siswa tertentu saja sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar klasikal pada pembelajaran Matematika.
3. Semangat sebagian besar siswa dalam diskusi masih rendah sehingga diperlukan variasi model pembelajaran yang lebih menarik.
Mencermati permasalahan diatas ,perlu kiranya upaya lain yang dilakukan peneliti untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih kreatif dan menarik agar semua siswa akan lebih mudah memahami materi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw shingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw hasil belajar siswa kelas 9C SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 pada pokok bahasan barisan bilangan aritmetika dan geometri akan meningkat
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Yang menjadi objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika materi barisan bilangan aritmetika dan geometri yang akan ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 yang masih rendah.
Setting Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna , jalan raya Kaliwadas. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna Kab.Tegal, Semester Genap, Tahun Pelajaran 2017-2018. Jumlah siswa kelas IXC seluruhnya ada 34 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna, untuk mata pelajaran matematika pada materi barisan bilangan Aritmetika dan Geometri. Penelitian ini direncanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 dari bulan Januari 2018 – Juni 2018.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah: (1) Metode Tes, (2) Metode Observasi, (3) Metode Dokumentasi, dan (4) Metode Catatan lapangan.
Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:172) sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari siswa kelas IX D SMP Negeri 4 Adiwerna, sedangkan data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: (1) Data Primer, (2) Data Sekunder.
Cara Pengambilan Simpulan
Pengambilan simpulan penelitian tindakan kelas ini meliputi ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Matematika meteri barisan bilangan aritmetika dan geometri sebesar 73 atau (KKM = 73) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai ≥ 85%.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang merupakan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang dijumpai di kelas. Pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari empat komponen utama yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan, (d) refleksi tindakan. Tindakan yang digunakan adalah penerapan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Subyek Penelitian Tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IXC SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal. Jumlah siswa kelas IXC adalah 34 siswa. Terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan yang pada umumnya menganggap bahwa matematika itu mapel yang sulit dan tidak disenangi oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa belum memuasakan. Respon peserta didik rendah, cenderung pasif, sehingga suasana kelas kurang hidup, membosankan dan jika kurang mengerti penjelasan guru, mereka enggan bertanya. Hal ini terjadi hampir pada setiap materi matematika termasuk barisan bilangan aritmetika dan geometri. Ketika mereka diberi tugas, mereka kesulitan dalam menuliskan ke dalam bahasa matematika sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka hasil belajar siswa menjadi rendah. Analisis nilai hasil belajar matematika kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna menunjukan bahwa dengan KKM Matematika adalah 73.
Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisis di atas adalah karena dalam pembelajaran tersebut belul menggunakan model pembelajaran Jigsaw berbasis penemuan terbimbing yang dapat membantu, memperlancar dan mempermudah siswa dalam memperoleh konsep materi yang diajarkan sehingga pembelajaran kondisi awal masih belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini seperti ditunjukkan pada indikator ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 20 siswa atau 58,8%.
Mencermati permasalahan di atas, perlu kiranya upaya lain yang dilakukan peneliti untuk dapat melakukan proses pembelajaran lebih efektif, menarik dan merangsang bagi semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga para siswa secara merata akan lebih mudah memahami materi. Upaya menggunakan model pembelajaran Jigsaw berbasis penemuan terbimbing, layak untuk digunakan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I, ini peneliti mulai melakukan tindakan dalam pembelajaran matematika yang telah didesain pada kegiatan perencanaan sebelumnya. Strategi ini dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran sebelumnya, yaitu materi menentukan suku ke-n dari barisan bilangan aritmetika melalui model pembelajaran Jigsaw. Pada kegiatan awal pembelajaran siklus I guru yang sekaligus menjadi peneliti datang ke ruang kelas IX C bersama guru kolaborator.
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan setelah guru menjelaskan tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai dan tujuan lainnya sebagai dampak pembelajaran yang dilakukan, diantaranya pembiasaan bekerja kelompok, pembiasaan berdiskusi, pembiasaan saling membantu, saling berbagi, saling menghargai pendapat teman, pembiasaan berani bertanya dan pembiasaan berargumentasi secara arif dan bijaksana. untuk mengevaluasi jawaban sebelumnya. Pemecahan masalah tersebut akan lebih terbantu pemecahannnya dengan alat peraga bangun ruang yaitu membuat model bangun ruang dan jaring-jaringnya dengan menggunakan media kartu soal. Setelah siswa diberikan pengarahan langkah penyelesaian masalah, siswa berkelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk pada kegiatan awal siklus.
Dari kegiatan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut, dari sejumlah 34 siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna diperoleh nilai rata-rata 70,58, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40 dengan jumlah siswa yang sudah tuntas sebanyak 22 siswa (64,71%) dan masih ada 12 siswa yang belum tuntas atau 35,29% belum tuntas KKM.
Dari data hasil belajar siswa pada siklus I, dapat diperoleh data bahwa sebenarnya siswa sudah cukup tertarik dengan kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Jigsaw dengan pemodelan bangun ruang, sehingga perbaikan ke arah pencapaian hasil tes yang maksimal, karena hasil penelitian pada siklus I belum memenuhi criteria, yaitu baru 64,71%, maka perlu diintensifkan dalam siklus ke II.
Hasil Penelitian Siklus II
Pada siklus II, guru peneliti melakukan tindakan dalam pembelajaran matematika yang telah direncanakannya dan penekanan pada pembagian kelompok yang lebih efektif.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru peneliti memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Selanjutnya guru menekankan kembali kesalahan-kesalahan siswa dalam memahami barisan geometri.
Selanjutnya siswa diberikan pengarahan langkah penyelesaian masalah, siswa berkelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk pada kegiatan awal. Pada saat siswa bekerja dan berdiskusi mengerjakan tugas kelompoknya, guru peneliti mengamati keaktifan siswa pada setiap kelompok.
Di akhir pembelajaran, siswa dibantu guru peneliti menyimpulkan pembahasan materi pelajaran pada hari itu dan selanjunya siswa diberi tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan barisan geometri.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II, siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dengan perbaikan dari tindakan pada siklus sebelumnya. Materi pembelajaran yang dipelajari pada kegiatan pembelajaran siklus II adalah menentukan suku ke –n dari barisan bilangan geometri. Guru mengelola kegiatan pembelajaran dengan mulai melakukan tindakan dari apresepsi, kegiatan inti dan penutup. Di akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan memecahkan masalah dari materi pembelajaran yang telah dilakukan bersama-sama.
Berdasar hasil pengamatan, diperoleh data hasil belajar pada siklus II dengan indikator nilai rata-rata sebesar 81, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 60.Ketuntasan belajar diperoleh data siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 29 siswa atau 85,29% sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 5 siswa atau 14,71%.
Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna dalam siklus II materi barisan bilangan geometri. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata tes yang telah mencapai nilai rata-rata 81,0. Dalam hasil tes ini tercatat ada 29 siswa telah memperoleh nilai memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), ada 5 siswa.
Hasil Penelitian Antar Siklus
Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kompetensi menentukan barisan bilangan aritmeta dan geometri dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I merupakan tindakan awal yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan suku ke-n barisan bilangan aritmetika masih rendah. Siklus II dilakukan sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam siklus I.
Dalam kegiatan pembelajaran siklus I peneliti berusaha memaksimalkan pemahaman siswa tentang barisan bilangan aritmetika. Cara yang ditempuh diantaranya melalui model pembelajaran Jigsaw. Cara lain yang dilakukan oleh guru peneliti adalah berusaha memberdayakan siswa yang telah mempunyai kemampuan tinggi dalam memahami permasalahan matematika untuk membagikan ilmunya kepada teman-temannya dalam kelompok kecil.
Pembahasan
Kemampuan menentukan suku ke -n dapat dilihat bahwa hasil tes pada siklus I dan dilanjutkan pembelajaran siklus II telah menghasilkan perubahan nilai tes yang berarti. Nilai rata-rata siklus I sebesar 70,58 dengan ketuntasan 64,71% dan masih ada 12 siswa belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata siklus II sebesar 81,00 dengan ketuntasan 85,29% dan masih ada 5 siswa belum memenuhi nilai KKM.
Dari data di atas maka kita bisa menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran kompetensi menentukan suku-n barisan bilangan aritmetika dan geometri karena dapat membawa perubahan perolehan nilai tes pada siklus I dengan rata-rata 70,58 menjadi nilai rata-rata 81,00. Ketuntasan pembelajaran materi ini dari siklus I sebesar 64,71% menjadi ketuntasan di akhir siklus II sebesar 85,29%.
Namun dari penelitian yang kami lakukan masih ada beberapa kendala yaitu pada model pembelajaran Jigsaw kadang masing ada siswa yang kurang bisa membedakan antara kelompok asal dengan kelompok ahli,walaupun pada akhirnya mereka tahu. Di samping itu juga kendalanya antara lain kesulitan siswa dalam menyusun sebuah rencana bagaimana cara mengajarkan materi yang dia peroleh kepada teman-teman mereka sendiri.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dari penelitian peningkatan hasil belajar materi Barisan Bilangan Aritmetika dan Geometri dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran terjadi peningkatan. Peningkatan itu terlihat dari nilai tes hasil belajar yang diukur peneliti yaitu nilai hasil belajar dengan ketuntasan belajar klasikal pada kondisi awal hanya sebesar 58,8% sedangkan pada siklus I mencapai 64,71% serta pada siklus II meningkat mencapai 85,29%.
2. Ada sedikit kendala yang harus diatasi pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, tetapi sudah dapat diatasi sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan hasil prestasi belajar, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pembelajaran jadi menyenangkan, dan siswa lebih dapat lebih memahami konsep-konsep yang abstrak sehingga materi tersebut menjadi lebih nyata dan lebih mudah untuk dimengerti tanpa harus menghafalkan sebuah rumus dan pembelajaran menjadi lebih menarik untuk diikuti.
Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Para guru, khususnya guru matematika perlu menerapkan Cooperative Learning model Jigsaw, sebagai salah satu bagian dari pilar CTL dalam pembelajaran matematika, mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
2. Guru dalam menerapakan Cooperative Learning model Jigsaw tetap memperhatikan kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, karakteristik siswa dan ketersediaan sarana dan prasarana. Hal penting yang juga harus diperhatikan guru antara lain sistem pengelompokkan siswa dan pengelolaan ruang kelas untuk kerja kelompok.
3. Guru harus dapat memberikan tindakan lebih intensif terutama dalam memberikan bimbingan pada saat pelaksanaan kerja kelompok supaya pemanfaatan waktu dapat berjalan lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sani Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Renika Cipta
A. M., Sardiman. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo Pusada.
. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Depdiknas. 2005. Model Pembelajaran Matematika. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hisyam, Zaini dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Cetakan I. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Robert E., Slavin. 2005. Cooperative Learning: Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses BelajarMengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudrajat, Ahmad. 2008. Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: CVAlfabeta.
Syarifudin, Khaidir. 2013. Barisan, Deret Aritmetika dan Geometri diakses pada blog spot.com. pada tanggal 8 Februari 2013 pukul 21.00.
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
.