Peningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Talking Stick Berbantuan Media Tongkat
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN MELALUI METODE TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA TONGKAT BAGI PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER I SD NEGERI WARU KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Uneng Murliyah
SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
ABSTRAK
Latar belakang realita rendahnya hasil belajar matematika materi hitung Perkalian.Dari ulangan siswa kelas III yang berjumlah 38 siswa, dengan KKM 70 diperoleh data bahwa 15 (40 %) siswa mengalami tuntas belajar, dan 23 (60 %) mengalami tidak tuntas belajar. Nilai rata-rata siswa 59. Dari hasil ulangan tersebut yang masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal maka peneliti berupaya mencari solusi untuk pemecahan masalah hasil belajar perkalian yang rendah serta berdiskusi dengan teman sejawat tentang model, pendekatan, strategi, teknik, metode, dan media yang tepat untuk siswa dalam proses pembelajaran.Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsi proses pembelajaran, peningkatan hasil belajar dan mengidentifikasi perubahan perilaku peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen tahun pelajaran 2019 /2020 materi perkalian melalui metode Talking stick berbantuan media tongkat Hasil penelitian proses pembelajaran matematika materi perkalian melalui metode Talking Stick berbantuan media tongkat dapat menciptakan pembelajaran yang aktif ,menarik dan menyenangkan, efektif dapat meningkatkan hasil belajar tampak nilai rata-rata siklus 1 diperoleh 69, pada siklus II diperoleh kenaikan nilai rata-rata 80; dan pembelajaran dengan menerapkan metode Talking Stick berdampak positif terhadap perubahan perilaku peserta didik dari yang semula pasif menjadi lebih aktif ,berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru, bertanggung jawab dan mau bekerja sama serta motivasi belajar meningkat. Simpulan bahwa pembelajaran matematika materi hitung perkalian melalui metode Talking Stick Berbantuan media tongkat bagi peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru tahun pelajaran 2019/2020 efektif dapat meningkatkan hasil belajar sehingga dapat dijadikan motivasi guru untuk merancang dan menemukan inovasi dalam pembelajaran.
Kata Kunci: metode talking stick, media, efektif dan pembelajaran
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses pembelajaran subyek didik yang direncanakan, didesain dan dilaksanakan, dievaluasi secara terdidik agar subyek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran struktur dan situasi yang ditetapkan guru sangat berpengaruh terhadap metode dan model pembelajaran yang dipilih oleh guru, baik penerapannya, komitmen persepsi dan sikap guru terhadap peserta didik. Banyak pengamat yang berpendapat bahwa matematika sebagi mata pelajaran yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan wahana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai guru peneliti banyak mengalami hambatan-hambatan. Apalagi sebagai guru kelas yang harus mengajar berbagai mata pelajaran. Usaha-usaha yang dilakukan dalam menyampaikan materi pembelajaran belum dapat sepenuhnya dikuasai oleh siswa.Setelah melaksanakan pembelajaran peneliti dengan dibantu dengan teman sejawat mencoba untuk menganalisis temuan yang ada dalam kelas dalam proses pembelajaran matematika, materi operasi hitung bilangan cacah mengenal perkalian dengan melalui penjumlahan berulang dan sifat pertukaran perkalian pada peserta didik kelas III semester 1, SD Negeri Waru peneliti menjumpai tes hasil belajar dari 38 siswa, hanya 15 siswa atau 40% yang yang dapat mencapai nilai ketuntasan, sedang 23 siswa yang lain atau 60% belum dapat mencapai nilai ketuntasan KKM 70. Hasil rata –rata kelas juga masih rendah yaitu baru mencapai 59 , padahal yang diharapkan adalah minimal 70 dan dengan ketuntasan klasikal mencapai 75 %.
Rumusan masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana proses pembelajaran matematika materi perkalian melalui metode Talking Stick berbantuan media tongkat bagi peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2019/2020? 2) Bagaimana keefektifan metode Talking Stick berbantuan media tongkat dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2019/2020? 3) Bagaimana perubahan perilaku peserta didik Kelas III semester 1 SD Negeri Waru dalam pembelajaran matematika materi perkalian melalui metode Talking Stick ?
Tujuan penelitian: 1) Mendiskripsi proses pembelajaran matematika materi perkalian melalui metode Talking Stick berbantuan media tongkat bagi peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2019/2020. 2) Mendeskripsi keefektifan metode Talking Stick berbantuan media tongkat dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru Kecmatan Mranggen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2019/2020. 3).Mendeskripsi perubahan perilaku peserta didik Kelas III semester 1 SD Negeri Waru dalam pembelajaran matematika materi perkalian melalui metode Talking Stick berbantuan media tongkat.
LANDASAN TEORETIS
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di sekolah dasar pada hakekatnya ditekankan pada pemahaman konsep-konsep dasar matematika agar kelak dalam kehidupannya, siswa-siswa sekolah dasar dapat menerapkan konsep yang didapat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar tentang menghitung luas, sangat berarti sekali bagi kehidupan siswa yang secara langsung dapat diterapkan pada kehidupannya.
Matematika adalah sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat, baik materi maupun kegunannya, dan memiliki dua (2) ciri yaitu:
- Memiliki obyek kejadian yang abstrak.
- Berpola pikir deduktif dan konsisten (kebenaran yang didasarkan pada kebenaran terdahulu yang telah diterima) (GBPP SD Depdikbud 1993:69).
Adapun strategi pembelajaran matematika yaitu guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah pada jawaban lebih dari satu (divergen), dan penyelidikan, selain yang jawabannya hanya satu (konvergen).
Penerapan Talking Stick dalam Pembelajaran Matematika
Pengertian
Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
- Pembelajaran penerimaan (reception learning),
- Pembelajaran penemuan (discovery learning),
- Pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan
- Pembelajaran terpadu (unit learning).
Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2008:10) menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah, “…upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu”.
Merujuk pada defenisi istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Teknis pelaksanaan metode Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut: 1)Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi, 3)Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, 4)Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru ,5) Guru memberikan kesimpulan,6)Melakukan evaluasi, dan 7) menutup pelajaran
Langkah-langkah pembelajaran talking stick
Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan tongkat, 2) Guru menyajikan materi pokok ,3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana ,4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru ,5) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,6) Guru membimbing siswa ,7) Guru dan siswa menarik kesimpulan, 7)Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, dan 8)Siswa diberikan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan Suherman di atas, maka pelaksanaan proses pembelajaran Matematika SD Negeri Banyumeneng1 Mranggen melalui penggunaan metode Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut: 1)Guru membuat media tongkat untuk keperluan bermain dalam proses pembelajaran ,2)Guru menyajikan materi pelajaran secara klasikal, 3) Guru membagikan LKS yang harus dipelajari dan dihafalkan siswa sesuai waktu yang diberikan ,4) Guru dan siswa memulai permainan talking stick dengan memberikan tongkat kapada salah satu siswa,5) Siswa diinstruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa yang terdekat searah jarum jam ,6)Sambil memberikan tongkat, siswa dan guru bernyanyi bersama 7)Setelah bernyanyi atau guru memberi tanda tertentu, maka siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan. Jika tidak dapat menjawab, guru memberikan hukuman positif, dapat berupa: berpuisi di depan kelas, atau hal lain yang sifatnya menghibur 8) Kegiatan memutar tongkat terus dilakukan hingga seluruh siswa mendapat kesempatan untuk diberikan pertanyaan oleh guru, 9) Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama, diikuti dengan menutup pelajaran dengan berdoa bersama
Metode Pembelajaran
Ada beberapa cara untuk menyampaikan informasi suatu mata pelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik. Semua metode tersebut mempunyai tujuan agar peserta didik dapat menerima penjelasan dengan jelas, serta dapat meningkatkan hasil belajar sesuai target yang direncanakan oleh guru.
Beberapa contoh metode mengajar menurut Ulih Bukit Karo-Karo (1975) adalah:
Metode Ceramah
Yang perlu dilakukan dalam tahap persiapan pada metode ceramah adalah membangkitkan perhatian serta minat belajar peserta didik, misalnya dengan mengulangi bahan pelajaran yang telah diberikan, menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai serta masalah apa yang hendak dipecahkan bersama oleh guru dan peserta didik. Kemudian pada tahap penyajian, langkah yang perlu dilakukan adalah menghubungkan bahan baru dengan bahan yang telah diketahui peserta didik. Dalam metode ceramah guru menjelaskan, menerangkan kepada semua peserta didik secara klasikal. Metode untuk memperkenalkan dan memperjelas pokok bahasan baru, mengemukakan pokok-pokok penting untuk membangkitkan minat, semangat belajar peserta didikagar metode ini hidup disertai dengan tanya jawab.
Metode Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam keompok untuk mencari/memperoleh kebenaran. Metode diskusi adalah sautu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru menugaskan peserta didikatau kelompok peserta didikmelaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran.
Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi merupakan model mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Dalam pelaksanaan demonstrasi, guru harus sudah yakin bahwa seluruh peserta didik dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. Guru dituntut menguasai bahan pembelajaran serta mengorganisasi kelas.
Metode Tanya Jawab
Tanya jawab sebagai suatu metode adalah cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai tujuan pengajaran. Alat pokok yang digunakan dengan menggunakan metode tanya jawab adalah pertanyaan lisan yang datangnya dari 2 (dua) pihak atau lebih. Ini berari bahwa pertanyaan ada kalanya datang dari pihak guru (dalam hal ini peserta didik yang menjawab), ada kalanya pertanyaan datang dari pihak peserta didik(dalam hal ini guru atau peserta didik yang lain memberi jawaban). Metode ini dipergunakan oleh guru kepada peserta didik agar dapat memberikan rangsangan untuk menggiatkan anak-anak berpikir praktis.
Dalam pembelajaran guru hendaknya menggunakan metode bervariasi serta media pembelajaran yang tepat agar pembelajaran yang disampaikan guru dapat dengan mudah dipahami peserta didik. Karena alat peraga atau media juga merupakan alat yang menurut kegunaannya adalah untuk memperjelas materi pembelajaran pada waktu guru berinteraksi dengan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat mencapai target yang direncanakan. Dalam dunia pendidikan guru dituntut untuk mampu menciptakan dan memilih metode yang bervariasi dalam pembelajaran.
Menurut Asep Herry Hermawan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode mangajar. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan peserta didik. prinsip-prinsip penggunaan metode adalah sebagai berikut:a)Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi pelajaran b) Metode mengajar harus memungkinkan peserta didik belajar melalui pemecahan masalah (Problem Solving) ,c)Metode mengajar harus memungkinkan peserta didik belajar melalui penemuan (inkuiri) terhadap suatu topik permasalahan ,d)Metode mengajar harus memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri, e)Metode mengajar harus memungkinkan peserta didik bekerja sama, f) Metode mengajar harus memungkinkan peserta didik untuk lebih termotivasi untuk belajar.
Media Pembelajaran
Definisi media
Dari segi bahasa, kataMedia berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaa’il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.Namun dari segi terminologi, media memiliki banyak arti yang dikemukakan oleh para ahli. Mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menafsirkan media, salah satunya ialah Gagne. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Definisi media pembelajaran
Berbeda dengan Gagne, Heinich mengungkapkan bahwa “apabila dikaitkan dengan pembelajaran, maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik”. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pmbelajaran adalah alat yang komunikasi yang digunakan pengajar untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dan merangsang peserta didik untuk belajar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memperoses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.Media pembelajaran adalah perantara yang berupa sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk menunjang kegiatan belajar
Definisi Media pembelajaran Matematika
Media pembelajaran matematika adalah alat yang digunakan untuk menunjang pembelajaran matematika agar peserta didik lebih memahami materi dan dapat meransang pola pikir peserta didik. Jadi, media pembelajaran sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dibidang matematika.
Kerangka Berfikir
Sebagai tindak lanjut berdasarkan landasan teoretis yang lebih terpapar di atas dapat diambil garis-garis besar dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai berikut: ” pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah mempelajari setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol kemudian mengaplikasikan konsep-konsep itu ke situasi yang baru. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan jika dapat memilih dan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan sesuai dengan perkembangan peserta didik ,metode dan media itu dapat membuat peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran sehingga mampu memberikan makna baru.”
Pembelajaran dengan metode talking Stick dan media tongkat terasa sangat efisien dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Situasi belajar peserta didik menjadi lebih menyenangkan, peserta didik tidak tertekan tetapi sebaliknya merasa senang karena pembelajaran dengan permainan tongkat sambil bernyanyi dan peserta didik mampu memindahkan tongkat secara urut berkeliling pindah ke peserta didik lain saat lagu berhenti atau dihentikan maka peserta yang memegang tongkat siap menjawab pertanyaan apabila salah siswa diberi hukuman menyanyikan sebuah lagu yang peserta didik mampu.Ini berlaku sama bagi peserta didik.
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklusnya terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Hasil penelitian
Proses Pembelajaran matematika materi perkalian dengan metode Talking Stick Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan tongkat ,2)Guru menyajikan materi pokok, 3)Siswa menbaca materi lengkap pada wacana, 4)Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru , 5)Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya , 6) Guru membimbing siswa ,7) Guru dan siswa menarik simpulan ,8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, 9) danSiswa diberikan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan Suherman di atas, maka pelaksanaan proses pembelajaran matematika di SD Negeri Waru Kecamatan Mranggen melalui penggunaan metode Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut:1)Guru membuat media tongkat untuk keperluan bermain dalam proses pembelajaran,2)Guru menyajikan materi pelajaran secara klasikal, 3)Guru membagikan LKS yang harus dipelajari dan dihafalkan siswa sesuai waktu yang diberikan ,4)Guru dan siswa memulai permainan talking stick dengan memberikan tongkat kapada salah satu siswa ,5)Siswa diinstruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa yang terdekat searah jarum jam, 6) Sambil memberikan tongkat, siswa dan guru bernyanyi bersama, 7)Setelah bernyanyi atau guru memberi tanda tertentu, maka siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan. Jika tidak dapat menjawab, guru memberikan hukuman positif, dapat berupa: berpuisi di depan kelas, atau hal lain yang sifatnya menghibur ,8)Kegiatan memutar tongkat terus dilakukan hingga seluruh siswa mendapat kesempatan untuk diberikan pertanyaan oleh guru ,9)Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama, diikuti dengan menutup pelajaran dengan berdoa bersama.
Pembahasan Hasil Penelitian
Siklus I
Penerapan metode talking stik berbantuan media tongkat pada mata pelajaran matematika materi perkalian efektif dapat meningkatkan hasil belajar. Tampak pada hasil ulangan formatif siklus 1 telah mengalami peningkatan nilai rata – rata dari 59 pada prasiklus meningkat 10 point menjadi 69 pada siklus 1. Secara rinci ulangan formatif siklus 1 dideskripsikan sebagai berikut: nilai yang paling banyak diperoleh anak adalah 70 yaitu ada 10 anak atau 26%, nilai 50 adalah paling sedikit diperoleh anak yaitu 3 anak atau 8%. Nilai 40 ada 5 anak atau 13% ini sudah mengalami peningkatan sebab pada prasiklus ada 10 anak yang mendapat nilai 40. Berarti ada peningkatan 50%. Peserta didik yang mendapat nilai 60 ada 5 anak atau 13 % masih sama pada pembelajaran prasiklus. Nilai 80 diperoleh 8 anak yaitu 21 %. Pada pembelajaran siklus 1 sudah ada 7 anak yang memperoleh nilai 90 atau sebesar 19%. Walaupun belum ada anak yang memperoleh nilai 100 tetapi pada pembelajaran siklus 1 dengan penerapan metode talking stik materi perkalian pada peserta didik kelas III SDN Waru Kecamatan Mranggen telah meningkatkan hasil belajar peserta didik.Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada ketuntasan klasikal pada prasiklus baru mencapai 40 % atau baru 15 anak yang tuntas KKM 70. Tetapi pada pembelajaran siklus 1 meningkat 26 % menjadi 66% atau 25 anak yang tuntas. Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 sudah berhasil meningkatkan hasil belajar tetapi belum sesuai dengan harapan yaitu rata-rata adalah 70 dan ketuntasan klasikal yaitu 75%.
Proses pembelajaran sudah cukup baik dan menyenangkan. Suasana kelas yang semula beku berubah menyenangkan karena dengan metode talking stik berbantuan tongkat dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar dengan bernyanyi. Peserta didik sudah lebih berani bertanya dan atau menjawab pertanyaan meskipun masih tampak ragu-ragu. Guru kurang memberikan motivasi terhadap peserta didik sehingga semangat belajar peserta didik kurang maksimal. Perhatian guru kepada peserta yang kesulitan atau belum paham materi perkalian kurang maksimal sehingga anak-anak merasa kebingungan ketika mendapat tugas dari guru.
Perubahan perilaku peserta didik dalam pembelajaran siklus 1 setelah guru menerapkan metode talking stik dengan berbantuan tongkat berdampak terhadap perilaku peserta didik.Pada mulanya anak takut dan bosan dengan matematika sekarang sebagian besar siswa tidak takut dengan matematika. Anak-anak yang semula pasif atau diam sekarang menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Peserta didik mulai berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Pada diri peserta didik mulai berkembang sikap tanggung jawab ketika menerima tugas dari guru, ketika diskusi berdasar hasil pengamatan observer anak-anak telah bekerja sama menyelesaikan lembar kerja siswa. Perhatian siswa sudah mulai tertuju pada guru saat menjelaskan materi sehingga menjadikan hasil belajar anak mengalami peningkatan. Hasil pengamatan observer terhadap aktifitas siswa dalam pembelajaran mencapai 72 % dengan kategori baik. Dari keseluruhan hasil ulangan formatif siklus 1 dan aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran sudah meningkat dibandingkan dengan prasiklus. Tetapi peningkatan pada perbaikan pembelajaran siklus 1 belum mencapai standar yang diharapkan dengan rata-rata minimal 70 dan ketuntasan klasikal 75 % serta aktifitas guru dalam pembelajaran adalah mencapai 85% sehingga masih diperlukan perbaikan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus 2.
Siklus 2
Pada perbaikan pembelajaran siklus II, guru memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada perbaikan pembelajaran siklus I. Selain lebih mengoptimalkan penerapan metode talking stick, guru juga memanfaatkan media pembelajaran berupa kertas bertuliskan angka-angka perkalian yang berwarna warni. Guru juga memberikan apersepsi di awal kegiatan pembelajaran, dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan sehingga siswa menjadi lebih paham pada materi perkalian dan hasil belajar pun meningkat pada ulangan formatif siklus 2. Rata-rata hasil ulangan formatif siklus 2 meningkat 11 poin dari siklus 1 yaitu dari 69 menjadi 80. Peserta didik yang tuntas KKM 70 pada siklus 1 baru 25 anak pada siklus 2 meningkat 6 anak menjadi 31 anak. Secara rinci peningkatan ulangan formatif siklus 2 adalah sebagai berikut: hasil nilai ulangan formatif siklus 2 nilai rata-rata mencapai 80.Hal ini sesuai harapan yaitu 75. Ketuntasan hasil belajar klasikal juga telah sesuai standar yang diharapkan yaitu 75 % pada pembelajaran siklus 2 mencapai 82%.Masih ada 7 anak yang belum tuntas yaitu sebesar 18%. Sudah tidak ada lagi anak yang mendapat nilai 40.Sebaliknya ada 4 anak yang memperoleh nilai 100 atau sebesar 10 %. Nilai 90 paling banyak diperoleh anak yaitu 13 orang atau 34 %. Masih ada 1 anak yang memperoleh nilai 50 atau 3%. Nilai 60 di peroleh ada 6 anak atau 16 %. Nilai 70 diperoleh 5 anak atau 13 % dan nilai 80 ada 9 anak yaitu sebesar 24%. Secara umum pembelajaran siklus 2 materi perkalian telah mencapai standar yang diharapkan baik rata – rata kelas maupun ketuntasan belajar klasikal.
Proses pembelajaran matematika materi perkalian dengan menerapkan metode talking stik berbantuan media tongkat pada peserta didik kelas III semester 1 SD N Waru tahun pelajaran 2019 / 2020 dikemas guru dengan pembelajaran Paikem yaitu pembelajaran aktif ,kreatif efektif dan menyenangkan. Guru selama kegiatan pembelajaran ketika tongkat berputar dari satu anak ke anak lainnya dilakukan sambil bernyanyi dan bertepuk tangan. Semua anak tampak senang dan tidak merasa beban dan takut lagi dengan matematika.
Hasil pengamatan observer terhadap aktifitas guru selama pembelajaran menunjukan peningkatan yang baik.Pada pembelajaran siklus 2 rata – rata mencapai 91 % dengan kategori sangat baik hal ini sudah melebihi standar yang diharapkan yaitu 85%. Untuk aktifitas peserta didik berdasar hasil pengamatan juga meningkat sebesar 11 % , pada pembelajaran siklus 1 baru mencapai 78% pada siklus 2 meningkat menjadi 89 %. Perubahan perilaku peserta didik dalam pembelajaran dari yang semula ragu – ragu untuk menjawab pertanyaan guru sudah tidak tamapak. Peserta didik percaya diri ketika tongkat berhenti dipegang dan siap menjawab pertanyaan guru atau mengerjakan soal dipapan tulis. Suasana kelas lebih hidup dan kondusif , anak – anak merasa senang belajar matematika. Tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas guru semakin baik. Sikap kerjasama dalam mengerjakan lembar kerja kelompok juga baik. Peserta didik tidak malu untuk melakukan presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus 2 dengan penerapan metode talking Stick berbantuan media tongkat pada materi perkalian efektif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas III semester 1 SD Negeri Waru dan berdampak positif terhadap perubahan perilaku peserta dari yang kurang aktif menjadi aktif, yang semula pemalu menjadi lebih berani menjawab pertanyaan guru, dan tidak takut menerima tongkat karena sebagian besar peserta didik telah memahami materi pembelajaran. Maka hipotesis yang diajukan yaitu Penerapan pembelajaran dengan metode Talking Stick berbantuan media tongkat diduga dapat meningkatkan hasil belajar hasil belajar matematika materi perkalian pada peserta didik kelas III semester I SDN Waru Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Arif S. Sudirman, dkk (1990), Media Pendidikan, Pengertian dan Pemanfaatanya, CV Rajawali, Jakarta.
Depdikbud, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta.
E.T. Ruseffendi (1989), Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer, Tarsito, Bandung.
Karso (1998), Pendidikan Matematika I. Depdikbud, Jakarta.
Samekto,(1993), Usaha Meningkatkan Minat Kesadaran dan Motivasi Belajar Pada Siswa SD, Makalah FPMIPA IKIP Semarang.
Sumantri Mulyani; Syaodih N. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk (1997), Strategi Belajar Mengajar, Univeristas Terbuka, Jakarta