Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Model Inkuiri Dengan Media Audiovisual
PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI KLERO 01 TAHUN 2016/ 2017
Siti Sudarningsih
Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA diantaranya dalam pembelajaran guru kurang terampil dalam menyampaiakan topik pembelajaran, belum membimbing siswa dalam mengajukan pertanyaan, guru belum membimbing siswa dalam melakukan percobaan, sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru, siswa kesulitan dalam membentuk kelompok dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Klero 01? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Klero 01.Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes, dokumentasi serta catatan lapangan. Sedangkan teknik analisis data menggunakan tekniik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual. keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 43%, siklus II yaitu 63%, dan siklus III yaitu 91%.Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Klero 01. Berdasarkan simpulan, maka saran peneliti adalah diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat mempermudah guru dan siswa dalam pembelajaran IPA, dan diharapkan model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat diterapkan pada kelas lain atau mata pelajarana lain.
Kata Kunci: Kualitas pembelajaran IPA, model pembelajaran inkuiri, media audiovisual.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar SD/MI yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dasar agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (BSNP, 2006:147).
Adapun tujuan pembelajaran IPA SD yang tercantum dalam Standar Isi (KTSP 2006) yaitu: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. (KTSP, 2006:484-485).
Tujuan yang tercantum dalam KTSP tersebut sudah baik, sudah mengandung ide-ide yang dapat mengantisipasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara global. Namun kenyataan di Sekolah- sekolah masih perlu peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai dengan standar isi, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa, bekerja, bersikap ilmiah, dan mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Namun kenyataan di sekolah-sekolah Dasar dalam pembelajaran IPA belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah, sehingga siswa belum mendapat pengalaman belajar yang menantang dan bermakna bagi siswa. (BNSP, 2006:484).
Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca, yang menyebutkan bahwa salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang optimal. Dari kegiatan pembelajaran tersebut menunjukkan adanya kualitas pembelajaran yang rendah. (Depdiknas, 2007:21)
Kualitas pembelajaran yang rendah tersebut juga ditemukan pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Klero 01 semester I tahun ajaran 2016/2017.
Rendahnya kualitas pembelajaran IPA di SD Negeri Klero 01 juga didukung oleh data kuantitatif yang dilihat dari rendahnya pencapaian hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi dan hasil Ulangan Harian mata pelajaran IPA pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Sebagian besar, 21 dari 35 siswa atau sebanyak 56% siswa memperoleh hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 70. Data hasil belajar dalam mata pelajaran IPA ditunjukkan dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut perlu sekali ditingkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu penerapan model pembelajaran yang inovatif, yaitu pembelajaran yang peran gurunya sebagai fasilitator, yang memfasilitasi siswa berupa alat peraga, media serta perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran motivator, yang memberikan dorongan kepada siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, evaluator yang memberikan penilaian terhadap proses dan hasil dalam pembelajaran IPA disamping sebagai informator. Siswa belajar konstruktivis yang ide pokoknya belajar mandiri menemukan bersama kelompoknya, mengembangkan kreativitas belajar. Interaksi pembelajaran tidak hanya satu arah, tetapi multiarah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Peneliti secara kolaboratif menentukan alternatif pemecahan masalah dengan menetapkan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual.
Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri antara lain: (a.) pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu lama dan lebih mudah diingat apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain, (b.) hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep- konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru, (c.) secara menyeluruh, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. (Hamdani, 2010:182)
Inkuiri akan berhasil diterapkan apabila didukung dengan media audiovisual, karena menurut kerucut Edgar Dale menyatakan bahwa dengan menggunakan media audiovisual daya ingat siswa mencapai 50%, karena media audiovisual merupakan media yang dapat dilihat dan juga didengar, sehingga siswa bisa lebih mudah mengingat materi yang disampaikan dalam media tersebut. Media pembelajaran dengan media audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012:184). Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Berpijak dari itu, peneliti secara kolaboratif melaksanakan penelitian melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Audiovisual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Klero 01â€.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01?
Dari rumusan masalah di atas dapat dirinci menjadi rumusan khusus sebagai berikut:
a) Apakah melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01?
b) Apakah melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01?
c) Apakah melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan keterampilan guru kelas IV SD Negeri Klero 01 dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Inkuiri dengan media audiovisual.
b. Meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Inkuiri dengan media audiovisual.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Inkuiri dengan media audiovisual.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, masing-masing manfaat tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Manfaaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi berupa konsep model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
Manfaat Praktis
Siswa
Siswa mampu untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, berfikir sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan yang jelas, berfikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Guru
Dengan dilaksanakannnya penelitian tindakan kelas ini guru dapat mengetahui kesulitan belajar siswa, guru dapat merancang strategi pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
Sekolah
Dengan adanya penelitian tindakan kelas, maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui pembelajaran yang inovatif khususnya model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginsani, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas pada diri peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Berikut ini pengertian pembelajaran menurut para ahli:
Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi dalam pembelajaran harus ada interaksi antara pendidik dan peserta didik serta sumber belajar dan media pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran yang dilakukan menjadi pembelajaran yang bermak
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Pembelajaran merupakan usaha pembentukan perilaku yang semula tidak bisa menjadi bisa yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan media atau sumber belajar yang sesuai sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Materi yang dimaksud disini adalah tingkah laku yang diinginkan oleh guru. (Hamdani, 2010:23)
Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku, pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif (Tobroni dan Mustofa, 2011:19)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk membentuk tingkah laku tertentu dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi dalam pembelajaran IPA nanti, seorang guru harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat menemukan sendiri permasalahan yang ada. Selain itu, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis.
Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Hamdani (2010:182), pembelajaran inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Sasaran utama model inkuiri adalah mengembangkan penguasaan pengetahuan yang merupakan hasil dari pengolahan data atau informasi.
Menurut Schmidt (dalam Ahmadi, 2010:85), inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulan bahwa, model pembelajaran inkuiri merupakn salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mencari informasi atau memecahkan suatu masalah secara kritis dan ilmiah melalui observasi atau percobaan yang diawali dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.
Proses belajar mengajar dengan model inkuiri menurut Kuslan dan Stone (dalam Ahmadi, 2010:104) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) menggunakan keterampilan proses, 2) jawab yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu, 3) siswa berhasyarat untuk menemukan pemecahan masalah, 4) suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri, 5) hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen, 6) para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data mengadakan pengamatan, membaca/menggunakan sumber lain, 7) siswa melakukan penelitian secara individu/kelompok untuk menguji hipotesis tersebut, (8) siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.
Menurut Hamdani (2010:182) adapun manfaat dari model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (a) siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah, (b) siswa mulai diajarkan untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, mampu berfikir sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan yang jelas, (c) siswa mampu berfikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri antara lain: (a.) pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu lama dan lebih mudah diingat apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain, (b.) hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru, (c.) secara menyeluruh, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Tujuan dari model pembelajaran Inkuiri antara lain: Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya, Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya, memberi pengalaman belajar seumur hidup.
KERANGKA BERFIKIR
Pembelajaran IPA dikelas IV SD Negeri Klero 01 masih belum optimal, hal ini dapat dilihat rendahnya keterampilan guru dapat dilihat dari berberapa faktor antara lain: guru belum maksimal dalam menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran sehingga siswa kurang optimal dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, guru belum membimbing siswa dalam merumuskan masalah dan hipotesis, dalam pembelajaran IPA guru tidak mengajak siswa untuk melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, guru belum membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
Adapun rendahnya aktivitas siswa dapat dilihat dari faktor berikut: siswa kurang dapat memahami materi yang disampaikan guru, siswa masih kesulitan dalam membentuk kelompok, siswa belum dapat membuat hipotesis yang relevan dengan permasalahan, siswa kesulitan dalam merancang percobaan, siswa juga kesulitan menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Rendahnya keterampilan guru dan aktivitas siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa (hasil belajar siswa masih dibawah KKM).
Untuk itu peneliti bersama tim kolaborator menetapkan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2016 untuk siklus I, siklus II pada hari Selasa tanggal 25 Oktober 2016, dan siklus III pada hari Senin tanggal 31 Oktober 2016.
Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan materi IPA.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Desa Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 35 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 18 orang.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran IPA dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 54 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 80% siswa mendapat nilai dibawah KKM.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas VI sebanyak 35 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Klero 01 berada di wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Klero 01 terletak di desa Klero Kelurahan Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Klero 01 cukup asri meski dekat dengan jalan raya.
Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Klero 01 Desa Klero pada semester II diperoleh data yaitu dari 35 siswa yaitu 17 laki-laki dan 18 perempuan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Kemampuan Siswa
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 28 siswa atau 80%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 20%.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 20 siswa atau 57%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa dengan persentase 43%.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 32 siswa atau 91%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 3 siswa dengan persentase 9%.
Persentase ketuntasan klasikal siklus I sebesar 56%, siklus II sebesar 75%, dan siklus III sebesar 91%. Dari siklus I ke siklus II persentase kenaikan ketuntasan klasikal adalah sebesar 19%, dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 16%.
Rekapitulasi Data Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Setelah dilakukan tindakan melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual pada siklus III diperoleh data nilai terendah 60, tertinggi 90 dengan rata-rata kelas 77 dan ketutasan klasikal 91%. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perolehan data hasil belajar terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 pada pelaksanaan tindakan siklus III mencapai indikator keberhasilan yaitu rata-rata kelas sudah mencapai KKM (≥70). Berikut tabel perbandingan hasil belajar data awal, siklus I, II, dan III:
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I, II dan III
No. |
Pencapaian |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
1 |
Nilai Terendah |
40 |
40 |
60 |
2 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
90 |
3 |
Rata-rata |
61 |
70 |
77 |
4 |
Siswa belum tuntas |
15 |
22 |
3 |
5 |
Siswa sudah tuntas |
20 |
13 |
33 |
6. |
Ketuntasan Klasikal |
43% |
63% |
91% |
Rekapitulasi Persentase Siklus I, II dan III
No. |
Variabel |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
1. |
Keterampilan Guru |
– |
52% |
70% |
89% |
2. |
Aktivitas Siswa |
– |
55% |
68% |
81% |
3. |
Hasil Belajar Siswa |
20% |
43% |
63% |
91% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 20%, siklus I 43%, siklus II 63%, dan siklus III 91%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus III menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, keterampilan berpidato anak, dan hasil belajar siswa.
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Purwoyoso 01Semarang, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 dapat meningkatkan keterampilan guru. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil pengamatan keterampilan guru pada siklus I diperoleh skor total 25, rata-rata skor 2,01, dengan persentase 52% termasuk dalam kategori baik. Pada pelaksanaan tindakan siklus II perolehan skor keterampilan guru adalah 34, rata-rata skor 2.81 dan termasuk dalam kategori baik (70%). Pada pelaksanaan tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan dengan perolehan skor 45, rata-rata skor 3,5 termasuk dalam kategori sangat baik (89%). Dari data tersebut dapat disimpulkan keterampilan guru telah mencapai indikator keberhasilan.
2. Melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 pada pembelajaran IPA pokok dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I memperoleh skor 23.83, dengan persentase 55% termasuk dalam kategori baik. Pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh data aktivitas siswa dengan perolehan skor 29.66, termasuk kategori baik dengan persentase 68%. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus III didapatkan skor 35,83 dan termasuk dalam kategori sangat baik (81%). Aktivitas siswa dalam penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan dengan kategori sekurang-kurangnya baik.
3. Melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01 dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil evaluasi di akhir pertemuan pada setiap siklusnya diperoleh data pada siklus I dengan nilai terendah 35, nilai tertinggi 94, rata- rata kelas 63 dan presentase ketuntasan 56%. Pada pelaksaanaan tindakan siklus II diperoleh data hasil belajar dengan nilai terendah 35, nilai tertinggi 94 dengan rata-rata kelas 70 dan presentase ketuntasan mencapai 75%. Pada pelaksanaan tindakan siklus III hasil belajar siswa yang diperoleh dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 100, rata- rata 80 dan persentase ketuntasan 91%. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan indivvidual mencapai 80% (KKM IPA ≥62)
Berdasarkan hasil penelitian melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Klero 01.
SARAN
Berdasarkan simpulan hasil penelitian pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual siswa kelas IV SD Negeri Klero 01, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Guru
Hendaknya guru dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual perlu diusahakan persiapan dan perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi sekolah agar pelaksanaannya dapat berlangsung secara baik dan benar.
Bagi Siswa
Melalui model inkuiri hendaknya dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPA karena model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis, selain itu untuk menerapkan kemampuan berfikir kritis siswa, perlu dilakukan latihan yang berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah terutama terus menerus mengembangkan kerjasama diantara guru dan siswa untuk menerapkan model pembelajaran yang inovatif terutama model pembelajaran inkuiri dengan media audiovisual yang dapat digunakan sebagai referensi
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Anitah W, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Aqib, Zaenal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, SD, SLB, TK. Bandung: CV. Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA 2. Jakarta: DirJenDikTi
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rinek Karya. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Funk. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses.(online) http://www.sarjanaku.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses- dalam.html
—————–.2004. Peningkatan Kualitas pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
—————-. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
—————–.2006. Lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
Habibi, Mhmd. 2011. Taksonomi Bloom. Padang State University (online) http://abypendidikanindonesia.blogspot.com/2011/04/vbehaviorurldefaultv mlo.html
Hakiim, Lukmatul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Pustaka setia
Haury, David L. 1993. Teaching Science Through Inquiry. (online) http://himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/03/metode-inkuiri/
Indriani, Arina. 2009. Penggunaan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Sumbersari II Kabupaten Pasuruan.Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Malang. (http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=37472)
Herryanto, Nar dan H.M Akib Hamid. 2008. Statistika Dasar. Jakarta:Universitas Terbuka.
Ielma. 2012. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. (online) http://semuma.blogspot.com/2012/09/pendidikan-ipa-di-sd.html
Iskandar. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: CV. Maulana.
Junaedi, Wawan. 2010. Aktivitas Belajar Siswa. (http://wawan- junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html)
Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dikti
Mariana, I Made Alit dan Wandy Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA
Marno dan Idris.2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Permana, Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana
Poerwanti Endang,dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Poerwanti dkk (2008: 6.9).(http://Statistikaterapan.wordpress.com). Diunduh pada tanggal 5 Januari 2012).
Rusman. 2011. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sabeni, Mohammad. 2008. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut. (online) http://indahnyaberbagi10.blogspot.com/2012/10/komponen-komponen keterampilan-bertanya.html
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Persada
Siddiq, M. Jauhar. 2008. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas
Slavin, Robert. 1994. Educational Psychology Theory And Practice. Massachuettes United States of America: A Division of Paramount Publishing.
Sudibyo, Bambang. 2006. Peraturan Menteri pendidikan Republik Indonsia. Jakarta: Mendiknas
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sugandi, Achmad.2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press