Peningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Model Team Group Tournament
PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DAN AKIBATNYA
MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL TEAM GROUP TOURNAMENT BAGI SISWA KELAS XII IPS-3 SMA NEGERI I SAMBUNGMACAN SRAGEN
SEMESTER I TAHUN 2019/2020
Aniek Muwartiningsih
SMA Negeri I Sambungmacan Sragen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah pembelajaran kooperatif Learning model Team Group Tournament dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi pada kompetensi dasar Perubahab Sosial Budaya pada masyarakat pada siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2018/2019. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) pada kompetensi dasar Perubahan Sosial Budaya pada masyarakat pada siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2018/2019. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 17,50%, yaitu dari rata- rata tes kondisi awal 68,90 menjadi 75,14. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 175%, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 8 siswa menjadi 22 siswa. Dengan demikian sebagian besar siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen mengalami peningkatan hasil belajar pada kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat.
Kata Kunci: Pembelajaran, Kooperatif Learning, Team Group Tournament
PENDAHULUAN
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan pengusaan materi yang memadai.
Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar Sosiologi di Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar Sosiologi kelas memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan perlu hafalan. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 60% (12 Siswa) hanya 40% (8 siswa) yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan nilai rata –rata kelas sebesar 69,2.
Rendahnya prestasi belajar Sosiologi di Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode atau pun media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran sosiologi maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Upaya harus dilakukan untuk memulai tuntutan lulusan yang kompetitif di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran dengan nuansa Kurikulum 2013yang diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing individu baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament.
Dari uaraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: (1) Hasil belajar ujian akhir sekolah sosiologi belum menunjukkan hasil yang optimal. (2) Kurangnya minat siswa untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai sarana pembelajaran. (3) Perlunya model pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga siswa tidak cepat bosan dan mempunyai daya lekat yang tinggi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sosiologi tentang Perubahan Sosial Beserta Akibatnya? (2) Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran sosiologi tentang Perubahan Sosial Beserta Akibatnya Pada Masyarakat Indonesia? (3) Bagaimanakah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran sosiologi tentang Perubahan Sosial Beserta Akibatnya Pada Masyarakat Indonesia?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatan hasil belajar mata pelajaran sosiologi melalui pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Untuk meningkatan motivasi belajar mata pelajaran sosiologi melalui pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. (3) Melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Hasil Belajar Sosiologi
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryabrata (2002;232) menyimpulkan tentang belajar yaitu:(1) belajar itu membawa perubahan;(2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru;(3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata,2003:15).
Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. (1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,gerakan penyesuaian dan kreativitas. (Hamalik, 2003:160)
Tinjauan atau pandangan dari ilmu-ilmu sosial termasuk dalam hal ini, sosiologi akan mencari hukum-hukum alam yang bersifat general. Hukum alam ini berlaku kapan saja di mana saja, ilmu yang terkait pada nilai dan kebudayaan di lingkungannya. Seperti diketahui bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala masyarakat dan sosial action di dalam masyarakat untuk merumuskan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Mempelajari seni ditinjau dari sudut pandang sosiologi dapat pula menghubungkan seni itu dengan kehidupan masyarakat dan faktor-faktor spesifiknya yang meliputi geografi, ekonomi, pendidikan, agama, dan adat istiadat (Hadi, 1991: 5).
Hasil belajar sosiologi adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam priode tertentu atau dalam satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran sosiologi.
Pembelajaran Kooperatif Model Team Group Tournament (TGT)
Menurut Gagne, (diterjemahkan Munadir, 1999 III 3) proses pembelajaran dalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah lakku dari siswa.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna/pemahaman terhadap suatu objek/peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggungjawab siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat.
Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaiknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. (Sujatmoko dkk.2003:15)
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendsari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), msyarakat belajar (Learning community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Autentic Assessment). (Model Strategi Efektif, 2005:8)
Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Anitah.2015:37). Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain, karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa).
Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Anitah dkk.2015:37-38).
Pembelajaran Cooperative Learning Model Team Group Tournament (TGT)
Kooperatif learning adalah model pembelajaran bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara tiga sampai lima orang siswa. Para anggota bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Menurut Kagan, terdapat empat prinsip dasar model kooperatif learning yaitu (1) interaksi yang simultan,(2) saling ketergantungan antar anggota;(3) tiap anggota memiliki tanggung jawab terhadap kelompok; dan (4) peran serta anggota yang seimbang.
Menurut pendapat Slavin, model kooperatif learning meliputi tiga konsep yaitu (1) Pengakuan kelompok (team recognition);(2) Tanggung jawab individu;dan(3) Keseimbangan peluang untuk meraih sukses bersama. Sedangkan menurut Johnson, model kooperatif learning terdapat lima prinsip dasar terdiri:(1) Menumbuhkan semangat saling ketergantungan;(2) Tanggung jawab individual;(3) Bekerja dalam kelompok (group processing);(4) Tumbuh kecakapan social dan bekerjasama; dan (5) Terjadi interaksi antar anggota secara langsung.
Pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Russel Tyler,1999). Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Kondisi Awal: Guru pembelajaran masih konvensional, akibarnya nilai sosiologi rendah. Tindakan: Guru menerapkan pembelajaran Cooperative Learning tipe TGT. Hasil akhir: melalui Model Pembelajaran Cooperatitive Learning Model TGT dapat meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi bagi siswa Kelas XII IPS-3 semester I tahun pelajaran 2019/2020
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis tindakan sebagai berikut:
- Melalui pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi tentang Perubahan Sosial Budaya Pada Masyarakat Indonesia bagi siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
- Melalui pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar Sosiologi tentang Perubahan Sosial Budaya Pada Masyarakat Indonesia bagi siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, mulai dari bulan Juli tahun 2019 sampai dengan bulan November 2019.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen, selain itu salah satu tujuan yang dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Sosiologi khususnya pada kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat.
Subyek Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu: Upaya meningkatakan hasil belajar Sosiologi konsep perubahan sosial melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) pada siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen tahun pelajaran 2019/2020, maka subjek penelitiannya adalah siswa Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, alat pengumpulan data akan menentukan kualitas penelitian. Agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, maka penelitian ini menggunakan teknik untuk mengumpulkan data yaitu observasi, dokumentasi, lembar kerja dan tes.
Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
- Lembar pedoman observasi, digunakan untuk mengamati jalannya kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap tindak belajar siswa dan tindak mengajar guru pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
- Dokumentasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dilakukan pada pelaksanaan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
- Lembar unjuk kerja,
- Butir soal, digunakan sebagai instrumen pengakuan hasil belajar siswa kelas 1 pada pembelajaran
Validasi Data
Penelitian tindakan kelas ini menerapkan validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model Interaktif Milles dan Huberman. Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 337) mengemukakan motivasi belajar atau kegiatan pokok dalam analisis data model interaktif meliputi: (1) Reduksi Data, (2) Penyajian Data, (3) Kesimpulan-kesimpulan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Indikator Peningkatan
Indikator Keberhasilan Hasil belajar
Hasil belajar Tema 1 Diriku siswa Kelas 1semester 1 mencapai ketuntasan mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM yaitu ≥ 75. Dengan jumlah siswa yang tuntas harus ≥ 80%.
Indikator Keberhasilan Motivasi Belajar
Penelitian ini akan diakhiri setelah 80% siswa telah mengalami peningkatan motivasi belajar yang berdampak pada peningkatan nilai atau prestasi belajar sosiologi materi penyimpangan sosial beserta akibatnya. Dengan mencapai nilai ketuntasan sekurang kurangnya BAIK.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga.
Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa Kelas XII IPS-3 pada kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat sebelum siklus I (pra siklus) seperti pada tabel 2. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam mempelajari kompetensi dasar tersebut. Hal ini diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75.
Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran awal menunjukkan bahwa jumlah nilai sebesar 1385, karena siswa berjumlah 23 siswa, maka rata-rata sebesar 69,2, dengan tingkat ketuntasan sebanyak 8 siswa (40%).
Berdasarkan data pada laporan pengamatan tersebut di atas, diketahui bahwa siswa Kelas XII IPS-3 yang memiliki nilai kurang dari KKM 75, sebanyak 12 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum untuk kompetensi dasar penyimpangan sosial dan akibatnya sebanyak 12 siswa (60%). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 8 siswa (40%).
Deskripsi Hasil Siklus I
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru kelas (teman sejawat) pada SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan tindakan pada siklus II.
Hasil Pengamatan Pertemuan I
Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada laporan berikut ini. Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 3 siswa (15%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 8 siswa atau (40%), sedangkan dari jumlah 20 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (30%), sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 3 siswa (15%), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0%.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 12 atau 60% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa atau 40% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I pertemuan I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 82, nilai terendah 62, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 72,9.
Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 12 anak dan pada akhir siklus I pertemuan I berkurang menjadi 8 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 69,2 menjadi 72,9. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan data pada laporan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 72,9. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I Pertemuan II.
Siklus I Pertemuan II
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh seorang observer yaitu guru mapel (teman sejawat) pada SMA Negeri 1 Sambungmacan Sragen. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan tindakan pada siklus II pertemuan I.
Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan II
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan II dapat dideskripsikan seperti pada laporan berikut ini. Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 3 siswa (15%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 8 siswa atau (40%), sedangkan dari jumlah 20 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (30%), sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 3 siswa (15%), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0%.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 15 atau 75% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 5 siswa atau 25% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I pertemuan II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 88, nilai terendah 67, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 77,9.
Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I pertemuan II dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 12 anak dan pada akhir siklus I pertemuan II berkurang menjadi 8 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 69,2 menjadi 72,9. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I pertemuan I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I pertemuan II, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dapat dideskripsikan sebanyak 2 (dua) pertemuan sebagai berikut. (1) Siklus II pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa tanggal 27 Agustus 2019. (2) Siklus II pertemuan II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 3 September 2019.
Hasil pengamatan pada siklus II Pertemuan I dapat dideskripsikan seperti pada laporan berikut ini. Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 65% atau 13 siswa, sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 20% atau 4 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 15% atau sebanyak 3 siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 82,9.
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 17 siswa (857%) yang berarti sudah ada peningkatan. Rata-rata kelas pun menjadi meningkat
Refleksi
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II pertemuan I dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi, khususnya kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Untuk lebih jelasnya pada tabel berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus II pertemuan I.
Jika dibandingkan antara keadaan Siklus I pertemuan II, dan siklus II pertemuan I, dapat dilihat bahwa siklus I Pertemuan II, rata- rata kelas sebesar 77,9, sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I pertemuan II sudah ada peningkatan menjadi 82,9. Adapun kenaikan rata – rata pada siklus II pertemuan I menjadi 80,4.
Deskripsi Siklus II Pertemuan II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II pertemuan II, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan II ini dilaksanakan Siklus II pertemuan II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 3 September 2019.
Hasil pengamatan pada siklus II Pertemuan II dapat dideskripsikan seperti pada laporan pengamatan berikut ini. Dari laporan di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 60% atau 12 siswa, sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 40% atau 8 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 0% atau sebanyak 0 siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 85,9
Ketuntasan belajar pada siklus II pertemuan II dapat ditabulasikan seperti pada laporan di bawah ini: Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa (1007%) yang berarti semua siswa sudah tuntas belajar. Rata-rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata- rata Siklus II pertemuan II dapat diperjelas berikut ini: Nilai tertinggi 94, nilai terendah 75, nilai rata-rata 85,0.
Refleksi
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II pertemuan II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi, khususnya kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Untuk lebih jelasnya pada laporan berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus II pertemuan II.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif learning model Team Group tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi khususnya penguasaan kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat pada siswa Kelas XII IPS-3 semester I tahun pelajaran 2019/2020. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut.
Pembahasan Pra Siklus
Hasil Belajar
Pada awalnya siswa Kelas XII IPS-3, nilai rata- rata pelajaran Sosiologi rendah khususnya pada kompetensi keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangsa serta budaya Indonesia. Yang jelas salah satunya disebabkan karena luasnya kompetensi yang harus dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 8 atau 40% yang baru mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 12 siswa atau 60% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat yang telah ditentukan yaitu sebesar 75. Sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi adalah 82, nilai terendah 50, dengan rata-rata kelas sebesar 69,2.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.
Pembahasan Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 5 siswa (25%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 6 siswa atau (12%), sedangkan dari jumlah 20 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 3 siswa (6%), sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada atau 0%.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 12 atau 60% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa atau 40% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 88, nilai terendah 61, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 77,9.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan serta perlu kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjwab antar kelompok, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.
Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata- rata kelas. Dari sejumlah 20 siswa, semua sudah tuntas belajar.
Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 90 sebanyak 5 siswa, hal ini karena ke-empat anak tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup, didukung rasa senang dalam belajar, sehingga mereka dapat nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 5,0% dibandingkan nilai rata- rata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model TGT dapat meningkatkan hasil belajar Sosiologi kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat sebesar 8,0 atau sebesar 9,1%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Sosiologi khususnya kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat bagi siswa Kelas XII IPS-3 Semester 1 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 75% (15 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 25% (5 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 100% (20 anak), artinya seluruh siswa sudah tuntas belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 77,9 dan rata- rata kelas siklus II 85,9. Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 12,0%, dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar 48% jika dibandingkan dengan kondisi awal.
Saran
Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif learning model TGT sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar tentang perubahan sosial budaya pada masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yang telah didesain terlebih dahulu dalam penyusunan RPP.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta Grasindo.
Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta
BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan kompeternsi Dasar. Jakarta. Depdiknas
Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi. HDB
Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar. Jakarta. Depdikbud
Dimyati dan Mudjiono, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud.
Dinas Prop Jateng, 2004. Model- model Pembelajaran dan Penilaian. Makalah disampaikan pada Bintek Guru SMP bidang studi Fisika
Hadari, Nawawi. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Hidayat Komarudin,2002.Active Learning. Yogyakarta. Yappendi
Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran efektif, Model pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah disampaikan pada diklat guru kurikulum KBK di LPMP Jawa Tengah.