Peningkatkan Motivasi Guru Dalam Berprestasi Melalui Kepemimpinan Kepala Sekolah Sekolah
PENINGKATKAN MOTIVASI GURU DALAM BERPRESTASI
MELALUI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEKOLAH
DI SD NEGERI KAUMAN LOR 01 KECAMATAN PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
Supriyadi
Kepala Sekolah SD Negeri Kauman Lor 01 Kec. Pabelan
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum semua guru termotivasi dalam berprestasi di kelas sehingga tujuan pembelajaran belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi dikelas sehingga proses belajar mengajar terarah dan prestasi belajar meningkat.Sumber data berasal dari instrumen yang disampaikan kepada semua guru di Di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif, selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui apakah Kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi di kelas.Terdapat peningkatan motivasi guru dalam berprestasi di kelas sebelum ada kepemimpinan kepala sekolah dan setelah dilaksanakan kepemimpinan kepala sekolah yaitu dari kondisi awal 23,08% meningkat menjadi 38,46% pada siklus I, dan Meningkat lagi menjadi 92,30% pada siklus II Berdasar hasil analisis data diatas ditarik kesimpulan bahwa: kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi di kelas. Saran-saran dalam penelitian ini adalah agar guru termotivasi dalam berprestasi di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi dalam Berprestasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas telah dilaksanakan mulai berbagai upaya seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistem evaluasi, pengembangan bahan ajar, pelatihan guru, dan usaha lain. Upaya pembangunan pendidikan ini merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi system pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui pembangunan pendidikan, guru harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup dimasa depan. Pada kenyataannya berbagai upaya itu belum membawa dampak yang maksimal, termasuk dalam hal ini belum berhasil meningkatkan profesionalisme guru sehingga sangat berdampak kepada prestasi siswa.
Melihat kondisi tersebut peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas dumber daya manusia. Hal ini dikarenakan Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan formal pertama mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan sikap, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan masyarakat. Hal ini dikarenakan pendidikan menyangkut kepentingan semua orang dan bukan menyangkut investasi kondisi kehidupan di masa yang akan datang. Itulah sebabnya, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikkan dan peningkatan kualitas guru sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal. Bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan unsur yang sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan motivasi guru
Sasaran motivasi menyangkut soal prilaku manusia dan guru karena merupakan elemen vital di dalam kehidupan, sebab motivasi dapat diartikan sebagai usaha supaya guru dapat menyelesaikan tugas dengan semangat.
Timbulnya motivasi kinerja dapat timbul pada diri manusia dengan melihat beberapa pendekatan diantaranya; Pertama, Pendekatan Partnersip, diasumsi bahwa, pegawai atau guru tidak menyukai pekerjaan, namun mereka akan melaksanakannya dengan baik apabila mereka mempunyai perasaan bahwa mereka berpartisipasi dalam hasil-hasil usahanya. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan motivasi, pimpinan atau kepala sekolah menciptakan suasana yang nyaman dan makmur dalam lingkungannya, kedua Pendekatan produktivitas, menekankan pada imbalan yang ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru hendaknya melakukan dengan motivasi dan niat yang tulus dalam mengerjakan tugas kesehariannya didasarkan pada produtivitas kerja pemberian tugas menjadi spesifik dan tingkat upah atau gaji ditetapkan sesuai prestasinya.
Suatu pemikiran dasar bahwa, pendekatan tersebut ketika manusia melaksanakan suatu pekerjaan dan diberi imbalan berusaha untuk mengulang kembali pekerjaannya, sebaliknya ketika manusia atau guru dikenakan hukuman sebagai akibat dari tindakannya, ia tidak berusaha untuk mengulanginya lagi. Guru merupakan unsur utama pada keseluruhan proses pendidikan, terutama ditingkat institusional dan intruksional, Posisi guru dalam melaksanakan pendidikan berada pada garis terdepan, keberadaan guru dan kesiapannnya menjalankan tugas sebagi guru sangat menentukan bagi terselenggaranya suatu proses pendidikan, tanpa guru, pendidikan hanya sebagai slogan muluk karena keberadaan guru dianggap sebagai titik sentral dan awal dari semua peningkatan pendidikan.5 Disamping itu, guru sebagai salah satu unsur utama dalam pendidikan, kelihatannya memiliki segi-segi tertentu yang menarik untuk dikaji, sebab kemungkinan dapat diperoleh seperangkat pengetahuan yang bersifat teoretis tentang guru, khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan motivasi kinerja guru.
Menurut Winardi, motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negative hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasi sebagai berikut: Pertama, seseorang senang terhadap sesuatu apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya, maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu, kedua, apabila seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan, maka biasanya orang tersebut, terdorong untuk melakukan kembali perbuatan itu.
Meningkatkan kepuasan kerja bagi guru merupakan hal yang sangat penting, karena menyangkut masalah hasil kerja guru yang merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada peserta didik, ada beberapa alas an mengapa kepuasan kerja guru dalam tugasnya sebagai guru perlu suatu kajian lebih lanjut, pertama, karena guru memainkan peranan yang begitu besar di dalam sebuah negara, tugas mereka bukan hanya sekedar memberikan pembelajaran seperti yang terkandung di dalam garis besar pengajaran di dalam kurikulum formal, malah meliputi seluruh aspek kehidupan yang lain, mungkin tidak tercantum dalam mata pelajaran secara nyata, tetapi meliputi pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam kurikulum tersembunyi dalam sistem pendidikan negara. Kedua, karena kemajuan suatu bangsa punya kaitan erat dengan pendidikan, pendidikan disini bukan sekedar sebagai media dalam menyampaikan kebudayaan dari generasi kegenerasi, melainkan suatu proses yang diharapkan akan dapat mengubah dan mengembangkan kehidupan berbangsa yang baik, suatu bangsa yang semakin maju dan berkembang dengan tekhnologi yang semakin canggih guru semakin akurat melaksanakan fungsinya.
Peningkatan motivasi dalam berprestasi guru merupakan salah satu langkah awal yang dapat mendorong terciptanya reformasi, dalam dunia pendidikan, khususnya di SD Negeri Kauman Lor 01. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru maka diperlukan upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi.
Fakta dilapangan yang sering kita jumpai disekolah adalah kurang motivasinya guru, terutama masalah motivasi berprestasi guru dalam mengembangkan kemampuaan dan keahlianya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul: ”Peningkatkan Motivasi Guru dalam Berprestasi Melalui Kepemimpinan Kepala Sekolah di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.”
Rumusan Masalah
- Bagaimana motivasi awal para guru di SD Negeri Kauman Lor 01 dalam berprestasi?
- Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi?
- Bagaimana cara kepala sekolah menerapkan kepemimpinan kepala sekolah yang baik agar semua guru bias termotivasi dalam berprestasi ?
Tujuan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti mentargetkan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Semarang pada umumnya dan di SD Negeri Kauman Lor 01 pada khususnya.
Tujuan Khusus
- Mengetahui kemampuan awal guru dalam motivasi berprestasi.
- Mengetahui kemampuan akhir guru dalam dalam motivasi berprestasi.
- Mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi guru dalam dalam motivasi berprestasi melalui kepemimpinan kepala sekolah.
Manfaat Hasil Penelitian
Dari penelitian tindakan sekolah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.
Bagi Guru
- Dapat mengetahui secara jelas apa yang akan diajarkan serta dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.
- Motivasi guru dapat meningkat.
Bagi Siswa
- Memiliki kesiapan lebih baik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas sehingga menimbulkan antusiasme, kesungguhan, dan terfokus.
- Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada keraguan pada kemampuan guru, sehingga diharapkan prestasi belajar meningkat.
Bagi Peneliti
- Dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
- Dapat menambah koleksi laporan penelitian sehingga dapat digunakan untuk kenaikan jabatan yang akan datang serta untuk kepentingan yang lain.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Motivasi Guru dalam Berprestasi
Individu biasanya memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari -hari, salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi. Berbicara tentang motivasi perlu pemahaman yang mendalam tentang konsep motivasi itu sendiri, dimana motivasi berasal dari kata motif yang berartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkitan tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu Uno (2012).
Reksohadiprojo dan Handoko (2010) mengemukakan bahwa Motivasi adalah kebutuhan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan Motivasi kerja guru adalah keseluruhan proses pemberian motif atau dorongan kerja pada para guru sebagai agen pendidikan dan pengajaran, agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan rencana apa yang diharapkan. Dengan demikian, Motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat di arahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Variabel motivasi kerja yang telah di uraikan dalam pembahasan ini, hampir sama dengan variabel lain yang sangat berpengaruh pada kinerja guru di sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan motivasi Maslow yaitu kebutuhan Fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan social , kebutuhan pengharapan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Adapun jenis-jenis motivasi adalah: Motivasi Internal yaitu motivasi yang timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang. Terdiri dari Handoko (2007): Motivasi Fisiologis, merupakan motivasi ilmiah biologis,misalnya: rasa lapar,haus,seks.
Motivasi psikologis, dibagi menjadi: motivasi kasih sayang (effectionalmotivation) motivasi untuk menciptakan dan memelihara kehangatan,keharmonisan,dan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. motivasi mempertahankan diri (ego defensive motivation) yaitu motivasi untuk melindngi kepribadian, menghindari luka fisik maupun psikis,dan mempertahankan prestise serta kebanggaan diri. motivasi memperketat diri yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribsdian, berprestasi,dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan dari luar individu Yang mempengaruhi factor-faktor intern yang dikendalikan oleh pimpinan yang meliputi: Gaji,lingkungan sekolah,disiplin kerja, penghargaan dan lainnya. Motivasi Eksternal terdiri dari: motivasi eksternal positif, seperti penghargaan pelaksanaan pekerjaan yang baik, motivasi eksternal negatif, seperti pemberian hukuman untuk kesalahan atau melanggar peraturan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani Rusyan (2000) menyatakan bahwa: Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.”
Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan anggotanya mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan. Rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota mampu menimbulkan suasana organisasi yang baik.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009): “Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.”
Pendapat tersebut di atas mengandung arti bahwa kepala sekolah dituntut untuk mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang baik. Jadi, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin agar berhasil harus menjalankan sekurang-kurangya tujuh fungsi di atas selain juga memiliki kriteria lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Kepala sekolah selain mampu untuk memimpin, mengelola sekolah juga dituntut mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat memotivasi guru dalam bekerja dan dapat mencegah timbulnya disintegrasi atau perpecahan dalam organisasi.
Kerangka Berfikir
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru di SD Negeri Kauman Lor 01, tindakan yang akan dilakukan adalah:
- Terlebih dahulu menginventarisir beberapa permasalahan yang dihadapi dan diambil prioritas permasalahan yang paling penting dari hasil kepempinan kepala sekolah
- Kepala Sekolah memberikan angket kepada semua guru tentang motivasi dalam berprestasi (angket terlampir).
- Kepala Sekolah merencanakan kegiatan presentasi tentang rencana kepempinan kepala sekolah sesuai hasil angket guru.
- Kepala Sekolah mempresentasikan persepsi mengenai motivasi dalam berprestasi yang akan dijadikan sasaran pembinaan.
- Setelah diperoleh permasalahan, kepala sekolah mengajukan alternatif pemecahan yaitu dengan diadakan kepemimpinan kepala sekolah yang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Guru di SD SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tempat peneliti bertugas sebagai kepala Sekolah tahun pelajaran 2018/2019.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah dengan menerapkan budaya sekolah.
Setting Penelitian
- PTS dilakukan pada SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2018-2019.
- Jumlah guru SD Negeri Suruh 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang yang diteliti terdiri dari 13 orang Guru.
- PTS dilakukan pada guru, pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam motivasi guru dalam berprestasi.
Rancangan Penelitian
- Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus
- Kegiatan dilaksanakan dalam semester Genap tahun pelajaran 2018-2019.
- Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan 13 Februari s.d 25 Maret 2019.
- Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 2 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data:
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu:
a | Guru: | Diperoleh data tentang peningkatan motivasi guru dalam berprestasi |
b | Kepala Sekolah: | Diperoleh data tentang Kepemimpinan kepala sekolah. |
Teknik Pengumpulan Data:
Dalam pengumpulan data menggunakan Observasi dan Tes.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pemantauan dan hasil dari penelitian eksplorasi di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang masih ditemukan guru yang motivasinya belum maksimal, sebagai contoh guru hanya menjalankan tugas sesuai tupoksi saja, tidak ada peningkatan kompetensi baik itu dari akademik maupun prestasi.
Belum ada guru yang mengikuti perlombaan, jugakualifikasi guru yang masih standar serta keengganan guru berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran. Sehingga pelajaran masih terasa monoton dan hasil yang diharapkan kurang maksimal.
Sebagai dampak dari tidak/belum motivasinya semua guru dalam berprestasi. Beberapa kerugian tercipta, baik itu bagi guru itu sendiri, bagi peserta didik, maupun bagi sekolah. Bagi guru sikap yang seperti itu bila dilakukan secara terus menerus akan menurunkan kompetensi dan kinerja guru. Sedangkan bagi peserta didik kerugian yang dialami adalah terganggunya proses pembelajaran, peserta didik merasa kurang nyaman, dan peserta didik meniru sikap dari guru tersebut. Bagi sekolah kerugian yang dialami adalah nama baik sekolah yang tercemar karena beberapa sifat guru yang seperti itu. Hal itu sangat mempengaruhi terutama dalam hal penerimaan peserta didik baru.
Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 1 guru dalam motivasi sangat baik atau 7,7%, 1 guru dalam motivasi baik atau 7,7%, 11 guru dalam motivasi cukup baik atau 84,60%, dan 0 guru dalam motivasi kurang baik atau 0%. sehingga sangat perlu dilakukan kepemimpinan kepala sekolah agar motivasi guru dalam berprestasi meningkat.
Deskripsi Siklus I
Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 2 guru dalam motivasi sangat baik atau 15,38%, 3 guru dalam motivasi baik atau 23,08%, 8 guru dalam motivasi cukup baik atau 61,54%, dan 0 guru dalam motivasi kurang baik atau 0%. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru yang mempunyai motivasi dalam berprestasi Pada siklus pertama ini guru baru 38,46%, jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua.
Deskripsi Siklus II
Dari 13 guru yang dijadikan obyek penelitian, 3 guru dalam motivasi sangat baik atau 23,08%, 9 guru dalam motivasi baik atau 69,22%, 1 guru dalam motivasi cukup baik atau 7,7%, dan 0 guru dalam motivasi kurang baik atau 0%. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru yang mempunyai motivasi dalam berprestasi Pada siklus kedua ini guru sudah 92,30%, jadi peneliti berkesimpulan penelitian atau tindakan sudah tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti memilih model kepemimpinan kepala sekolah dengan harapan terjadi kontrak antara kepala sekolah dan guru, karena dalam pola kepemimpinan kepala sekolah ada kedaulatan yang seimbang antara kepala sekolah dan guru, yang memiliki tanggung jawab masing-masing sama-sama sedang. Dalam kepemimpinan kepala sekolah ini, perilaku pokok kepala sekolah mencakup: mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negosiasi. Dalam pembahasan ini peneliti sampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka Pembinaan disiplin guru dalam kehadiran mengajar.
Dengan mendengarkan semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru, yaitu tentang motivasi guru dalam berprestasi guru-guru merasa mendapatkan perhatian,dan kesulitannya didengar sehingga menjadi lebih terbuka untuk mengemukakan kesulitannya masing-masing. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru diinventarisir dan diolah, setelah itu kepala sekolah mempresentasikan tentang pentingnya motivasi guru agar tahu persis apa yang akan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan demikian guru menyadari kekeliruannya selama ini.
Setelah guru menyadari kekeliruannya selama ini,mereka ingin mencoba meningkatkan motivasi dan bersedia untuk diadakan Pembinaan secara klasikal.
Data hasil penelitian ini diketahui bahwa motivasi dalam berprestasi dilaksanakan melalui 2 siklus. Hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan melalui kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi. Dengan dilakukan revisi setiap siklus didapat prestasi yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Adapun peningkatan / perbandingan hasil kepemimpinan kepala sekolah terhadap guru dari siklus I dan siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
No | Keterangan | Siklus Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Rata-rata persen | 23,08% | 38,46% | 92,3% |
2 | Rata-rata aspek | Tidak Baik | Kurang Baik | Sangat Baik |
Dari tabel 4.4 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa: Melalui kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam berprestasi yang pada kondisi awal rata-rata skor 23,08% atau aspek tidak baik, di akhir siklus I rata-rata skor 38,46% atau aspek kurang baik sedangkan di akhir siklus II rata-rata skor menjadi 92,3% atau aspek sangat baik.
Dengan demikian dalam penelitian ini, dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti yaitu upaya yang digunakan oleh Kepala Sekolah agar guru dapat termotivasi dalam berprestasi adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan cara yang digunakan oleh kepala sekolah adalah cara kepemimpinan kepala sekolah, karena antara kepala sekolah dan guru sama-sama memiliki tanggung jawab. Kepala sekolah memberikan motivasi agar berprestasi sehingga pada pelaksanaan pembelajaran lebih percaya diri, terprogram dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia serta untuk memenuhi tuntutan kompetensi profesionalisme dan kompetensi pedagogik seorang pendidik,dengan demikian tujuan akhir adalah prestasi siswa baik.
Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya peningkatan motivasi guru-guru dalam berprestasi meliputi setelah kepemimpinan kepala sekolah oleh kepala sekolah.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis data di atas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
- Terdapat peningkatan motivasi guru dalam berprestasi sebelum ada kepemimpinan kepala sekolah dan setelah dilaksanakan kepemimpinan kepala sekolah yaitu pada dari kondisi awal 23,08% meningkat menjadi 38,46% pada siklus I, dan Meningkat lagi menjadi 92,3% pada siklus II.
- Kepemimpinan kepala sekolah (mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negoisasi) sangat baik dalam upaya peningkatan motivasi guru dalam berprestasi guru di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
- Dengan kepemimpinan kepala sekolah semua guru di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang meningkat motivasi dan kompetensinya dalam kehadiran berprestasi.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
- Kepada para guru agar selalu mengutamakan motivasi dalam brprestasi karena dengan motivasi yang baik dan matang maka pembelajaran akan maksimal.
- Kepada para kepala sekolah agar selalu melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan melaksanakan kegiatan supervisi akademik agar dapat diketahui permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru.
- Kepada para pengawas agar selalu mengadakan pembinaan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta
Badan Diklat Profesi Guru Sertifikasi Guru Rayon 11 DIY & Jateng, “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”.Tim PUDI Dikdasmen Lemlit UNY, Yogyakarta, 2012.
Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang:”Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru”, Jakarta,2007.
Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin CiptaKarya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas
Hamalik, Oemar (2011), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Angkasa.
Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta:Prisma
Megawangi, Ratna. (2007). Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Jakarta:Indonesian Heritage Foundation
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. Tersedia: http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-mutu.html
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Uno, Hamzah. B. (2010).Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara