PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR PENDETA

PASCA PERPECAHAN SEBUAH GEREJA

 

Stefanus Budi Hartono Chandra

Fandy Kusuma

Sekolah Tinggi Teologi, Sangkakala

 

ABSTRAK

Dalam kehidupan ini Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki keunikan yang spesifik. Sejak manusia jatuh dalam dosa karakter mereka mengalami degradasi dari segambar dan serupa dengan Allah menjadi rusak gambar dan rupa Allah.Menurut Muwafik Saleh mengatakan bahwa konflik merupakan expresi pertikaian antara individu lain, kelompok satu dengan kelompok lain yang diekspresikan, diingat dan dialami(Pace & Faules, 1994;249). Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku(Folger & Poole;1984). Bisa diambil intinya bahwa mental, kejiwaan dan karakter seseorang sangat mempengaruhi reaksinya saat mengalami masalah.

Kata kunci: konflik antar pendeta, pasca perpecahan gereja

 

PENDAHULUAN

Kitab kejadian menulis kisah anak dari Adam dan Hawa yang bernama Kain dan Habel yang mana kain menjadi iri kepada adiknya Habel karena persembahan adiknya diterima oleh Tuhan sedangkan persembahan Kain tidak dikenan Tuhan. Tuhan melihat kain sangat marah dan memperingatkan supaya Kain mampu menguasai dosa yang sudah mengincarnya tetapi sayang Kain tidak mampu mengatasi dan akhirnya membunuh adiknya Habel. Pertanyaannya, ”mengapa terjadi kebuntuan komunikasi antara Allah dengan Kain dan Kain dengan Habel?”.Penanganan Pasca konflik antara Kain dengan Habel tidak ada kelanjutannya supaya terjadi pemulihan hubungan antara kakak dan adik karena Habel sudah mati. Sumber konflik dari kisah Kain dan Habel adalah iri hati.

Ada kisah menarik untuk dipelajari lagi di kitab Kejadian yaitu konflik dari Esau dan Yakub saudara sekandung sekaligus kembar. Konflik dimulai dari warisan perjanjian dari Allah Yakub ke anak sulung yaitu Esau tetapi waktu Esau akan diberkati oleh Yakub, ibunya mendengar yang dikatakan oleh Ishak suaminya, berhubung ibunya lebih sayang kepada Yakub adik Esau maka muncullah skenario pemutar balikan keadaan untuk menipu Ishak dan Esau supaya warisan jatuh kepada Yakub, dalam Kejadian1:1-46. Yakub melarikan diri dari Esau dan untuk menyelesaikan konflik ini Yakub menempuh cara yang tepat dengan melibatkan Tuhan yang dikemudian hari kakak dan adik Ini bisa berdamai, dalam Kejadian 32 dan 33.

Perjanjian baru menulis hubungan antara rasul Paulus dengan Barnabas yang mengalami ketegangan disebabkan oleh perbedaan persepsi dalam pelayanan yang mengajak Markus. Barnabas menginginkan Markus tetap diajak ikut melayani tetapi Paulus tidak setuju karena Markus pernah meninggalkan mereka berdua saat melayani bersama, kisah 15:36-39. Paulus Dan Barnabas berselisih tajam dan kita tidak tahu akhir dari hubungan mereka berdua tidak tertulis dengan jelas di Alkitab.

Kehidupan sehari-hari tidak jauh berbeda dengan kondisi diwaktu yang lampau, sifat manusia tidak ada perubahan signifikan. Hubungan antar personal, hubungan dalam keluarga, hubungan dalam masyarakat, hubungan antar kelompok dan sebagainya selalu terjadi interaksi yang kadang kala bisa berselisih paham. Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa

Juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Gereja tidak luput dari interaksi dan komunikas antar jemaat, jemaat dengan gembala, pengurus dengan jemaat dan gembala dengan pengurus. Mereka berasal dari berbagai latar belakang etnis, suku, pendidikan dan budaya yang berbeda. Tidak mudah menyinkronkan berbagai perbedaan ini. Sudah menjadi hal yang tidak bisa dibantah bahwa banyak terjadi keributan didalam sebuah gereja dengan alasan yang bermacam-macam, tetapi essensinya hanya masalah ketidakpuasan yang tidak teratasi dengan bijak dan dewasa, bahkan tidak Sedikit yang berakhir dengan perpecahan. Menurut Robbins dalam “Organization Behaviour” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.

TUJUAN

Tulisan ini semoga bermanfaat buat pembelajaran dan menahan diri dari berbagai konflik dengan mengutamakan komunikasi dua arah yang saling membangun satu dengan yang lain, sehingga mampu untuk meminimalisir atau bahkan menyelesaikan konflik atau menghindari akibat dari konflik yang merusak.

PEMBAHASAN

Sebuah gereja lokal di semarang sebaiknya disebut dengan kode saja yaitu gereja A, sudah berdiri kira-kira sepuluh tahun. Seperti Biasa pada awal perintisan selalu dimulai dari orang yang memiliki jiwa pelopor, berani mengawali dengan resiko apapun.Pelopor ini juga memiliki visi dan menggandeng seorang yang diberikan wewenang sebagai gembala, sebaiknya kita memberi inisial P untuk pelopor dan G untuk gembala. Budaya di Indonesia itu sangat berbeda dengan budaya Eropa atau Amerika jika mau memulai sebuah kerja sama atau kongsi, Indonesia memiliki kebiasaan yang disebut dalam bahasa Jawa ewuh pakewuh atau sungkan sehingga untuk hal-hal tertentu misal dalam hal kerjasama atau kongsi orang sungkan menanyakan kejelasan perjanjian didepan tentang fungsi, jabatan, wewenang, tugas, tanggung jawab, dan hak sebelum dimulainya sebuah kerjasama, apalagi yang berkaitan dengan pelayanan sosial dan keagamaan sehingga jika dikemudian hari muncul persengketaan akan sulit dan rumit dalam penyelesaiannya. Sedangkan orang-orang Eropa dan Amerika pada umumnya membuat kesepakatan dalam sebuah peejanjian yang resmi sebelum memulai sebuah kerjasama. Hal Ini sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang bisa muncul dikemudian hari. Berjalannya waktu gereja ini mengalami kemajuan dengan bertambahnya jumlah umat dan orang-orang yang ikut ambil bagian dalam melayani. Beberapa orang diangkat menjadi pengurus dan ditahbiskan menjadi pendeta. Mulailah muncul percikan api masalah, contoh: P meminta G untuk tidak terlalu sering meninggalkan penggembalaan hanya untuk khotbah digereja-gereja lain, sedang G beralasan gaji yang diterima kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Menurut Kressel proses mediasi lebih menekankan pada upaya aktif dari semua pihak yang terlibat konflik untuk mau menerima pendapat mediator serta aktif mencari jalan keluar yang terbaik daripada memusatkan perhatian hanya pada situasi menang atau kalah. Memahami kepribadian seorang partner sangat diperlukan untuk mempermudah komunikasi dan meminimalisir kesalah pahaman, apalagi sudah ada test kepribadian, dihasil test tersebut bisa diketahui kepribadian seseorang itu kuat dimana apakah sanguin, kolerik, plegmatik atau melankolis. Psikologi dan komunikasi sangat berkaitan erat. psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak? Ketika dua orang atau lebih sepakat untuk bekerjasama dalam sebuah organisasi sudah semestinya mereka menyiapkan pikiran dan perasaannya untuk menerima apa adanya kepribadian dan keberadaan partnernya, seperti yang ditulis oleh

Dra. Supratiknya:B. Membangun kepercayaan untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai. Hal Ini dilakukan pada saat menentukan dimana mereka harus ambil resiko dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak tentang pikiran, perasaan dan reaksi mereka terhadap situasi yang tengah mereka hadapi, atau dengan cara saling menunjukkan penerimaan, dukungan, dan kerja sama. Masih ada beberapa perbedaan-perbedaan pandangan yang terjadi antara P dan G, belum lagi masalah tanah milik P yang diatasnya dibangun sebuah gereja yang dipakai sebagai tempat ibadah gereja lokal A, dengan dana yang kurang jelas pengaturannya.

Memperhatikan peristiwa-peristiwa tersebut diatas gereja lokal A mudah diprediksi cepat atau lambat akan terjadi gesekkan antara P dan G karena tidak ada satu perjanjian resmi yang mengatur tentang aset, keuangan, tugas, tanggung jawab dan hak dari P dan G. P dan G mulai mengalami kesulitan dalam berkomunikasi yang berakibat perselisihan demi perselisihan terjadi, mereka mencoba melibatkan orang-orang internal yang dianggap mempunyai kemampuan menjadi penengah. Beberapa kali diadakan pertemuan dan bahkan menurut salah satu penengah sepertinya bisa menyelesaikan konflik antara P dan G pada kenyataannya berakhir menyedihkan yaitu mereka bertengkar hebat sampai P kenotaris untuk membuar konsep perjanjian tentang tanah dan bangunan yang dipinjamkan secara gratis sampai tahun tertentu untuk ibadah gereja lokal A dan G menandatanganu surat perjanjian dihadapan notaris. Keduanya saat tidak mampu menyelesaikan konflik dengan komunikasi yang benar maka bisa dipastikan terjadi miss komunikasi jika tidak teratasi menjadi mispersepsi jika masih tidak terselesaikan menjadi miss interprestasi lebih parah lagi menjadi miss understanding dan yang paling fatal misbehavior yang artinya terjadi perilaku yang salah dan tindakan yang salah, seperti yang dikatakan oleh Saliim Alatas yaitu ketika orang berada dalam konflik mereka sering lebih berkonsentrasi pada apa yang mereka katakan dalam menanggapi pernyataan lawan mereka, daripada mendengarkan kata-kata lawan mereka dengan penuh perhatian. Hasilnya, sekali lagi, adalah kesalahpahaman. gereja lokal A diserahkan pada G oleh P dan P merintis gereja baru disebuah perumahan dikota semarang.Konflik Yang berakibat saling melukai perasaan dan masing-masing ingin mencari pembenaran. Pengurus-pengurus gereja lokal A juga mengalami dampak dari konflik ini membuat suasana berjemaat tidak nyaman bahkan beberapa penguruspun ikut terseret dalam pertikaian. Dari komunikasi yang buntu ini mengakibatkan perilaku yang salah mereka sudah sulit mempraktekkan firman yang sudah dipelajari dan dikhotbahkan. Akhirnya muncullah dua kubu yang saling mempertahankan diri tentang siapa yang benar. Kesulitan dalam mengatasi konflik ini mendorong pihak G mencari solusi dengan melibatkan pihak eksternal sebagai mediator yang masih ada dalam kaitan organisasi yaitu koordinator wilayah gereja-gereja lokal. G menemui dan meminta solusi dari ketua korwil yang selanjutnya diberi inisial K guna menyelesaikan konflik yang terjadi dan pasca konflik. K Mengajak sekretarisnya dalam sebuah pertemuan dengan G dan pengurus gereja lokal A. Menyimak dan memperhatikan semua yang diungkapkan dalam pertemuan tersebut, G dan pengurus gereja lokal A menginginkan supaya tempat ibadah tersebut bisa dibeli dengan harga yang sewajarnya dan tidak terlalu mahal, tetapi P belum bisa melepaskan tanah dan bangunan tetersebut. K mencoba memberikan beberapa solusi yang disesuaikan atau sejalan dengan Firman, ditambah pendekatan komunikasi kekeluargaan dikombinasi dengan hukum yang berlaku di indonesia. Setelah ditelusuri dan dipelajari terlihat adanya saling curiga, tidak percaya apalagi berkaitan dengan aset dan keuangan. G bersama pengurusnya mengadakan pertemuan dengan k untuk mencari jalan keluar dari permasalahan konflik tersebut, setelah masing-masing mengutarakan isi hatinya maka K memberikan beberapa opsi, pertama bagaimana jika tanah dan bangunan itu dikembalikan saja ke P dan gereja lokal A pindah mencari tempat lain, kedua bagaimana jika belum ada kesepakatan diselesaikan melalui jalur hukum, ketiga jika nanti akan dikonfirmasi antara G dan P yang ikut serta dalam pertemuan tersebut hanya pendeta, pengurus yang bukan pendeta tidak diijinkan ikut serta. Mereka menolak opsi pertama karena merasa ikut ambil bagian dalam pembangunan, sedang opsi keduapun mereka tidak setuju karena sebagai pemimpin kristen mengapa menyelesaikan masalah sampai kejalur hukum, hanya opsi yang ketiga mereka setuju untuk dipertemukan dengan P. akhirnya K diberi salinan fotocopy perjanjian antara p dan g yang sudah ditandatangani dihadapan notaris.

K mempelajari perjanjian tersebut, ada point penting yang ditulis dalam perjanjian ini pertama bahwa tanah dan bangunan tersebut adalah milik dan atas nama P dengan bukti yang valid, kedua P meminjamkan selama sekian tahun kepada gereja lokal A tanpa membayar artinya gratis, berikut G dan P menandatangani perjanjian tersebut tanpa paksaan dan diperjanjian itu tidak disebutkan P untuk membayar uang kompensasi untuk gereja lokal A atas kontribusi jemaat yang ikut menyumbang ketika membangun bangunan diatas tanah tersebut.

Pendekatan komunikasi K melalui hukum yang sudah tertulis diakta notaris, pada waktu yang sudah ditentukan maka bertemulah P, G, K dan sekretarisnya. K mempersilahkan P dan G untuk mengutarakan isi hati dan pikiran masing-masing memang P agak sedikit emosionil kemungkinan ada rasa takut kalau pihak G nantinya tidak mau pindah dari tanah dan bangunan itu. K Mencoba menjelaskan baik kepada P dan G berdasarkan akta perjanjian akhirnya mereka berdua bisa menerima posisi dan bagian masing-masing yang memang sudah tertulis di akta tersebut. Pihak P kepada G meminta surat pernyataan lagi sebenarnya ini sudah tidak perlu tetapi supaya konflik tidak berkepanjangan G bersedia membuat surat pernyataan yang isinya hampir mirip diakta notaris kemudian diserahkan kepada P, setelah diterima surat tersebut tidak di simpan oleh p tetapi dirobek-robek. Sebenarnya memang sudah dijelaskan K bahwa surat pernyataan itu tidak perlu karena sudah terwakilkan diakta notaris. P Hanya ingin menguji kesungguhan G saja apakah sungguh-sungguh berpegang pada perjanjian akta notaris. Mediasi yang diutamakan adalah mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak bukan mencari siapa yang paling benar atau siapa yang akan menang atau siapa yang kalah. Berdoa untuk meminta hikmat dan campur tangan dari Tuhan, suatu hal yang sangat penting.Alkitab Memberi contoh 1 raja-raja 3:16-28 (tb) pada waktu itu masuklah dua orang perempuan sundal menghadap raja, lalu mereka berdiri di depannya. Kata perempuan yang satu: “ya tuanku! Aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah, dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada di rumah itu. Kemudian pada hari ketiga sesudah aku, perempuan ini pun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah. Pada waktu malam anak perempuan ini mati, karena ia menidurinya. pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku; sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedang anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku. ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan.” Kata perempuan yang lain itu: “bukan! Anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati.” Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Begitulah mereka bertengkar di depan raja. Lalu berkatalah raja: “yang seorang berkata: anakkulah yang hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Sesudah itu raja berkata: “ambilkan aku pedang, ” lalu dibawalah pedang ke depan raja. Kata raja: “penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.” maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!” Tetapi raja menjawab, katanya: “berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya. Ketika seluruh orang israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan. Kisah tersebut diatas sangat menolong untuk menyelesaikan suatu konflik, karunia hikmat yang tuhan anugerahkan pada raja salomo sangat bermanfaat untuk mengambil keputusan dalam situasi konflik yang sulit.

Syukurlah bahwa tahap awal dalam pertemuan ini sudah bisa diselesaikan walau mungkin masih ada rasa ketidakpuasan, dan tugas selanjutnya menyelesaikan proses rekonsiliasai antar pribadi dan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan hubungan antara P dan G. Berjalannya waktu K membangun hubungan baik dengan P maupun dengan G secara personal walaupun mungkin ada sedikit disalah mengerti, maksudnya agak kurang netral, tetapi komunikasi kekeluargaan terus dilakukan dengan mencoba memberi pengertian tentang sifat dasar P dan G walau seringkali dengan bercanda.

Pasca konflik ini secara terus menerus diberitahukan kepada mereka berdua tentang bagaimana cara kerjasama dan apa tugas, tanggung jawab dan hak serta wewenang bagi masing-masing orang yang terlibat dalam kerjasama tersebut, supaya tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan tugas. G menjalankan fungsinya digereja lokal A dan P merintis gereja baru dengan tiga orang pengurus dari gereja lokal A. P menjadi gembala diperintisan gereja baru dibantu dengan ketiga pengurus kelihatannya P masih agak sulit memahami tugas dan fungsi gereja secara organisasi pasca konflik.Sudah Dijelaskan supaya dari awal diterangkan kepada pengurusnya tentang siapa bertanggung jawab kepada siapa, siapa melayani siapa.Gereja Baru ini juga bertumbuh dan maju tetapi tidak berselang lama konflik-konflik terjadi lagi di gereja baru ini seperti ketidakpuasan, iri hati, Pemaksaan kehendak, jadi pasca konflik ada konflik lagi diinternal gereja baru yang dipimpin P ini. Konflik di gereja baru ini bahkan sampai berakibat P mengalami pendarahan dikepala yang menyebabkan tidak sadarkan diri kemudian dibawa ke rumah sakit daerah lalu dipindahkan menuju dirumah sakit semarang kemudian dibawa ke rumah sakit Singapura. masih beruntung bisa selamat dan sembuh kemudian pulang ke Semarang, menjalani perawatan dan pemulihan karena sempat hilang memorinya.Entah Bagaimana P ini dalam kondisi perawatan bertemu dengan pengurus gereja baru dan terjadi lagi pertengkaran hebat.Tugas K bertambah lagi karena akhirnya pengurusnya mengundurkan diri, jelas ini akan melukai perasaan masing-masing. Memang sebaiknya komunikasi yang benar dan tepat perlu sekali diterapkan dalam hidup sehari-hari, hidup berorganisasi, hidup berkeluarga, hidup bermasyarakat tetapi komunikasi perlu dilatih karena tanpa latihan yang terus menerus manusia akan terus berkonflik. Nasihat di Amsal 15:23, seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikan dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya, Amsal 15:1, jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Tugas K untuk G boleh dibilang sudah selesai karena G sudah menjalankan gereja lokal A dengan baik, tetapi ini muncul konflik baru di gereja perintisan P. Konflik Yang terjadi di gereja baru perintisan P ini juga antar pendeta(pengurus yang berkonflik juga sudah pendeta), jadi tugas K menjadi berlanjut untuk. mendamaikan mereka dan memberi pengertian bagaimana berkomunikasi dalam menyampaikan pendapat. Perlahan-lahan K membangun hubungan dengan pendeta yang berkonflik dengan P sebut saja dengan inisial M, mencoba mendengarkan keluh kesahnya, belajar memahami dan mengerti alur pikiran dan perasaannya.Memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang berorganisasi, tentang aturan organisasi gereja, tugas, hak dan tanggung jawab, wewenang masing-masing pengurus, memang tidak mudah tetapi pasti ada hasilnya.M kembali bergereja tetapi bukan di gereja perintisan P tetapi gereja lokal lain menjadi jemaat saja untuk pemulihan.

Pendekatan kekeluargaan yang dilakukan oleh K dengan berfellowship makan bersama dengan santai(nonformal) dengan kedua belah pihak yang berkonflik membuahkan hasil, ketegangan antara P dan M menurun dan mulai bisa kembali berkomunikasi. Komunikasi yang dijalankan K menonjolkan pemahaman untuk mencoba menerima partner kerjasamanya dengan apa adanya tanpa menuntut sesuatu dari partnernya secara berlebihan. P sendiri melanjutkan perintisan gereja barunya dengan satu pengurus lain yang juga pendeta sampai saat makalah ini ditulis.Realitas yang terjadi menunjukkan bahwa manusia itu memiliki sifat dasar untuk menonjol, ingin menunjukkan siapa dirinya, mempunyai sifat mengingini jika ini tidak terkontrol akan memunculkan cara komunikasi dan interaksi yang salah. Belajar dan mau belajar memahami keberadaan diri sendiri dan orang lain adalah kunci dalam berkomunikasi. P jika diamati sebenarnya memiliki semangat untuk memajukan gereja dan jika merintis selalu taktis dan ingin cepat maju gereja yang dirintisnya, sayangnya kurang bisa memahami kemampuan partnernya dan P sangat kurang dalam pemahaman psikologis serta komunikasi dengan bawahanya. Model komunikasi transaksional mengaitkan komunikasi dengan konteks sosial, konteks hubungan, dan konteks budaya (6 model-model komunikasi menurut ahli). Jadi sebaiknya setiap orang yang ingin membangun kerjasama memahami model komunikasi transaksional ini supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Salah satu sifat kepemimpinan kristen adalah seperti yang diajarkan Yesus di bukit, Mat 5:9, Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah, membawa damai kelihatannya sepele tetapi benar-benar sulit dipraktekkan karena kecenderungan hati manusia itu sulit menerima kritik dan condong untuk berkonflik.Paulus dan Barnabas pun bisa berselisih tajam yang membuat mereka berpisah dalam pelayanan. Pendeta dan pemimpin kristen jangan berputus asa ketika mengalami konflik karena memiliki Tuhan sebagai Bapa yang begitu sabar menuntun dan membimbing hamba-hambaNya, untuk memahami keberadaan dirinya sendiri dan orang lain.

KESIMPULAN/PENUTUP

Mengingat hasil dari konflik yang tidak bisa diselesaikan dengan baik dan benar adalah dendam, kepahitan, saling menyalahkan, permusuhan, perpecahan, kehancuran, kebangkrutan, luka batin, tidak ada produktivitas dan lain sebagainya, sebaiknya para pendeta dan pemimpin kristen mencegah daripada mengobati, biaya mencegah lebih kecil dibanding biaya untuk mengobati atau memulihkan.Pemulihan ternyata tidak secepat yang diperkirakan tetapi seringkali membutuhkan waktu yang lama bisa bertahun-tahun. Belajarlah memahami sifat dari diri sendiri untuk meminimalisir konflik dan untuk mempermudah penyelesaian konflik.Perlu diperhatikan juga pentingnya memahami sifat orang yang akan diajak bekerjasama sebagai partner supaya mempermudah komunikasi dalam membangun relasi.

DAFTAR PUSAKA

Buku Komunikasi dalam konflik organisasi oleh Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si – bab 9 halaman 141

KONFLIK DALAM KOMUNIKASI

Memahami Hubungan Komunikasi dan Konflik

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

http://yunitekpend.blogspot.com/p/apa-itu-psikologi-komunikasi.html?m=1

Buku Komunikasi antar pribadi, tinjauan psikologis, oleh Dr A.Supratiknya – halaman 26 bagian    B

Kressel, 2006, halaman 727 – mediation Revised, Deutch. Peter T. Colomon dan Erick C. Marcus (editor). Handbook of Conflict Resolution, Theory and Practice (second edition) ; 726-756, Sanfransisco: Jossey-BOSS

https://pakarkomunikasi.com/model-model-komunikasi