PERAN KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PROSES PEMBELAJARAN

DI SDN.173319 PEARUNG SILALI

TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019

 

Rosmeika Simanungkalit

SDN. 173319 Pearung Silali

 

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian Tindakan kelas ini adalah Bagaimanakah peran Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru agar menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di SDN. 173319 Pearung Silali Tahun Pembelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru agar dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di SDN. 173319 Pearung Silali Tahun Ajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru-guru di SDN. 173319 Pearung Silali Kabupaten Tapanuli Utara, sejumlah 12 orang guru, terdiri atas 5 orang Bapak guru, dan 7 orang Ibu guru. Pada Siklus I di peroleh data bahwa guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 6 guru yakni 50%, guru yang hanya kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 4 orang yakni 37,5% dan guru yang sama sekali belum menggunakan menerapkan pendekatan scientific adalah 8 orang atai 68,7%. Pada siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan/menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87.50%, guru kadang sudah menggunakan Menerapkan pendekatan scientifik dalam pembelajaran menjadi 9 orang atau 75.% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 11 orang yakni 93%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa peranan Kepala Sekolah dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendekatan Scientific

 

PENDAHULUAN

Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, diperlukan profil kualifikasi kemampuan dari pendidik dan tenaga kependidikan dalam menyelenggarakan pendidikan bermutu yang disertai dengan sikap keteladanan yang konsisten terhadap siswanya. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Untuk meningkatkan peranan guru dalam mengasai penggunaan perangkat komputer, maka guru diharapkan mampu melaksanakan segala rangkaian procedural sistim yang ada, kemampuan menerapkan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran hal ini akan memudahkan guru dalam melaksanakan penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas seiring dengan perkembangan sistem pembelajaran yang pesat sekarang ini, substansi dan konten pmateri pembelajaran yang semakin banyak, seorang guru harus menguasai berbagai pendekatan dalam pembelajaran diantaranya pendekatan scientific sehingga memudahkan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Strategi dan pendekatan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa maka kemapanan guru memilih dan menetapkan pendekatan mengajarnya juga sangat diperlukan karena pendekatan itu merupakan pelicin jalannya pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka pendekatan dan tujaun jangan bertolak belakang. Artinya, pendekatan harus menunjang pencapaian tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan. Sebaiknya menggunakan pendekatan yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. menggunakan pendekatan pembelajaran yang berkesan dan menyenangkan.

Menguasai teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek penting bagi seorang guru terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting dalam mencapai keberhasilan belajar. Setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah kejuruan, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya. Keterampilan dan kompetensi lulusan dapai dicapai siswa jika dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pemanfaatan computer dalam kelas salah satunya sebagai media untuk menayangkan video plash atau berbagai gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, karena dengan menggunakan layanan ini pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa akan lebih baik. Berdasarkan analisis dan pengamatan di lapangan bahwa masih banyak guru yang belum dapat menerapkan pendekatan scientific di dalam pembelajaran sehingga pola pengajaran masih cendrung konvensional dan monoton.

KAJIAN PUSTAKA

Supervisi merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan akademik. Dengan demikian, berarti, esensial supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat.

Di dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru naupun kepala sekolah adalah kompetensi supervisi dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya.

Dimensi-Dimensi Subtansi Supervisi Akademik

Kompetensi kepribadian.

  • Memiliki tanggung jawab sebagai Kepala Sekolah satuan pendidikan
  • Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengankehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.
  • Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya.
  • Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan.

Kompetensi Supervisi Manajerial.

  • Menguasai pendekatan scientific , teknik dan prinsipprinsip supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
  • Menyusun program keKepala Sekolah an berdasarkan visi,misi, tujuan dan program pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
  • Menyusun pendekatan kerja dan instrument yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah an di sekolah menengah kejuruan.
  • Menyusun laporan hasil-hasil Kepala Sekolah an dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program Kepala Sekolah an berikutnya di sekolah menengah kejuruan.
  • Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah kejuruan

Kompetensi Supervisi Akademik

  • Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah kejuruan.
  • Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah kejuruan.
  • Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah kejuruan berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan
  • Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/pendekatan scientifik /teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa Melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah kejuruan.

Pendekatan Scientific

Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014).

Pendekatan saintifik telah dipergunakan dalam pendidikan di Amerika akhir abad ke-19 di mana pada saat itu pembelajaran sains menekankan pada metode laboratorium formalistik yang kemudian diarahkan pada fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik sebenarnya sudah digunakan dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah learning by doing yang dikenal dengan cara belajar siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang secara formal diadopsi dalam Kurikulum 1975.

Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008: 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat penguasaan guru dalam Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalam kelas . Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menerapkan sebuah model pembinaan kepada guru berupa penerapan Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah satuan pendidikan, kegiatan tersebut diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc.Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) yang kemudian diadaptasikandalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulaidari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yangmerupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yangdiungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis has created a well knownrepresentation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model inikarena dianggap paling praktis dan aktual. Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu:1. Perencanaan2. Pelaksanaan3. Pengamatan4. RefleksiLangkah-langkah penelitian tindakan sekolah dapat digambarkan seperti gambardibawah ini:

  • Perencanaan Refleksi Siklus I
  • Pelaksanaan Pengamatan dan Evaluasi Perencanaan Refleksi
  • Siklus II Pelaksanaan Pengamatan dan Evaluasi

Menurut Mukhlis (2000: 5) PTS adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTS adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga pada akhirnya kualitas pembelajaran di kelas semakin baik dan meningkat,maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebu, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendekatan pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data kualitatif melalui observasi, pengamatan serta wawancara kepada guru dan siswa mengenai cara dan pendekatan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan kepada siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat kehadiran guru dikelas dalam proses kegiatan belajar mengajar. Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kertas (lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam dinding yang ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru. 2.Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain: (a) membuat lembar obsevasi tngkat pemahaman guru tentang Pendekatan scientific. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang sudah memahami, belum memahami untuk mengetahui tingakat pengetahuan guru tentang hal yang akan di teliti.Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran. (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis. (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap minggu kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus).3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru yang dipilih . hasil kajian dari kondisi guru SDN. 173319 Pearung Silali oleh peneliti meliputi: (a) kemampuan mengoperasikan komputer (b) Tingkat keterlambatan pemahaman terhadap pendekatan scientific (c) Pemahaman dan tingkat keseriusan antosias guru pembelajaran Infocus sekolah untuk dipergunakan guru.

Untuk dapat menganalisi dan melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur maka peneliti sudah menyediakan lembaran kuesioner untuk mengukur tingkat pemahaman guru terhadap media dan komputer sebagai alat pembelajaran anak, sehingga terjadi suasana yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Dengan menggunakan perangkat infocus dan computer penggunaan pendekatan scientific untuk menyampaikan materi pelajaran akan lebih mudah dan dapat dilakukan secara mudah, karena gambar dan teks dapat ditayangkan secara bersamaan

Dari hasil pengamatan dan hasil angket yang di dapat dari siswa maka di berikan rincian sebagai berikut:

Tabel Kondisi Siklus I

No Kondisi Awal Pemahaman Guru Jumlah Guru Prosentase (%)
1 Jumlah guru /pegawai keseluruhan 16 100%
2 Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran 8 50,0%
3 Kadang menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 6 37.5%
4 Tidak Pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 11 68.7%

 

Dari hasil siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 50% Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 37,5 % dan Tidak Pernah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 68,7%.

Pada siklus I. dari data iatas dapat kita simpulkan bahwa penggunaan media computer terlebih mengajar dengan menggunakan infocus dan tanyangan slide dengan sistim operasi menerapkan pendekatan scientific pada pembelajaran di kelas masih sangat kurang, sehingga pembelajaran masih di dominasi oleh pendekatan konvensional dimana duru sebagai subjek pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek belum dapat berperan aktif yang disebut dengan student center. Keberhasilan pembelajaran akan dapat dicapai jika dalam menyelesaikan masalah pembelajaran siswa dapat memecahkan sendiri dengan menemukan jawaban secara sendiri maupun secara kelompok.

Jumlah guru /pegawai keseluruhan adalah berjumlah 12 orang, Pada Siklus I di peroleh data bahwa guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 6 guru yakni 50%, guru yang hanya kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 4 orang yakni 37,5% dan guru yang sama sekali belum menggunakan menerapkan pendekatan scientific adalah 8 orang atai 68,7%. Berdasarkan data diatas peneliti melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dimana hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan terhadap kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu pelatihan dan bimbingan khusus dari Kepala Sekolah terhadap para guru tentang cara menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalan pembelajaran pertemuan akan dilaksankan dengan jumlah jam tatap muka yang disesuaikan dengadapat melakukan persentase di hadapan rekan-rekan guru lainnya.

Siklus 2

Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi. 1. Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan membimbing guru menerapkan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama.

  1. Melakukan sosialisasi dan menjadwalan pertemuan guru dengan Kepala Sekolah untuk melaksanakan pelatihan dan pembimbingan untuk dapat mengoperasikan Menerapkan pendekatan scientific terhadap guru
  2. Setiap guru harus melaksanakan persentase di depan rekan-rekannya
  3. Peneliti merencanakan untuk melaksanakan pengamatan terhadap guru saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama.
  4. Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain
  5. Membuat lembar observasi puntuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap Menerapkan pendekatan scientific setelah dilakukan bimbingan oleh Kepala Sekolah
  6. Melakukan onservasi dan pengamatan saat guru melaksanakan pembelajaran didalam kelas

Setelah minggu berikutnya, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan dari penulis bagaimana pelaksanaan pembelajaran berjalan. Pada fase siklus kedua. Pengamatan dan evaluasi pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan berikutnya (satu siklus), untuk semua guru dan pegawai yang berjumlah 16 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu wakil kepala sekolah melakukan pemantauan langsung kedalam kelas. Pengamatan oleh peneliti meliputi: a. Penggunaan menerapkan pendekatan scientific dalam mengajar b. Suasana dan kondisi yang yang terjadi di dalam kelas c. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan. Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi untuk mengamati keberhasilan pembelajaran. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat pelaksanaan menerapkan pendekatan scientific oleh guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel sbb:

 

 

 

Siklus II Penerapan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran

No Kondisi Awal Pemahaman Guru Jumlah Guru Prosentase (%)
1 Jumlah guru /pegawai keseluruhan 12 100
2 Menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran 10 87.5%
3 Kadang menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 9 75%
4 Berupaya menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 11 93.7%

 

Berdasarkan hasil perolehan diatas, setelah dilaksanakan siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penerapan pendekatan scientific di dalam pembelajaran oleh guru maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi selisih peningkatan 37,5 % guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran, terdapat 37,5 % peningkatan guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran dan 25,05 % menurun untuk guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran

Dari hasil rekapitulasi Pada siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87.50%, guru kadang sudah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 9 orang atau 75.% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 11 orang yakni 93%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa peranan Kepala Sekolah dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas.

PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis menanggap cukup untuk peningkatan pemahaman guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific. Dengan adanya peranan dan bimbingan dari Kepala Sekolah terjadi peningkatan yang signifikan penggunaan pendekatan scientific dalam pembelajaran siswa di dalam kelas meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SDN. 173319 Pearung Silali Tahun Pembelajaran 2018/2019.

Pada Siklus I di peroleh data bahwa guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 6 guru yakni 50%, guru yang hanya kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran 4 orang yakni 37,5% dan guru yang sama sekali belum menggunakan menerapkan pendekatan scientific adalah 8 orang atai 68,7%.

Pada siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan/menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 10 orang yakni 87.50%, guru kadang sudah menggunakan Menerapkan pendekatan scientifik dalam pembelajaran menjadi 9 orang atau 75.% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 11 orang yakni 93%.

Perbandingan peningkatan hasil dari siklus I dengan Siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yakni bahwa guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah dari 6 guru yakni 50% menjadi 10 atau 87,5% terjadi peningkatan sebesara 37,3%, guru yang hanya kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran dari 4 orang yakni 37,5% menjadi 8 atau 75% terjadi peningkatan sebesara 37,5% , dan guru yang berupaya menggunakan menerapkan pendekatan scientific adalah 8 orang atau 68,7% menjadi 11 orang atau 93,75% maka terjadi peningkatan 25,05% maka terjadi peningkatan hasil penerapan pendekatan scientifik pada setia item.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan Kepala Sekolah dalam memberikan bimbingan sangat signifikan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran guru dalam kelas di SDN. 173319 Pearung Silali Tahun Pembelajaran 2018/2019.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut. Strategi dan pendekatan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa maka kemapanan guru memilih dan menetapkan pendekatan mengajarnya juga sangat diperlukan karena pendekatan itu merupakan pelicin jalannya pengajaran menuju tujuan penerapan tehnologi informatika komputer dalam pembelajaran di dalam kelas akan menciptakan suasa belajar yang berkesan dan menyenangkan.

Siklus I rekapitulasi tingkat pemahaman dan penerapan guru untuk Menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran adalah 63% yang Kadang menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran, 75 % dan Tidak Pernah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran adalah 34%. Setelah dilaksanakan refleksi maka dilaksanakan tindakan berikutnya. Siklus II maka terdapat peningkatan dari siklus sebelumnya terjadi peningkatan guru menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam Pembelajaran menjadi 8 orang yakni 87,50%, guru kadang sudah menggunakan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menjadi 6 orang atau 78.13% dan jumlah guru yang tidak pernah menggunakan Menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran menurun menjadi 2 orang yakni 6,25%.

SARAN

Telah terbukti bahwa dengan bimbingan dari Kepala Sekolah dapat meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

  1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalam kelas
  2. Hendaknya guru tetap belajar menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran supaya lebih menyenangkan dapat terwujud. Dalam setiap proses pembelajaran siswa dijadikan subjek pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran interaktif
  3. Bagi peserta didik, Hendaknya meningkatkan kesadaran untuk selalu berpartispasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar, Berusaha untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh kesungguhan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal
  4. Bagi sekolah, hendaknya selalu mendorong para guru yang berusaha mengguanakan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Bagi Bapak/ Ibu guru yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam pendekatan ini serta mengkombinasikannya dengan penerapan penggunaan model pembelajaran sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1985. Cara Belajaryang Efisien. Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi.

Gunawan, Ary H, 1986, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.

Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hort. 2005. Model Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

Miarso, Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan. Makalah Seminar IKIP Jakarta.

Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya

Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Purba. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Medan: Iniversitas Nergri Medan

Sumaadmadja, Nursid. 1980. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan (IPS): Alumni Bandung