POTENSI BATIK BAKARAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN PATI
POTENSI BATIK BAKARAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN PATI
Nurina Enggar Purwaningtyas, Tri Widiarto, Wahyu Purwiyastuti
Progdi Sejarah FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Batik Bakaran adalah batik khas Kabupaten Pati. Batik Bakaran juga merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: potensi yang dimliliki Batik Bakaran dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif memalui teknik pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Batik Bakaran memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Pati. Potensi tersebut antara lain Desa Bakaran dapat menjadi tempat tujuan wisata. Batik Bakaran juga memiliki potensi ekonomi yang dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bakaran.
Kata Kunci: Batik Bakaran, Potensi, Pariwisata Pati
PENDAHULUAN
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak di 100O.50-111O.15 BT dan 6O.25-7O.00 LS. Secara keseluruhan Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150. 368 ha yang terbagi menjadi 21 kecamatan dan 405 desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora di sebelah selatan, Kabupaten Kudus dan Jepara di sebelah barat, serta Kabupaten Rembang dan Laut Jawa di sebelah timur. (Pati dalam Angka 2013: 5)
Potensi sumber daya alam Kabu-paten Pati sangat melimpah terutama di sektor pertanian. Hasil dari sektor per-tanian tersebut antara lain bawang merah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan cabai. Selain itu Kabupaten Pati juga menjadi salah satu penghasil ikan terbesar di JawaTengah. Budidaya tambak berkem-bang terutama di Kecamatan Juwana. Jenis ikan yang dibudidayakan di tambak tersebut adalah ikan bandeng dan udang. (Pati dalam angka, 2013: 179)
Selain potensi sumber daya alam yang melimpah, Kabupaten Pati juga memiliki kekayaan budaya lokal yang salah satu diantaranya adalah batik. Salah satu desa yang berada di Kabupaten Pati terdapat sentra kerajinan batik. Desa tersebut adalah Desa Bakaran, Kecamatan Juwana. Batik yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Bakaran diberi nama Batik Bakaran sesuai dengan nama desanya. Batik Bakaran termasuk batik pesisir, oleh karena Kabupaten Pati sendiri terletak di jalur pantai utara Pulau Jawa. Ciri khas dari Batik Bakaran adalah terdapat motif remek atau retak.
Batik pesisir pada hakekatnya adalah batik yang dibentuk di luar jauh dari lingkungan keraton, yaitu di sepanjang pantai (pesisir utara Jawa). Awal pertumbuhan batik pesisir sangat berbeda dengan batik keraton. Para pelaku pembatikan batik pesisir adalah rakyat jelata. Hasil corak batik rakyat pesisiran lebih spontan, lebih berani dan lebih bebas. Corak-corak batiknya beraneka ragam, dalam arti setiap sentra batik pesisir menghasilkan corak batiknya masing-masing. Warnanya pun beraneka ragam seperti merah, hijau, biru muda, kuning, dan lain-lain. Batik dalam gaya ini lazim disebut dengan istilah batik pesisiran (Rustopo, 2008: 87-889)
Dengan adanya kerajinan Batik Bakaran yang khas tersebut diharapkan dapat menarik wisatawan berkunjung di Kabupaten Pati agar meningkatkan pereko-nomian Kabupaten Pati. Selain itu juga meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bakaran. Pariwisata suatu daerah akan berkembang jika pemerintah membu-at kebijakan khusus untuk mendukung pengembangannya. Beberapa daerah berhasil karena pemerintah secara sitema-tis memberikan prioritas pada pariwisata sebagai sektor yang perlu dikembangkan. Untuk itu pemerintah perlu membuat kebi-jakan yang meliputi aspek infra struktur, peraturan dan promosi. Aspek-aspek terse-but dianggap sebagai faktor pendukung perekembangan pariwisata. (Alexander J. Wowor, 2011: 27)
Batik Bakaran sebenarnya memiliki potensi untuk pengembanngan pariwisata Kabupaten Pati. Hanya saja potensi potensi tersebut belum dikelola secara maksimal. Batik Bakaran hanya sebagai cinderamata dan produk unggulan Kabupaten Pati.
Metode yang Digunakan
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang merupa-kan usaha untuk mengkaji masalah pene-litian dengan maksud memperoleh data-data deskriptif dan semua tindakan yang dapat diamati.
Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian bentuk deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendiskripsi-kan tentang Potensi Batik Bakaran dalam Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Pati. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data dari informan dan literatur yang sesuai dengan masalah yang dikaji.
SEJARAH BATIK BAKARAN
Menurut legenda Batik Bakaran sudah ada sejak abad XIV silam. Kebera-daan batik ini berkaitan dengan berdirinya Desa Bakaran. Pendiri Desa Bakaran adalah seorang perempuan yang bernama Nyi Danowai. Ia adalah seorang abdi dalem kerajaan Majapahit yang bertugas membu-at pakaian para prajurit. Pada waktu itu Majapati dipimpin oleh Brawijaya VI dan berada dalam desakan Kerajaan Demak. Para pengikut Brawijaya beragama Hindu yang tidak bersedia masuk Islam memilih untuk melarikan meninggalkan Majapahit. Nyi Danowati dan ketiga saudara laki-lakinya termasuk orang yang ikut melarikan diri. Nyi Danowati dan ketiga saudaranya yaitu Ki Dukut, Kek Truno dan Ki Dalang Becak pergi meninggalkan Majapahit dengan menyusuri pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tetapi Ki Dalang Becak memutukan untuk berpisah dengan mereka dan menetap di daerah Tuban.
Hingga pada akhirnya Nyi Dano-wati dan dua saudaranya menemukan sebuah lahan yang dipenuhi pohon druju. Di lahan inilah Nyi Danowati dan Ki Dukut mulai babat alas. Karena Nyi Danowati seorang perempuan hasil babat alasnya sempit. Ia pun meminta sedikit bagian dari Ki Dukut dengan cara menentukan batas lahan melalui debu hasil bakaran dari jarak terjauh. Usulan tersebut diterima Ki Dukut dan lahan Nyi Danowati menjadi lebih luas. Sebagian lahan Nyi Danowati diberikan kepada Kek Truno yang tidak babat alas. Lahan Nyi danowati dinamakan Bakaran Wetan sedangkan lahan Kek Truno dinamakan Bakaran Kulon.
Di Bakaran Wetan itulah Nyi Danowati membangun sebuah pemukiman dan merubah namanya menjadi Nyai Ageng Sabirah. Ia membangun sebuah bangung-an berupa mushola tanpa mihrab yang disebut sigit agar tidak dicurigai sebagai pemeluk Hindu. Di pelataran sigit terebut ia mengajarkan keahlian membatik pada masyarakat sekitar. (Wawancara Bukhari, 22/4/2014)
POTENSI YANG DIMILIKI BATIK BAKARAN
Keahlian Membatik
Keahlian membatik masyarakat Desa Bakaran diturunkan dari leluhur dan juga pendiri Desa Bakaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendiri Desa Bakaran bernama Nyi Danowati. Agar Batik Bakaran tidak punah, maka para orang tua yang mempunyai keahlian membatik menurunkan keahlian membatik kepada anak-anaknya. Biasanya sang anak hanya melihat bagaimana saat ibu mereka menggunakan canting kemudian ditirukan. Motif yang mereka pelajari yaitu motif-motif batik klasik. Beberapa motif klasik Batik Bakaran diantaranya adalah motif gandrung, motif gandrung ini merupakan simbol kegandrungan atau kerinduan pada seorang kekasih. Motif padas gempal yang berarti gumpalan batu karang, bentuk gumpalan batu karang yang beraneka ragam menggambarkan keaneka ragaman yang ada di Indonesia. Motif liris melambangkan hujan yang turun rinrik-rintik. (Wawancara Bukhari 17/52014)
Tini istri dari Bukhari belajar membatik dari ibu mertua. Awalnya ia tidak mau karena membatik merupakan pekerjaan yang rumit, tetapi demi melestarikan budaya akhirnya akhirnya ia bersedia belajar membatik. Di bawah bimbingan sang mertua Tini belajar secara disiplin dan teliti. Tidak hanya kaum perempuan saja yang mahir dalam mencanting. Bukhari walaupun seorang laki-laki pun mahir dalam mencanting. Selain mahir dalam mencanting Bukhari menciptakan berbagai macam motif baru. Dalam mencipatakan motif Bukhari biasanya terinspirasi dari lagu ataupun dari sesuatu yang sedang berkembang dalam kehidupan masyarkat. Motif baru yang pernah diciptakan olehBukhari motif jambu alas yang terinspirasi dari sebuah lagu yang saat itu sedang populer di masyarakat. Selain itu Bukhari juga menciptakan motif gelombang cinta yang memang pada saat itu musim bunga gelombang cinta. Alhasil motif-motif baru tersebut mampu menarik minat konsumen. Motif terbaru ciptaan Bukhari adalah motif mina tani yang digunakan untuk seragam PNS. Ia terinpirasi dari slogan Kabupaten Pati yang berbunyi Pati Bumi Mina Tani. Mina yang berarti hasil laut, sedangkan tani merupakan hasil pertanian. Jadi dalam motif batik mina tani terdapat gambar hasil pertanian dan hasil laut dari Kabupaten Pati.(Wawancara Bukhari 17/5/2014)
Generasi muda Desa Bakaran su-dah mulai menyadari untuk melestarikan warisan budaya yang mereka miliki. Seperti Juwarto dan Alex, walapun mereka laki-laki tetapi mereka mewarisi keahlian membatik dari orang tua mereka. Alex pun mencip-takan motif baru yang terinspirasi dari keadaan alam di Juwana. Sekarang usaha batik menjadi mata pencaharian mereka karena mempunyai prospek yang baik untuk masa depan. Kebijakan Pemkab dengan mengangkat Batik Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati memberi manfaat yang positif. (Wawancara Alex, Juwarto 8/4/2014)
Tradisi dan Mitos
Bangunan sigit yang dibanguan Nyai Ageng Sabirah sebagai tempat persembunyian dan tempat untuk meng–ajarkan keahlian membatik saat ini menjadi punden yang merupakan tempat sakral bagi Masyarakat Desa Bakaran. Setiap hari Kamis Kliwon atau malam Jum’at Legi punden Nyai Ageng Sabirah ramai dikun-jungi oleh mereka yang ingin bertirakat ditempat tersebut. Menurut mereka malam Jum’at legi dianggap hari yang paling baik di antara empat Jum’at dalam satu bulan.
Nyai Ageng Sabirah adalah leluhur yang dituakan oleh masyarakat Desa Bakaran. Masyarakat menganggap bahwa mereka merupakan anak-cucu dari Nyai Ageng Sabirah. Untuk menghormatinya ada suatu tradisi membawa bayi yang lahir ke punden untuk dikelilingkan sambil menaburkan uang receh dan beras kuning. Maksud dari tradisi tersebut adalah untuk menunjukan kelahiran cucu dari Nyai ageng Sabirah.
Adapun mitos yang berkembang di Desa Bakaran adalah masyarakat Desa Bakaran dilarang menjual nasi. Di balik mitos tersebut terdapat suatu makna bahwa sekedar nasi janganlah dijual. Berikan saja nasi tersebut kepada yang membutuhkan. (Wawancara Sugiyanto, 14/2/2014; wawancara Bukhari 17/5/2014)
Legenda, filosofi, serta tradisi yang terdapat di Desa Bakaran merupakan suatu potensi untuk mengembangkan Batik Bakaran. Caranya dengan membuat sebuah deskripsi mengenai legenda, filosofi dan tradisi tersebut. Kemudian, kemas sebuah deskripsi tersebut dalam bentuk booklet. Dalam booklet tersebut pemilik showroom juga dapat mencantumkan gambar-gambar batik hasil produksinya. Booklet dicetak dalam jumlah yang banyak untuk dibagikan kepada pengunjung yang datang. Dengan demikian, secara tidak langsung pengunjung akan mendapat pengetahuan salah satu budaya lokal yang ada di Kabupaten Pati.
Potensi Ekonomi
Pada umumnya masyarakat di Desa Bakaran bekerja sebagai buruh, baik buruh tani maupun buruh tambak. Pendapatan sebagai buruh tersebut hanya 25 ribu rupiah sampai 30 ribu rupiah per hari. Jumlah tersebut tentu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apa lagi untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Tetapi dengan kehalian membatik yang dimiliki oleh para ibu rumah tangga, mereka dapat membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga. Misalnya Miyati 54 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh ngedos (panen padi). Contoh lainnya Parmi 52 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh srabutan. Sudah sejak lama mereka bekerja sebagai pembatik di industri rumah tangga batik “Tjokro”. Kini setiap bulan mereka pendapatkan penghasilan rata-rata 900 ribu rupiah dalam satu bulan. Mereka mengaku penghasilan dari bekerja sebagai pembatik tersebut dapat membantu meringankan perekonomian keluarga. (Kompas 13 Agustus 2009)
Pembatik yang lainnya adalah Siti 37 tahun yang belajar membatik dengan melihat tetangganya yang sedang membatik. Suami Ibu Siti adalah seorang tukang bangunan. Dengan keahlian membatik yang dimiliki Siti sekarang ia menjadi pembatik di “Tjokro”. Pekerjaan sampingan sebagai pembatik membantu perekonomian keluarga Siti. (Wawancara Siti 17/10/2013).
Bentuk dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan Batik Bakaran adalah pengadaan seragam untuk seluruh PNS di wilayah Kabupaten Pati di tahun 2014 ini. Tujuan Pemkab Pati mewajibkan PNS menggunakan Batik Bakaran sebagai seragam dinas karena, masih banyak pegawai yang memakai batik dari daerah lain. Hal itu disebabkan instruksi dari Bupati yang lama baru himbauan saja.
Tujuan kedua dari pengadaan seragam ini adalah untuk membantu meningkatkan UKM yang ada di Pati. Selain itu juga untuk memperkenalkan Batik Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati. Anggaran untuk pengadaan seragam batik tersebut sekitar 4 miliyar rupiah. Dengan anggaran tersebut diharapkan dapat memberdayakan semua pengrajin batik yang ada di Desa Bakaran. Haryanto sebagai bupati yang baru mengharapkan agar tidak ada monopoli dalam pengadaan seragam batik ini. Semuamendapatkan porsi sesuai denan kemampuan dan kesangupan masing-masing.
(http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=42726)
Pengadaan batik sebanyak 14-16 ribu potong dengan motif dan warna yang sama bertujuan agar tidak ada kesen-jangan sosial antara pejabat dan staf. Motif batik yang digunakan untuk seragam ini adalah desain dari Bukhari. Seragam batik ini berwarna coklat soga sesuai dengan ciri khas dari Batik Bakaran.
PELUANG PENGEMBANGAN PARIWI-SATA
Mendatangkan Wisatawan
Dalam kalimat sebelumnya telah dijelaskan bahwa potensi Batik Bakaran diharapkan mampu untuk membantu pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati. Menurut KBBI, Potensi merupakan daya, kekuatan, kesanggupan, kekuasaan, kemampuan yang mempunyai kemung-kinan untuk dapat dikembangkan, sesuatu yang dapat menjadi aktual. Potensi yang dimiliki Batik Bakaran juga dapat mendorong perkembangan Batik Bakaran itu sendiri.
Jika potensi yang dimiliki Batik Bakaran dapat dikelola dengan baik, maka Batik Bakaran akan mampu menarik wisatawan dari luar Pati bahkan dari luar negeri. Sampai saat ini beberapa wisatawan asing telah mengunjungi showroom batik yang ada di Desa Bakaran. Misalnya showroom milik Andreas yang dikunjungi oleh turis dari Jepang dan Filipina. Mereka mengetahui informasi ten-tang showroom Andreas melalui internet. Wisatawan dari Filipina dan Jepang tersebut lebih tertarik dengan motif-motif klasik karena nilai seni dan filosofi yang terkandung dalam batik motif klasik. Oleh karena itu diharapkan pemilik showroom lebih gencar untuk mempromosikan hasil produksinya melalui internet agar, lebih banyak lagi wisatawan yang datang ke Desa Bakaran.
Showroom lain yang dikunjungi wisatawan asing adalah milik Bukhari. Mereka datang dari Australia, Jepang dan Thailand. Selain itu showroom milik Puryanto juga dikunjungi wisatawan dari Swis. Kebanyakan dari turis tersebut memang lebih tertarik pada batik-batik motif klasik. Ornamen-ormanen yang rumit dan proses yang lama dalam pembuatan batik motif klasik membuat mereka kagum dengan keuletan para pembatik.
Dampak Bagi Masyarakat
Pariwisata adalah jenis industri baru yang mampu mempercepat partum-buhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor produktif lainnya. (Salah Wahab, 1992: 5) Jika masyarakat Desa Bakaran mampu meman-faatkan indutri pariwisata ini maka sektor usaha lain juga akan ikut terangkat. Di Desa Bakaran tidak hanya industri batik yang berkembang. Budidaya tambak bandeng dan udang juga berkembang. Sebagian besar masyarakat mengelola tambak sebagai mata pencaharian. Hasil dari budidaya bandeng tersebut diolah menjadi bandeng presto yang merupakan makanan khas Kabupaten Pati. Bandeng presto tersebut dapat di jadikan oleh-oleh selain Batik Bakaran.
Sesuai dengan Instruksi Presiden NO. 9 tahun 1969 dikatakan dalam Pasal 2 bahwa tujuan pengembangn kepariwisata-an adalah meningkatkan devisa negara pada khususnya dan pendapatan masyara-kat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan indutri-indutri sampingan lainnya. (Oka Yoeti, 2008: 80)
Datangnya wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing di Desa Bakaran tentunya akan menambah devisa negara dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Permintaan Batik Bakaran dan produk yang lainnya meningkat akan membutuhkan semakin banyak tenaga kerja, sehingga tercipta lapangan pekerjaan. Jika Desa Bakaran menjadi daerah tujuan wisata maka akan mendorong kegiatan indusri lainnya seperti Restoran khas Pati. Masyarakat bisa membuka rumah makan dengan menu masakan khas Pati atau pun membuka kios oleh-oleh khas Pati yang disediakan di Desa Bakaran.
Murphy mengatakan bahwa peren-canaan dan pembangunan pariwisata adalah untuk memperoleh dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan perda-gangan pada suatu daerah tujuan wisata bagi pengusaha. (Oka Yoeti, 2005:52) Desa Bakaran layak menjadi tempat tujuan wisata di Pati. Tidak hanya usaha batik saja yang berkembang. Di Desa Bakaran juga terdapat budidaya tambak bandeng dan udang. Dapak positif dalam perkembangan ekonomi jika Desa Bakaran menjadi tempat tujuan wisata adalah tidak hanya penghusaha batik saja yang diuntungkan. Tetapi pengusaha di bidang lain juga seperti pemilik tambak dan pemilik usaha bandeng presto. Dengan demikian perekonomian dan perdagangan dapat berkembang di Kabupaten Pati khusunya di Desa Bakaran.
Peran Serta Agen
Dalam pengembangan kepariwisa-taan maka diperlukan agen. Agen adalah orang atau lembaga yang mendorong terciptanya perubahan sosial-ekonomi secara berencana. (KBBI, 1988: 9) Adapun agen yang diperlukan untuk mendorong terciptanya perubahan di Desa Bakaran antara lain pemerintah terutama Dinas Pariwisata Kabupaten Pati memberikan pembinaan dan bimbingan kepada masya-rakat Desa Bakaran. Selain pemerintah Masyarakat Desa Bakaran sendirilah yang memegang peranan penting.
Hal dilakukan oleh Sugiyanto selaku Kepala Desa untuk mewujudkan haparan Desa Bakaran menjadi daerah tujuan wisata adalah meningkatkan sumber daya manusia. Usaha yang dilakukan oleh Sugiyanto untuk meningkatkan sumber daya manusia antaralain:
a. Menghimbau warganya untuk selalu hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
b. Menghimbau warganya untuk bersikap ramah-tamah terhadap pengunjung yang datang ke Desa Bakaran.
c. Memberantas buta huruf dan menghimbau generasi muda untuk menamatkan sekolah minimal sampai bangku SMA.
Tujuan dari usaha Sugiyanto ada-lah jika suatu saat wisatawan mengunjungi Desa Bakaran tidak kecewa dan wisatawan merasa nyaman saat berada di Desa Bakaran. Wisatawan yang datang dapat mempelajari budaya yang ada di Desa Bakaran. Peran serta pengusaha dan perajin juga memegang peranan peting dalam pengembangan kepariwisataan, yaitu dengan tetap menjaga kualitas batik yang diproduksi. Pemahaman agen sebagai mediator pelaku atau penggerak untuk pengembangan daerah tujuan wisata di Desa Bakaran adalah pemerintah, swasta, masyarakat termasuk juga peran perguru-an tinggi yang menyediakan dana hibah penelitian dan pengabdian masyarakat untuk turut terlibat.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebe–lumnya dapat diketahui bahwa Batik Bakaran mempunyai potensi sebagai berikut:
a. Keahlian Membatik
Batik Bakaran merupakan batik tulis. Keahlian membatik masyarakat Desa Bakran didapat secara tururn-temurun. Terdapat dua jenis motif Batik Bakaran yaitu motif klasik yang merupakan motif warisan leluhur yang pada motifnya terdapat makna dan filosofi. Motif kontemporer adalah motif inovasi dari masyarakat Desa Bakaran. Motif tersebut berupa bunga ataupun binatang.
b. Legenda dan Mitos
Legenda, filosofi batik, dan mitos yang ada di Desa Bakaran meru-pakan potensi untuk mengembangkan kepariwisataan. Caranya dengan mengemas tulisan tentang legenda, filosofi, dan mitos tersebut dalam bentuk booklet. Pemilik showroom menyediakan booklet tersebut untuk pengunjung yang datang.
c. Potensi Ekonomi
Sejak Pemkab Pati menghim-bau PNS untuk memakai Batik Bakaran pada hari-hari tertentu sejak 2006 silam, permintaan Batik Bakaran meningkat pesat. Pesatnya permintaan Batik Bakaran membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang mempunyai keahlian membatik, sehingga perekonomian masyarakat Desa Bakaran pun meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander Johannes Wowor. 2011. Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal. Salatiga: Program Pascasarjana UKSW.
BPS Kab. Pati. 2013. Pati Dalam Angka 2013. Pati: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta: Balai Pustaka.
Oka A, Yoeti. 2005 Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Oka A, Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Rustopo. 2006. Otobiografi Go Tik Swan Hardjonagoro. Yogyakarta: Ombak.
Salah, Wahab. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Surat Kabar
Kompas. 13 Agustus 2009. Perempuan-perempuan Penerus Nyi Danowati.
Internet
http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=42726
(Diunduh pada Kamis 16 Januari 2014, 19:09)
Wawancara
1. Wawancara Bukhari, tanggal 22 April dan 17 Mei 2014 di Desa Bakaran
2. Wawancara Andreas Agus W, 22 April 2014 di Desa Bakaran
3. Wawancara Sugiyanto, tanggal 14 Februari di Desa Bakaran
4. Wawancara Siti, tanggal 17 Oktober 2014 di Desa Bakaran
5. Wawancara Alex, tanggal 8 April 2014 di Desa Bakaran
6. Wawancara Juwarto, tanggal 8 April 2014 di Desa Bakaran