Strategi Pendekatan Psikologi Individual Dalam Konseling Kelompok
STRATEGI PENDEKATAN PSIKOLOGI INDIVIDUAL
DALAM KONSELING KELOMPOK
Demianus Ice
Puji Nitis Kusumawati
Universitas Halmahera
ABSTRAK
Seseorang dalam hidup perlu memahami diri sendiri sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam diri individu. Psikologi Individual bertumpu pada kepercayaan pokok bahwa kebahagiaan dan kesuksesan kita sebagian besar berkaitan dengan keterhubungan sosial. Hanya dalam kelompok kita bisa mengaktualisasikan potensi-potensi kita. Sebagai makhluk sosial, kita memiliki kebutuhan untuk berguna bagi orang lain dan untuk membangun hubungan yang berarti dalam sebuah komunitas. Seseorang harus berhasil menguasai setidaknya tiga tugas kehidupan yang bersifat universal. Semua orang perlu untuk mengatasi tugas-tugas kehidupan, tanpa memandang usia, jenis kelamin, waktu, budaya, atau kebangsaan. Tugas-tugas ini akan membangun persahabatan (tugas sosial), membangun keintiman, dan kontribusi terhadap masyarakat. Tugas-tugas kehidupan ini sangat mendasar bagi kehidupan manusia dimana disfungsi pada salah satu tugas-tugas tersebut sering kali merupakan indikator gangguan psikologis. Masing-masing tugas memerlukan pengembangan kapasitas psikologis untuk mengembangkan diri sebagai makluk sosial dalam beradaptasi dan bekerjasama dengan orang lain. Psikologi individual berfokus pada pemahaman seluruh manusia dalam konteks sosial yang tertanam dalam keluarga,masyarakat, sekolah, dan pekerjaan. Pikiran, perasaan, pola tingkah laku, sifat, karakter, keyakinan, sikap, dan kreativitas pribadi adalah lambang keunikan seseorang. Untuk itu memahami pendekatan psikologi individul dalam konseling kelompok akan dapat meningkatkan seseorang dalam memahami diri dan orang lain.
Kata Kunci: Pendekatan Psikologi Individul, Konseling Kelompok
Latar Belakang
Psikologi individual berpendapat bahwa dengan memahami diri sendiri seseorang dapat mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Selain itu seseorang dapat mencapai keinginan dengan mendasari bahwa diri sendiri memiliki keyakinan unttuk menyelesaikannya. Menurut Adler, semua bentuk kehidupan dicirikan oleh pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Adlerian mengubungkan masa lalu dengan masa kini hanya untuk menunjukkan kontinuitas dari gaya hidup maladaptif, tidak untuk menunjukkan hubungan kasual antara masa lalu dan masa kini (Mosak & Maniacci, 2011). Berdasarkan perspektif Adlerian, manusia tidak dibentuk semata-mata oleh faktor hereditas dan lingkungan, namun lebih pada dasar atau pokok kehidupan yang dijalaninya. Adlerian mendasarkan praktik mereka pada asumsi bahwa individu itu kreatif, aktif, dan menentukan diri sendiri. Adlerian telah mengembangkan gaya menantang klien, agar klien untuk menjadi sadar cara-cara dimana mereka merupakan manusis yang aktif, kreatif, dan dapat berkembang.
Pandangan terhadap Manusia
Pendekatan Adlerian dikenal sebagai Psikologi Individual, berdasarkan pada pandangan holistik terhadap manusia. Adler menggunakan kata individual untuk mendeskripsikan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Fokusnya pada pemahaman seluruh manusia dalam konteks sosial yang tertanam dalam keluarga, sekolah, dan pekerjaan mereka. Individu selalu lebih dari jumlah bagian-bagian mereka. Pikiran, perasaan, pola tingkah laku, sifat dan karakter, keyakinan, sikap, dan kreativitas pribadi adalah lambang keunikan seseorang.
Teori Adler pada intinya merupakan dasar teori kepribadian yang berhubungan dengan bagaimana individu mencoba menemukan tempatnya dalam lingkungan sosial. Adler memandang tingkah laku sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, tingkah laku hanya dapat dipahami dengan mengacu pada fungsinya dalam konteks sosial dimana tingkah laku itu terjadi. Kelompok mencerminkan bagaimana tingkah laku anggota dalam situasi sosial kehidupan nyata lainnya. Anggota sering mencari posisi yang sama dalam kelompok yang mereka pegang dalam konstelasi keluarga mereka.
Pendekatan Adler memberikan landasan dasar bagi kerja kelompok (Sonstegard & Bitter, 2004). Pendekatan Adler menekankan pada tingkah laku ditentukan oleh faktor sosial daripada aspek biologis dan tujuan langsung daripada asal usul masa lalu, juga tujuan tertentu daripada alam tidak sadar. Pendekatan ini menyiratkan bahwa individu terutama dimotivasi oleh kekuatan sosial dan sedang berjuang untuk mencapai tujuan tertentu. Pandangan Adler menyebutkan bahwa kita diciptakan bagi diri kita sendiri dan sebuah pandangan yang istimewa mengenai diri, kehidupan, dan orang lain dimana kita kemudian membuat tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang memotivasi tingkah laku kita dan mempengaruhi perkembangan kita. Khususnya mengenai tujuan jangka panjang kita, yang disebut Adler sebagai tujuan hidup, yang membimbing langkah kita menuju penyelesaian yang diimpikan dan kadang-kadang bahkan menuju kesempurnaan.
Penelitian yang signifikan berkaitan dengan dasar perasaan inferior kita berkenaan dengan orang lain, yang memotivasi kita untuk berjuang menuju kekuasaan yang lebih besar, superioritas, kekuatan, dan pada akhirnya menuju kesempurnaan. Perasaan inferior dapat menjadi sumber kreativitas; kesempurnaan, meskipun tidak pernah dicapai, merupakan tujuan hidup terakhir. Karena kebanyakan dari kita tidak dapat mencapai penyelesaian atau kesempurnaan, tujuan kita selalu fiksi dan gambaran pemenuhan individu yang kita adopsi “seolah-olah” nyata.
Adlerian menolak gagasan bahwa beberapa individu secara psikologis “sakit” dan membutuhkan “perawatan”. Milliren dan Clemmer (2006) menangkap pemikiran ini: “ Kita perlu berpikir dalam konsep orang-orang yang bergerak maju dengan gembira daripada terjebak dalam beberapa jenis patologi”. Adlerian memandang pekerjaan mereka terutama sebagai proses pendidikan dan membantu orang-orang belajar cara yang lebih baik untuk memenuhi tantangan tugas perkembangan, memberikan arah, membantu orang-orang mengubah gagasan yang salah, dan memberi semangat kepada mereka yang putus asa.
Tujuan Konseling
Secara umum tujuan dari konseling ini adalah untuk memfokuskan diri klien pada pertanggungjawaban dan kapasitasnya dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk menghadapi realitas yang dihadapi klien atau dengan kata lain membantu klien agar berkembang secara optimal sehingga mampu menjadi manusia yang berguna. (Sukardi, 1984). Sedangkan secara terinci tujuannya adalah (1) Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya, (2) Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil satu atau serangklaian keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan orang lain, (3) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain, dan memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, (4) Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah merupakan bagian dari suatu lingkup sosial budaya yang luas, walaupun demikian ia tetap masih memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri, (4) Menumbuhkan suatu keyakinan kepada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (Process of becoming). (Sukardi. 1984)
Perasaan Berkomunitas dan Minat Sosial
Perasaan berkomunitas dan minat sosial merupakan prinsip-prinsip dasar Psikologi individual (Watts & Eckstein, 2009). Perasaan berkomunitas mengacu pada perasaan terhubung kepada semua umat manusia baik di masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan terlibat dalam membuat dunia tempat yang lebih baik. Minat sosial adalah sikap positif individul terhadap orang lain di dunia dan melibatkan kemampuan untuk bekerjasama dan memberikan kontribusi (Milliren & Clemmer, 2006). Adlerian percaya hubungan ini, perasaan berkomunitas merupakan bawaan dan bahwa, ketika dikembangkan, menyatakan aktif, minat sosial (Sonstegard & Bitter, 2004). Sebagai pencegah pengasingan sosial dan penyerapan diri, minat sosial mengarah pada keberanian, optimisme, dan arti sebenarnya dari rasa memiliki. Adler menyamakan minat sosial dengan perasaan mengenal dan empati terhadap orang lain.
Inferioritas dan Superioritas
Manusia pada usia pertama (tahun pertama) menyadari bahwa manusia tidak berdaya atau kurang mampu dari kita yang seharusnya, yang ditandai oleh perasaan rendah diri. Perasaan rendah diri didasarkan pada penilaian kita tentang kekurangan yang subjektif, global, dan menghakimi (Carlson et al., 2006). Rasa rendah diri bukanlah kekuatan negatif. Sebaliknya, rendah diri dasar kita merupakan loncatan bagi upaya kita untuk menguasai lingkungan kita. Untuk mengimbangi perasaan rendah diri, seseorang berusaha untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dalam hidup. Perasaan rendah diri bisa menjadi sumber kreativitas, dan tujuan hidup terhadap kesempurnaan, meskipun tidak pernah tercapai, dapat menuntun kita ke dalam berbagai kemungkinan baru yang mana bagian masa lalu kita sebaliknya tidak menjadi bagian dalam hidup seseorang.
Konstelasi Keluarga
Adlerian menempatkan penekanan besar pada proses keluarga, yang memainkan peran yang signifikan dalam pengembangan kepribadian selama masa kanak-kanak. Iklim hubungan antara anggota keluarga yang dikenal sebagai suasana kekeluargaan. Konstelasi keluarga adalah bentuk sosial dari kelompok keluarga, sistem hubungan di mana kesadaran diri berkembang. Sistem ini mencakup dan dikelola oleh individu, orang tua dan saudara kandung, dan yang lainnya hidup dalam rumah tangga (Powers & Griffith, 1987).
Anak-anak memasukkan banyak karakteristik pribadi orang tua mereka, dan mereka belajar banyak tentang hidup dengan mengamati dan berinteraksi dengan mereka orang tua (Christensen, 2004; Sherman & Dinkmeyer, 1987). Dreikurs (1967) mengambil posisi, bagaimanapun, bahwa hubungan saudara lebih berpengaruh dalam pengembangan kepribadian daripada hubungan antara anak dan orang tua. Selain itu, makna bahwa orang memberikan posisi mereka sendiri dalam konstelasi keluarga dan posisi saudara mereka lebih penting daripada kronologis usia saudara kandung yang sebenarnya.
Gaya Hidup
Adlerians berpendapat bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan. Dalam berjuang untuk tujuan yang berarti bagi kita, perilaku kita dipengaruhi oleh keyakinan dasar tentang diri,orang lain, dan dunia (Ansbacher, 1974). Gaya hidup kita dibangun berdasarkan pemikiran pribadi, yang secara kuat menggenggam keyakinan pribadi yang kita kembangkan pada anak usia dini, yang mungkin atau tidak mungkin sesuai dengan kehidupan di masa depan (Carlson & Englar-Carlson, 2008). Pemikiran pribadi kita memberikan lensa melalui dimana kita melihat dunia (Milliren & Clemmer, 2006).
Meskipun gaya hidup kita terutama diciptakan selama enam tahun kehidupan awal (masa primer), peristiwa lain yang terjadi kemudian dapat memberikan efek mendalam pada perkembangan kita. Hal ini bukanlah pengalaman masa kecil dalam diri mereka sendiri yang berharga tetapi penafsiran kita terhadap peristiwa ini, yang dapat membimbing kita untuk mengembangkan gaya hidup yang salah berdasarkan pada salah pengertian dalam pemikiran pribadi kita. Meskipun kita tidak ditentukan oleh masa lalu kita, kita secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi dan interpretasi kita terhadap peristiwa masa lalu. Setelah kita menjadi sadar akan pola dan kelangsungan hidup kita, khususnya mengenai kesalahan tertentu, gagasan yang merugikan diri sendiri atau membatasi diri yang telah kita kembangkan, maka kita berada dalam posisi untuk mengubah asumsi-asumsi yang salah dan membuat perubahan dasar.
Prosedur Konseling Kelompok
Seperti pendekatan kelompok psikoanalitik, konseling kelompok Adlerian melibatkan penyelidikan dan penafsiran awal kehidupan seseorang. Menurut Sonstegard dan Bitter (2004) garis besar empat tahapan konseling kelompok, yang sesuai dengan empat tujuan dari konseling yang disusun sebelumnya adalah sebagai berikut.
Tahap 1: Membangun Dan Memelihara Hubungan Yang Kohesif
Adlerian berpendapat bahwa hasil kesuksesan pada tahapan kelompok lain didasarkan pada membangun dan memelihara hubungan terapeutik yang kuat pada tahap awal konseling (Watts & Eckstein, 2009). Peserta kelompok didorong untuk aktif dalam proses karena mereka bertanggung jawab terhadap partisipasi mereka sendiri dalam kelompok. Situasi kelompok menyediakan banyak kesempatan untuk bekerja atas dasar kepercayaan dan untuk memperkuat hubungan antara anggota dan pemimpin.
Tahap 2: Analisis dan Penilaian (Mengeksplorasi Dinamika Individu
Tujuan dari tahap kedua ada dua yaitu, memahami gaya hidup seseorang dan melihat bagaimana hal itu mempengaruhi fungsi seseorang saat ini dalam semua tugas-tugas kehidupannya (Mosak & Maniacci, 2011). Selama tahap penilaian, penekanannya adalah pada konteks sosial dan budaya individu.
Tahap 3: Kesadaran dan Wawasan
Menurut Carlson dan Englar-Carlson (2008), pendekatan Adlerian berorientasi pada wawasan dan berorientasi pada aksi. Mosak dan Maniacci (2011) mendifinisikan wawasan sebagai “ pemahaman yang menerjemahkan ke dalan tindakan yang konstruktif”. Mosak dan Maniacci berpendapat bahwa gagasan psikoanalitik dimana wawasan harus mendahului perubahan perilaku sering mengakibatkan terapi diperpanjang dan mendorong klien untuk menunda mengambil tindakan untuk berubah.
Tahap 4: Reorientasi dan Pendidikan Ulang
Produk akhir dari proses kelompok adalah reorientasi dan pendidikan ulang. Tahap reorientasi terdiri dari kedua para pemimpin kelompok dan anggota yang bekerja bersama-sama untuk menantang keyakinan yang keliru tentang diri sendiri, kehidupan, dan lainnya. Penekanannya adalah mempertimbangkan keyakinan alternatif, perilaku, dan sikap. Reorientasi adalah tahap tindakan kelompok, keputusan baru dibuat, dan tujuan dimodifikasi. Anggota kelompok kemudian akan diminta untuk “menangkap diri mereka sendiri” dalam proses mengulang pola lama yang telah menyebabkan perilaku yang tidak efektif atau merusak diri sendiri isyarat-isyarat terkait dengan perilaku bermasalah atau emosi.
Tehnik Konseling Kelompok
Konselor kelompok Adlerian menggunakan berbagai teknik penilaian. Proses teknik penilaian termasuk memeriksa beberapa bidang seperti konstelasi anggota keluarga, urutan kelahiran, hubungan yang sulit, ingatan awal, mimpi, dan karya seni, yang semuanya menghasilkan petunjuk mengenai tujuan, maksud, dan gaya hidup tiap-tiap orang. Prosedur penilaian lain adalah meminta klien untuk melaporkan ingatan awal mereka, “cerita peristiwa dimana seseorang mengatakan terjadi sebelum dia 10 tahun “(Mosak & Di Pietro, 2006). Ers adalah peristiwa khusus yang klien panggil kembali, bersama dengan perasaan dan pikiran yang disertai peristiwa-peristiwa masa kecil ini. Ingatan awal ini cukup berguna dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai klien.
Peranan Konselor dalam Konseling Kelompok
Sejumlah sifat pribadi khusus sangat penting bagi konselor kelompok Adlerian dan merupakan prasyarat untuk secara efektif memenuhi peran dan fungsinya dalam kelompok. Beberapa karakteristik ini meliputi kehadiran, kepercayaan diri, menunjukkan keberanian untuk menjadi sempurna, keinginan untuk mengambil risiko, penerimaan, perhatian, kemauan untuk model, semangat kolaboratif, rasa humor, mendengarkan untuk tujuan dan motif, dan keyakinan akan manfaat proses kelompok. Untuk hasil yang optimal, konselor perlu memiliki kejelasan atas identitas, keyakinan, dan perasaan mereka sendiri. Mereka juga harus menyadari kondisi dasar yang penting bagi pertumbuhan anggota kelompok (Sonstegard & Bitter,2004). Konselor kelompok Adlerian mempunyai peran untuk menjaga proses kelompok.
Evaluasi
Pendekatan Adlerian untuk kerja kelompok berbagi beberapa keterbatasan dasar dari pendekatan psikoanalitik. Pemimpin kelompok yang lebih terstruktur mungkin memiliki kesulitan menggabungkan beberapa prosedur yang diarahkan kepada pemahaman gaya hidup anggota dan menunjukkan kepada mereka bagaimana pengalaman sebelumnya mempengaruhi keberfungsian mereka saat ini. Anggota dalam kelompok terstruktur atau kelompok jangka pendek mungkin tidak menghargai nilai dalam mengeksplorasi dinamika masa kecil mereka berdasarkan pada penilaian komprehensif.
Batasan dasar lainnya berkaitan dengan praktisi. Kecuali pemimpin kelompok telah terlatih dengan baik, mereka dapat membuat kesalahan yang signifikan, terutama dalam menafsirkan dinamika anggota. Pemimpin kelompok yang hanya memiliki pemahaman umum mengenai konsep Adlerian dapat melangkahi batas-batas kompetensi mereka dalam upaya untuk mengajar anggota mengenai makna dari faktor-faktor seperti urutan kelahiran dan konstelasi keluarga. Oleh karena itu, penggunaan prosedur tersebut memerlukan banyak latihan.
Kelebihan
Ada empat keuntungan dalam konseling kelompok Adlerian: Pertama; biasnya mereka tidak menggunakan ancaman. Pada umunya menolong secara menyeluruh dalam bentuk partisipasi dan menikberatkan pada pendidikan. Anggota kelompok lebih menikmati pengalaman dan perasaan mereka yang konkrit untuk mengatasi masalah yang spesifik setiap hari seperti, anak-anak, suami isteri, dan situasi pekerjaan. Kedua; metode ini digunakan dengan pendekatan yang logis dan didasarkan pada “pengertian yang lazim”. Prosedur yang digunakan biasanya bersifat menyeluruh. Selanjutnya, pemimpin kelompok dapat mempelajari dan menggunakan konsep Adlerian dengan waktu yang relatif singkat. Pada faktanya, pendekatan ini menganjurkan partisipasi yang demokratis, yang digunakan antara angota kelompok dan pemimpin kelompok untuk memperkenalkan keterbukaan dan dialog. Ketiga; keistimewaan kelompok Adlerian yang atraktif adalah bersifat holistik. Adlerian menggunakan metode kognitif untuk menolong konseli untuk memahami apa yang terjadi, namun, mereka juga menunjukkan perilaku dan aspek afektif setiap orang. Keempat; konseling kelompok Adlerian lebih bersifat alami. Mereka lebih menekankan konsep yang biasa seperti lebih menekankan pada membantu konseli/individu untuk memiliki nilai dan minat sosial, tujuannya diarahkan pada perilaku, individu yang tidak dapat dibagi, dan pentingnya konstelasi keluarga. Bagaimanapun juga ini dapat diartikan dengan kualitas yang menekankan sama sekali yang berbeda dengan konseling individu.
Keterbatasan
Keterbatasan konseling kelompok Adlerian terletak pada gaya kepemimpinan. Adlerian adalah kesatuan dari respek pada persamaan filosofi dan teori perkembangan individu. Namun, Adlerian mengikuti gaya yang saling menghormati. Mereka tidak memiliki garis pedoman untuk mendapatkan pengalamannya. Oleh karena itu, pemimpin kelompok seharusnya tidak bersikap individualis dan seharusnya lebih menekankan pada sikap profesional. Keterbatasan lain terdapat pada beberapa bidang. Asumsinya bahwa semua masalah individu berdasarkan pada masalah sosial. Walaupun banyak kesulitan yang dapat dilihat, ada beberapa masalah yang berbeda penyebabnya yang dapat menggunkan pendekatan Adlerian.
Penutup
Proses konseling kelompok berdasarkan pendekatan psikoanalisa berfokus pada menciptakan, menganalisis, mendiskusikan, dan menafsirkan pengalaman masa lalu dan bekerja melalui pertahanan dan resistensi yang beroperasi di tingkat bawah sadar. Adapun teknik-teknik dasar dari konseling kelompok berdasarkan pendekatan psikoanalisis antara lain asosiasi bebas, analisis mimpi, dan interpretasi. Sedangkan Terapi kelompok Adlerian merupakan penggabungan konsep dasar psikologi Adlerian dengan gagasan sosial, sistem, dan pendekatan singkat yang berdasarkan pada model holistik yang dikembangkan oleh Dreikurs. Ada empat tahap dalam konseling kelompok psikologi individual, yaitu membangun dan memelihara hubungan yang kohesif dengan anggota, menganalisis dan menilai (mengeksplorasi dinamika individu), kesadaran dan wawasan, dan reorientasi dan pendidikan ulang. Dalam hal ini, konselor kelompok Adlerian menggunakan berbagai teknik penilaian dalam proses konseling kelompok. Dengan dikemukakannya konsep utama, proses konseling, fungsi dan peran konselor, Penerapan teknik dan prosedur dan evaluasi yang ada pada pendekatan psikoanalisis dan pendekatan psikologi individual dalam konseling kelompok diharapkan konselor bisa memahami kliennya dan bisa memberikan layanan konseling kelompok secara tepat, professional dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice of Group Counseling 8th Edition. Canada: Brooks/Cole.
Erford B.T., 2004. Profesional School Counseling: A Handbook of Theories, Programs & Practices. Caps Press. (Chapter 64)
Gladding S. T, 1995. Group Work A Counseling Speciality. Colombus, Ohio: Macmillan Publishing Company.
Hansen,J.C.,Warner,R.W,& Smith,E.J. (1980). Group Counseling: Theory and Process. Chocago: Rand McNally College Publishing Company.
Palmer, Stephen. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Alih Bahasa Haris H Setiadjid. Yogyakarta: Pustala Pelajar.
Woody, R.H, Hansen,J.C, & Rossberg, R.H. (1989). Counseling Psychology: Strategis and Services. California: Brooks/Cole Publishing Company.