Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEKOLAH DI SD NEGERI NGADIKERSO 01 KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Ujianto
SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Upaya meningkatkan motivasi kerja dilakukan dengan supervisi akademik oleh kepala sekolah SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang terhadap para guru. Pengawas melakukan observasi langsung terhadap motivasi kerja para guru SD dalam melaksanakan tugas di kelas/sekolah. Subyek penelitian ini adalah guru SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang berjumlah 9 orang. Supervisi akademik untuk meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas di kelas/sekolah meliputi: (a) keterlibatan terhadap kerja, (b) keinginan mobilitas ke atas, (c) pandangan ke dalam karier sebagai guru berprestasi, (d) ketahanan karier dalam tugas yang makin berat, jumlah tugas yang lebih banyak, dan tingkat kesulitan lebih tinggi, (e) kemampuan mengambil risiko, (f) kemauan untuk bersaing dalam prestasi.Hasil penelitian tindakan sekolah membuktikan bahwa Supervisi akademik dapat meningkatan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas di kelas/sekolah di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hal ini terbukti bahwa: (1) hasil kondisi awal 71,1 dengan pencapaian indikator keberhasilan (PIK) 44,%; pada siklus I rata-rata 77,8 dengan pencapaian indikator keberhasilan (PIK) 77,8% < 75%. Maka Supervisi akademik perlu dilaksanakan secara individual pada tindakan siklus II, (2) hasil siklus I rata-rata skor 77,8 adapun hasil pada siklus II rata-rata 81,3. Hasil siklus II telah menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah mencapai rata-rata 81,3 dan yang mencapai kriteria baik 100% > 80%. Maka tindakan Supervisi akademik dinyatakan telah berhasil.
Kata kunci: motivasi kerja, supervisi akademik
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas pada umumnya lahir melalui proses pendidikan yang baik dan institusi pendidikan yang bermutu. Namun kondisi sumber daya manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan belum sepenuhnya memuaskan, terutama jika dilihat dari segi akhlak, moral dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka membangun masa depan. Karena itu, pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik (Muhaimin, 2001: 9). Dan pada umumnya pendidikan diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, setelah lulus diharapkan anak dapat membantu mengembangkan masyarakat atau ikut serta ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan demi kesejahteraan masyarakat.
Guru yang professional adalah guru yang inspiratif dalam segala hal sehingga mampu memberikan keteladanan bagi siswa, kreatif untuk mengembangkan siswa dalam upaya mencapai potensinya secara optimal serta mampu menghadirkan suasana penuh prestasi bagi siswa. Seiring dengan hal tersebut, guru dituntut untuk terampil mengimplementasikan motivasi kerja dalam rangka mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa (Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, 2014: 2).
Peningkatan kinerja guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Peningkatan tersebut diwujudkan dengan memberikan pelayanan, bantuan profesional atau bimbingan atau motivasi yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas dan Kepala Sekolah kepada guru dan staf tata usaha untuk meningkatkan motivasi kerja dan kinerjanya dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan harapan motivasi kerja dan kinerja guru meningkat, demikian pula mutu pembelajarannya, maka diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
Ketidak maksimalan motivasi kerja kinerja guru antara lain disebabkan oleh kurangnya penerapan peranan Kepala Sekolah sebagai supervisor dan motivator. Selama ini, pihak sekolah sering berbicara tentang mutu pendidikan, tetapi cenderung kurang peduli kepada peningkatan kompetensi kepala sekolah. Kepala Sekolah kadang-kadang hanya terfokus pada usaha memenuhi perlengkapan sekolah, gedung, pengadaan buku dan pengadaan guru, sehingga peningkatan motivasi kerja dan kinerja guru yang seharusnya menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah terabaikan. Padahal melalui supervisi pendidikan inilah guru yang merupakan komponen sumber daya manusia dibina dan dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi kerja guru dan kinerja dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah sangat mendasar. Dalam penelitian ini, difokuskan pada upaya meningkatkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah. Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang saat ini terus ditingkatkan melalui supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengarahkan semua sumber daya pendidikan termasuk di dalamnya guru agar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, Daresh (dalam Sudrajat, 2011:1) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola kelas. Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Supervisi akademik yang dilaksanakan pada SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang saat ini difokuskan pada upaya meningkatkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah.
Berkaitan dengan motivasi kerja, kondisi objektif di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang terdapat beberapa banyak guru yang memiliki motivasi kerja yang kurang, diukur dari dengan indikator (a) keterlibatan terhadap kerja, (b) keinginan mobilitas ke atas, (c) pandangan ke dalam karier sebagai guru berprestasi, (d) ketahanan karier dalam tugas yang makin berat, jumlah tugas yang lebih banyak, dan tingkat kesulitan lebih tinggi, (e) kemampuan mengambil risiko, (f) kemauan untuk bersaing dalam prestasi. Berdasarkan survey awal, motivasi kerja guru rata-rata cukup yaitu 71,1%, dari 9 guru yang mencapai tingkat 75% baru 4 orang (44,4%).
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dirumuskan sebagai berikut: apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi kerja oleh guru.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah melalui supervisi akademik di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
a. Menambah teori supervisi akademik dalam meningkatkan komptensi guru dalam motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah.
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru: penelitian ini diharapkan menjadi motivasi diri untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran dikelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
b. Bagi kepala sekolah, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan supervisi akademik, memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
c. Bagi pengawas, memberikan pelatihan supervisi bagi kepala sekolah untuk meningkatan motivasi kerja oleh guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Prasojo dan Sudiyono, 2011: 48). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik?, Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?, Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan disini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja harus dilanjutkan pelaksanaan supervisi akademik dengan melakukan tindak lanjut berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Motivasi Kerja
Secara etimologis, motivasi berarti “the process by which behavior is energized and directedâ€, atau proses yang melatarbelakangi perbuatan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi kerja merupakan dorongan psikologis manusia yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang berasal dari dalam ataupun dari luar individu, dapat menimbulkan perilaku bekerja, dan dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan lamanya perilaku bekerja (Umam, 2010: 160).
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2001: 141).
Motivasi merupakan rangkaian pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan tindakan pencapaian tujuan yang diinginkan. Menurut Siagian (2002: 140) motivating merupakan keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan mengenai motivasi tidak lain adalah serangkaian proses pemberian dorongan kepada seseorang untuk bertindak guna mencapai efektifitas kerja menuju tujuan yang diinginkan. Dalam kenyataannya yang berlaku umum adalah perwujudan dari teori motivasi jamak, yakni bahwa faktor yang mendorong manusia bekerja itu ada banyak macamnya, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Kemampuan manajer untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menentukan efektivitas manajer. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi (Handoko, 2009: 251).
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urgen), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi, yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dianalisis bahwa motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, termasuk kedisiplinan seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi, bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah, walaupun faktor-faktor lainnya tinggi. Seseorang guru dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk mengajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan diajarkan dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu diajarkan, maka pembelajaran sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Motivasi orang akan mendorong seseorang untuk bekerja mencapai dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan manfaatnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan psikologis manusia yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang berasal dari dalam ataupun dari luar individu, dapat menimbulkan perilaku bekerja, dan dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas, dan lamanya perilaku bekerja
Kerangka Berfikir
Seseorang melakukan kegiatan didasarkan atas alasan-alasan tertentu. Demikian pula anggota kelompok, staf atau pelaksana program melakukan kegiatan, pekerjaan atau bekerjasama dengan orang lain dilandasi oleh alasan-alasan khusus. Alasan-alasan itu mungkin untuk memenuhi kebutuhan, menyalurkan minat dan mencapai tujuan bersama.
Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasiâ€. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja guru, agar mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika dia mengajar karena terpaksa saja, karena tidak ada kemauan yang berasal dari dalam diri guru.
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya. Motivasi kerja guru adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi kerja guru memiliki dua dimensi, yaitu: (a) Dimensi dorongan internal: dorongan dar dalam diri seseorang, (b) Dimensi dorongan eksternal: dorongan dari luar diri seseorang.
Dalam penelitian ini, ciri-ciri motivasi kerja guru meliputi: (a) keterlibatan terhadap kerja, (b) keinginan mobilitas ke atas, (c) pandangan ke dalam karier sebagai guru berprestasi, (d) ketahanan karier dalam tugas yang makin berat, jumlah tugas yang lebih banyak, dan tingkat kesulitan lebih tinggi, (e) kemampuan mengambil risiko, (f) kemauan untuk bersaing dalam prestasi. Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah yang semula rendah diharapkan dapat meningkat dengan adanya supervise akademik oleh kepala sekolah.
Supervisi akademik difokuskan pada upaya meningkatkan mengajar dengan melalui sarana siklus sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara rasional. Supervisi akademik bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut dengan mendegelasikan sebagian wewenang kepala sekolah.
Dengan supervisi akademik diharapkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah meningkat. Oleh karena itu kepala sekolah maupun Pengawas melaksanakan supervisi kepada para guru. Tujuannya adalah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan ke arah profesionalitas guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Di sinilah supervisi diharapkan mempengaruhi motivasi kerja. Dengan motivasi kerja yang baik diharapkan akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik pula.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting
Penelitian dilaksanakan dalam bulan Juli sampai September 2018.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Peneliti memilih tempat penelitian dilaksanakan di tempat tersebut karena peneliti mendapat tugas dinas sebagai Kepala sekolah di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sehingga penelitian ini tidak mengganggu pembelajaran dan bahkan membantu guru memecahkan masalahnya.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang berjumlah 9 orang.
Sumber Data
1. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian yaitu: guru SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2018/2019.
2. Sumber data sekunder merupkan data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer yang diperoleh dari penelitian sendiri dan dari teman sejawat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) berupa Supervisi akademik melalui dua siklus. Dalam siklus I dan siklus II pemberian tindakan berupa Supervisi akademik terhadap guru di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang untuk meningkatkan motivasi kerja dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah.
Deskripsi Kondisi Awal
Rata-rata kualitas Motivasi kerja guru di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebelum Supervisi akademik rata-rata 71,1% pada kategori cukup baik.
Kelemahan motivasi kerja yang mendapatkan skor di bawah 75 dan masih perlu diperbaiki yaitu: (1) keterlibatan guru dalam tugas harian di sekolah, (2) usaha guru untuk maju dan mencari kemungkinan untuk maju misalnya dalam pelaksanaan tugas-tugas, (3) usaha guru dalam meningkatkan prestasi/kinerja, (4) upaya guru untuk terus meningkatkan karier sebagai guru yang profesional, (5) ketahanan karier dalam melaksanakan tugas dengan jumlah yang lebih banyak, (6) perilaku sesuai dengan situasi, sehingga memiliki ketahahanan karier dalam melaksanakan tugas dengan tingkat kesulitan lebih tingg, (7) kecenderungan untuk mengambil risiko terbaik untuk meningkatkan pangkat golongan dengan menyusun penelitian tindakan kelas, (8) kecenderungan untuk mengambil risiko terbaik untuk lolos sertifikasi guru dengan mengikuti berbagai pelatihan, (9) kesediaan bekerja lembur agar dapat menyelesaikan tugas yang menumpuk.
Diskripsi Hasil Siklus I
Pelaksanaan tindakan dalam tahap siklus I ini peneliti mengadakan Supervisi akademik secara individu. Supervisi akademik dilakukan terhadap seluruh guru kelas I-VI dan guru bidang studi berjumlah 9 orang.
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kualitas Motivasi kerja di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dalam pembelajaran setelah Supervisi akademik siklus I rata-rata 77,8.
Tindakan pada siklus I melalui supervise akademik kelompok kecil, motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah meningkat, dengan membandingkan kondisi awal rata-rata hasilnya 71,1 adapun hasil pada siklus I rata-rata 77,8 naik sebesar 6,7. Hasil siklus I telah menunjukkan bahwa motivasi kerja pada kategori baik yaitu mencapai persentase 77,8 dan yang mencapai kualifikasi B ada 7 orang (77,8%).
Pada dasarnya pelaksanaan Supervisi akademik telah cukup baik namun belum mencapai indikator keberhasilan 80% secara global. Adapun guru yang mencapai target indikator keberhasilan adalah 7 orang atau 77,8% masih di bawah 80%.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pelaksanaan Supervisi akademik siklus II ini dilaksanakan secara individual. Peneliti mendatangi kelas dan membantu guru memperbaiki motivasi kerja dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah pada siklus I. Guru diberi kesempatan untuk menanyakan sampai sejelas-jelasnya tidak terikat waktu dengan harapan Motivasi kerja dalam siklus II nanti hasilnya dapat maksimal. Dalam siklus II ini setelah diadakan Supervisi akademik secara individu.
Rata-rata Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dalam pembelajaran setelah Supervisi akademik siklus II rata-rata 81,3.
Pada tabel di atas menunjukkan tindakan pada siklus II melalui supervisi akademis, motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah meningkat, dengan membandingkan siklus I rata-rata skor 77,8 adapun hasil pada siklus II rata-rata 81,3 naik sebesar 3,5. Hasil siklus II telah menunjukkan bahwa motivasi kerja yang mencapai ≥ 80% mencapai 100%. Maka tindakan Supervisi akademik dinyatakan telah berhasil.
Pada dasarnya pelaksanaan Supervisi akademik telah baik dan telah mencapai indikator keberhasilan 80% secara global. Adapun guru yang mencapai target indikator keberhasilan adalah 7 orang atau 100% sudah di atas 80%.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah melihat kondisi awal, kemudian dimulai dengan memberikan bimbingan secara kelompok kecil motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah untuk satu hari hasilnya dinilai kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang disiapkan peneliti. Hasil kondisi awal 71,1 dan pada siklus I rata-rata 77,8 naik 6,7 dan secara keseluruhan yang mendapatkan nilai baik baru 75,0% masih belum maksimal. Maka Supervisi akademik perlu dilaksanakan secara individual pada tindakan siklus II.
Maka tindakan Supervisi akademik dinyatakan belum berhasil karena belum mencapai tingkat kategori baik 80% sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus II.
Silus II
Hasil siklus I rata-rata skor 77,8 adapun hasil pada siklus II rata-rata 81,3 naik sebesar 3,5. Hasil siklus II telah menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah yaitu mencapai ≥ 75% ada 100%. Maka tindakan Supervisi akademik dinyatakan telah berhasil.
Peningkatan Motivasi kerja oleh Guru
Setelah mengetahui kekurangan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah pada siklus I, peneliti memberikan Supervisi akademik secara individu pada siklus II. Supervisi akademik secara individu ternyata lebih efektif dibanding kelompok, sehingga hasilnya meningkat.
Peningkatan Skor rata-rata Motivasi kerja oleh Guru
Hasil Penelitian
Supervisi akademik dapat meningkatkan motivasi kerja oleh guru SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah yang efektif merupakan persyaratan bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu pentingnya motivasi kerja guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Motivasi kerja menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran.
PENUTUP
Simpulan
Hasil penelitian tindakan sekolah membuktikan bahwa Supervisi akademik dapat meningkatan motivasi kerja guru SD Negeri di SD Negeri Ngadikerso 01 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah. Hal ini terbukti bahwa melalui supervisi akademik, motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah: (1) hasil kondisi awal 71,1 dengan pencapaian indikator keberhasilan (PIK) 44,%; pada siklus I rata-rata 77,8 dengan pencapaian indikator keberhasilan (PIK) 77,8% < 75%. Maka Supervisi akademik perlu dilaksanakan secara individual pada tindakan siklus II, (2) hasil siklus I rata-rata skor 77,8 adapun hasil pada siklus II rata-rata 81,3. Hasil siklus II telah menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah mencapai rata-rata 81,3 dan yang mencapai kriteria baik 100% > 80%. Maka tindakan Supervisi akademik dinyatakan telah berhasil.
Implikasi
Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya mengoptimalkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah.
Implikasi Teoritis
Dengan supervisi akademik, guru akan mengetahui kekurangan/masalah yang berhubungan dengan motivasi kerja, guru perlu belajar melalui membaca dan berlatih.
Implikasi Praktis
Dari urutan pada implikasi teoritis tampak bahwa motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah memerlukan bantuan dan bimbingan sehingga dengan adanya supervisi akademik dari kepala sekolah dapat mengoptimalkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah..
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu:
Saran bagi guru
a. Hendaknya guru meningkatkan motivasi kerja dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah tanpa harus menunggu adanya supervisi. Hal ini menghindari penurunan motivasi kerja yaitu setelah supervisi selesai, motivasi kerja kembali seperti semula.
b. Apabila ada masalah/kesulitan segera minta bantuan teman guru/Kepala Sekolah untuk memecahkannya, sehingga dalam melaksanakan tugas kelas/sekolah bisa maksimal.
c. Motivasi kerja akan terwujud bila guru ada kemauan untuk aktif dan kreatif.
Saran bagi kepala sekolah
a. Kepala sekolah sebaiknya menjalin hubungan yang baik sebagai patner kerja bukan sebagai atasan dan bawahan (kepala sekolah sahabat guru)
b. Supervisi akademik diprogramkan minimal 2 kali/semester sehingga guru akan terbiasa disupervisi akademik.
c. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan motivasi kerja yang dilakukan oleh guru–guru di suatu sekolah apabila sudah berjalan dengan baik, hendaknya ditindak lanjuti dengan supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur mata pelajaran yang serumpun.
d. Pemberian motivasi belajar siswa adalah tersedianya fasilitas dan media pembelajaran yang memadai di suatu sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.
Dalawi. 2014. Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru SMP Negeri 1 Bengkayang. FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
Depdiknas. 2010. Supervisi Akademik, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Euis Karwati, dan Donni Juni Priansa, Manjemen Kelas Classroom Management, (Bandung: Alfabeta, 2014)
Farisi, M. Madzhub. Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Motivasi Kerja Guru