Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
IMPELEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
TEKNIK NON-DIREKTIF UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI Bendungan KECAMATAN PABELAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Atik Mutianah
Sekolah Dasar Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang melalui Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif. Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif diberikan kepada seluruh guru agar mereka dapat meningkatkan kemampuan belajar mengajar dengan lebih baik. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam bulan September sampai November 2018. Tempat dan subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang berjumlah 8 orang. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Tindakan siklus I, hasil kinerja guru ternyata lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, kinerja guru yang mencapai nilai 80 hanya 2 orang (25,00%) dari 8 guru. Sedangkan pada Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus I yang mencapai nilai 80 meningkat menjadi 4 guru (50,00%), (2) Pada siklus II ini, pada Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II guru yang mencapai nilai 80 meningkat menjadi 7 guru (87,50%) dari 8 guru atau meningkat sebesar 27,50%, (3) Kinerja guru guru sebelum Supervisi rata-rata 73,21%, pada siklus I kinerja para guru telah meningkat menjadi 80,13%, dan pada siklus II kinerja guru meningkat menjadi rata-rata 84,60%.
Kata kunci: kinerja guru, Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya perbaikan di bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika diawali dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik kecuali dikelola secara baik. Bahkan dapat dikatakan, tidak ada lembaga sekolah yang buruk, yang ada hanyalah sekolah yang dikelola dengan kinerja dibawah standar.
Kepala sekolah menjadi kunci utama dan tokoh sentral untuk mewujudkan perbaikan kinerja manajemen sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini seiring dengan diberikannya wewenang yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola rumahtangganya sendiri. Sekolah menjadi lembaga otonom yang penyelenggaraannya tetap berada pada koridor Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas).
Mengingat pentingnya pendidikan di sekolah maka seorang guru harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, maka kinerja guru harus dibangun dengan profesional melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlakukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi tersebut digunakan sebagai pemacu guru dalam melaksanakan kinerjanya sebagai pendidik secara maksimal. Profesionalisasi tenaga pendidikan merupakan sesuatu yang dirasa kontroversional, akan tetapi hal itu harus dimaknai sebagai cara peningkatan kinerja guru (Hakim, 2008: 241).
Kinerja guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dicapai dengan baik melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan. Menurut Tabrani Rusyan dkk, (2000: 17), kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian. Faktor utama kenapa manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial yang menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dalam pencapaian taraf hidup yang lebih baik dan sukses dalam bekerja tidak lepas dari motivasi kerja, dan kuat lemahnya motivasi kerja seseorang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja.
Kinerja guru itu baik atau tidak tergantung faktor yang mempengaruhi kinerja guru tersebut. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari (a) Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja, (b) Pengalaman, tidak sekedar berarti jumlah waktu atau lamanya bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan, (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat, motivasi kerja, dan disiplin kerja (Nawawi 2006: 64-65).
Berdasarkan observasi awal di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa kinerja guru kelas masih belum optimal. Masih banyak guru yang belum maksimal dalam membuat perangkat pembelajaran dan hanya meniru perangkat tahun lalu. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional, dan guru belum optimal dalam menggunakan metode pembelajaran yang modern (seperti penggunaan media pembelajaran). Terdapat guru yang datang hanya saat mengajar saja. Kurangnya sarana prasarana menjadikan guru kurang maksimal dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Masalah kinerja guru yang timbul dalam kegiatan pembelajaran antara lain (a) rendahnya kemampuan perencanaan pembelajaran; (b) kemampuan memulai pembelajaran; (c) penguasaan materi; (d) strategi pembelajaran belum variatif; (e) rancangan evaluasi pembelajaran masih belum berkembang dibanding tahun sebelumnya; (f) metode penilaian dan umpan balik, (g) melakukan umpan balik pembelajaran. Aspek-aspek kinerja tersebut belum sesuai yang diharapkan agar para guru mencapai tingkat kinerja 80%. Supervisi Kepala Sekolah diberikan kepada seluruh guru agar mereka dapat meningkatkan kemampuan belajar mengajar dengan lebih baik.
Keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam pengembangan efektivitas pembelajaran di sekolah juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik dan berkualitas.
Kepala sekolah sebagai seorang supervisor mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus melakukan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip dan teknik serta pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam pendidikan. Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan memberikan keyakinan kepada guru bahwa proses belajar mengajar dapat memberikan pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru serta proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara profesional sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Kinerja guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang saat ini terus ditingkatkan melalui Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah. Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk mengarahkan semua sumber daya pendidikan termasuk di dalamnya guru agar mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan melakukan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif.
Secara umum Supervisi Kepala Sekolah adalah usaha yang sistematik dan berkesinambungan untuk mendorong dan mengarahkan, menggiatkan pertumbuhan setiap guru, sehingga bertambah lebih efektif dalam memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa hakekat supervisi bukanlah pengawasan yang hendak mencari‑cari kesalahan guru, melainkan bersifat membina dan membantu guru dalam upaya memperbaiki kinerjanya.
Adapun kondisi yang diinginkan ialah (1) agar pelaksanaan supervisi optimal, (2) supervisor dapat melaksanakan supervisi secara kontinu, (3) administrasi pembelajaran tertib, (4) kinerja guru meningkat. Dengan kondisi tersebut, kepala sekolah melakukan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah melalui Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif dapat meningkatkan kinerja guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang melalui Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
a. Menambah teori Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif dalam meningkatkan kinerja guru.
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru guna meningkatkan kinerja guru.
b. Bagi sekolah guna meningkatkan sumber daya manusia, khususnya para guru.
c. Bagi kepala sekolah guna meningkatkan keterampilan supervisi.
d. Bagi pengawas guna informasi tentang peningkatan kinerja para guru.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian (2008: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guruâ€.
Menurut Tabrani Rusyan dkk, (2000: 17), kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian.
Menurut Prawirasentono (1999: 2): “Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etikaâ€. Dessler (1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif
Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. “Supervision of teachers is an important part of both pre-service and in-service teacher education programs, and teacher educators have a wide choice of supervisory behaviors which they can use in the process of training second language teachers. It seems to be the case, however, that many second language teacher educators continually limit themselves to the same reasons for doing supervision and the same supervisory behaviors. This article illustrates how limiting some styles of supervision can be and then, in exploring alternative ways that supervision can be done, encourages teacher educators to experiment in their use of supervisory behaviors. Five models of supervision are discussed: 1) directive, 2) alternative, 3) collaborative, 4) non-directive, and 5) creative (Jerry G. Gebhard, 1984: 1-2). Artinya, supervisi bagi guru adalah bagian penting dari kedua pre–service dan program pendidikan guru in-service, dan guru pendidik memiliki berbagai pilihan perilaku pengawasan yang dapat mereka gunakan dalam proses pelatihan guru. Tampaknya menjadi kasus, bagaimanapun, bahwa banyak pendidik guru bahasa kedua terus membatasi diri untuk alasan yang sama untuk melakukan supervisi dan perilaku supervisi yang sama. Artikel ini menggambarkan bagaimana membatasi beberapa gaya supervisi dalam mengeksplorasi cara-cara alternatif bahwa supervisi bisa dilakukan, mendorong guru pendidik untuk bereksperimen dalam penggunaan perilaku supervisi. Lima model pengawasan dibahas: 1) direktif, 2) alternatif, 3) kolaboratif, 4) non-direktif, dan 5) kreatif.
Sudjana (2011: 11) membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu.
Yang dimaksud dengan supervisi pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: (a) Mendengarkan, (b) Memberi penguatan, (c) Menjelaskan, (d) Menyajikan, dan (e) Memecahkan masalah. (Sahertian Piet, 2008: 51).
Perilaku nondirektif dilandasi asumsi dan pemikiran psikologi belajar humanistic. Supervisor nondirektif tidak menggunakan standar tetapi lebih mendasarkan pada kebutuhan guru. Supervisor dan guru saling memahami dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi guru mengembangkan profesinya. Perilaku supervisor yang berorientasi nondirektif dilakukan melalui langkah-langkah berikut: (a) mendengarkan masalah guru dengan serius, (b) memotivasi guru untuk menyederhanakan dan bertanya, (c) mengajukan pertanyaan kemudian menjelaskan masalah-masalah guru, (d) mengupayakan alternative pemecahan masalah saat guru bertanya atau minta solusi, (e) bertanya kepada guru untuk menentukan rencana tindakan pengembangan guru atau profesi. (Abdul Kadim Masaong, 2013: 41).
Kerangka Berpikir
Kinerja kerja guru dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain supervisi pendidikan, latar belakang pendidikan dan kompensasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut sehingga mendukung produktivitas kerja secara rinci yaitu: (a) pekerjaan yang menarik, (b) upah yang baik, (c) keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, (d) penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan, (e) lingkungan atau suasana kerja yang baik, (f) promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan, (g) merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, (h) pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi, (i) kesetiaan dan motivasi pimpinan kepada pekerja, (j) disiplin kerja.
Kondisi awal kinerja guru ditengarai mengalami penurunan. Kepala sekolah tidak cukup waktu untuk melakukan supervisi terhadap guru satu persatu dalam satu bulan. Kepala sekolah merencanakan melaksanakan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif.
Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara rasional. Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar guru.
Dengan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif, diharapkan kinerja guru meningkat. Oleh karena itu kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada para guru. Tujuannya adalah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan ke arah profesionalitas guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Di sinilah supervisi diharapkan mempengaruhi kinerja guru. Dengan kinerja guru yang baik diharapkan akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik pula. Kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam bulan September sampai November 2018. Pengamatan awal tanggal 3–6 September 2018, 24-26 Oktober 2018 sosialisasi, siklus I tanggal 8–11 Oktober 2018, siklus II tanggal 5 – 8 November 2018.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Peneliti memilih tempat penelitian dilaksanakan di tempat tersebut karena peneliti mendapat tugas dinas sebagai kepala sekolah di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sehingga penelitian ini tidak mengganggu pembelajaran dan bahkan membantu guru memecahkan masalahnya.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang berjumlah 8 orang.
Sumber Data
1. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian yaitu: guru SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pelajaran 2018/2018.
2. Sumber data sekunder merupkan data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer yang diperoleh dari penelitian sendiri dan dari guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal Kinerja Guru
Sebelum Supervisi Kepala Sekolah dalam proses pembelajaran, dilakukan observasi kinerja 8 orang guru pada tanggal 3-6 September 2018. Esensi Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalisme-nya. Meskipun demikian, Supervisi Kepala Sekolah tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran.
Permasalahan yang ditemukan di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dalam kinerja guru pada kondisi awal sebelum Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif antara lain guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran kurang efektif, yang meliputi: (a) dari aspek strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran kurang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /kompetensi harus dikuasai peserta didik, (b) aspek strategi dan metode pembelajaran yang dipilih kurang memudahkan pemahaman peserta didik, sehingga anak kurang memahami materi pelajaran, (c) strategi dan metode pembelajaran yang dipilih kadang-kadang kurang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik, dan (d) kebutuhan belajar peserta didik, seringkali meleset dari target yang ditetapkan.
Guru memulai pembelajaran dengan kurang efektif, yang meliputi: (a) dalam melakukan apersepsi kadang-kadang kurang menarik dan kurang memotivasi siswa, (b) seringkali guru tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam rencana kegiatan pembelajaran, karena anggapan bahwa yang penting siswa nanti akan tahu sendiri.
Guru dalam merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik masih banyak membutuhkan perbaikan, antara lain: (a) teknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan) kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) alat tes dirancang kurang dapat mengukur kemajuan belajar peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/atau psikomotorik, dan lebih cenderung aspek kognitif saja yang dominan.
Guru dalam menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu kadang-kadang tidak sesuai sebagaimana yang tertulis dalam RPP. Ada 14 indikator kinerja guru dengan berbagai butir penilaian indikator untuk mengetahui kinerja guru. Rata-rata kualitas kinerja guru di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang sebelum Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif mencapai 73,21%.
Rata-rata kualitas kinerja guru di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang sebelum Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif rata-rata guru yang memiliki kemampuan ≥ 80 hanya 2 orang (25,00%). Indikator keberhasilan 25,00% artinya kinerja guru masih di bawah indikator keberhasilan klasikal 80%, maka perlu dilaksanakan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif untuk peningkatan kinerja guru sesuai Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, pasal 15).
Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif terhadap kinerja guru di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dipilih dengan beberapa pertimbangan. Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Hasil Penelitian Tiap Siklus
Hasil Penelitian Siklus I
Pada tindakan siklus I belum menunjukkan keberhasilan guru sepenuhnya atau belum optimal. Karena dilihat dari hasil nilai kinerja guru siklus I, guru yang mendapat nilai ≥ 80 ada 4 guru sedangkan 4 guru dibawah nilai 80. Akan tetapi indikator keberhasilan sudah meningkat dan sebagian besar guru lebih baik daripada pada kondisi awal. Oleh karena itu direncakan tindakan siklus II berupa Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif II.
Hasil Penelitian Siklus II
Rata-rata kualitas kinerja guru di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang setelah Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II, rata-rata mencapai 84,60%.
Indikator keberhasilan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif yaitu 80% dari jumlah guru mencapai skor 80. Berdasarkan hasil observasi Siklus II, guru yang mencapai skor 80 mencapai 7 orang atau 87,50% > 80% sehingga dapat disimpulkan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II telah berhasil.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Siklus I
Pada kegiatan Siklus I, guru secara bersama dengan bimbingan supervisor/ kepala sekolah melakukan kegiatan supervise klinis. Dalam hal ini guru dikelompokan ke dalam dua kelompok.. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan kinerja guru berdasarkan Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, pasal 15) serta pemberian tugas-tugas.
Tindakan siklus I, meskipun masih ditemukan kelemahan, namun hasil kinerja guru sudah lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, guru yang mencapai nilai 80 hanya 2 orang (25,00%) dari 8 guru. Sedangkan pada supervise siklus I yang mencapai nili 80 meningkat menjadi 4 guru (50,00%) dari 8 guru, dan masih ada 4 guru (50,00%) yang belum mencapai indicator keberhasilan. Dengan demikian harus dilaksanakan tindakan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan Supervis klinis diselenggarakan dengan maksud agar (1) guru dapat mengikuti perkembangan atau pembaharuan kurikulum; (2) meningkatkan profesionalitas guru; (3) membina hubungan antar personal yang lebih baik; (4) secara dini dapat menemukan penyimpangan dalam kegiatan belajar mengajar; (5) meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar; dan (6) meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan.
Pada siklus II ini, guru secara individu dengan bimbingan kepala sekolah, melakukan perbaikan kinerja. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan kinerja guru. Pada akhir Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap supervise klinis. Terbukti pada pertemuan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II guru yang mencapai nilai 80 meningkat. Pada siklus I terdapat 5 (50,00%) guru, meningkat menjadi 7 guru (87,50%) dari 8 siswa atau meningkat sebesar 27,50%.
Peningkatan Kinerja Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, Kinerja guru sebelum Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif ratar-rata sebesar 73,21. Kekurangan Kinerja guru guru diperbaiki pada siklus I sehingga kinerja para guru telah meningkat menjadi 80,13. Selanjutnya pada siklus II kinerja guru meningkat menjadi rata-rata 84,60.
Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian terutama dari hasil Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif yang dilaksanakan oleh peneliti, Kinerja guru dapat meningkat. Dalam pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif terhadap kinerja guru terdapat beberapa kendala yang dihadapi kepala sekolah di SD Negeri Bendungan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang: keterbatasan waktu untuk sosialisasi dan luasnya lingkup Kinerja. Namun dalam waktu yang terbatas tersebut, dengan adanya Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif terhadap kinerja guru sudah menunjukkan peningkatan kinerja yang nyata. Kinerja guru yang dilakukan guru menjadi optimal.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Tindakan siklus I, hasil kinerja guru ternyata lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan Kondisi Awal, kinerja guru yang mencapai nilai 80 hanya 2 orang (25,00%) dari 8 guru. Sedangkan pada Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus I yang mencapai nilai 80 meningkat menjadi 4 guru (50,00%), (2) Pada siklus II ini, pada Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif siklus II guru yang mencapai nilai 80 meningkat menjadi 7 guru (87,50%) dari 8 guru atau meningkat sebesar 27,50%, (3) Kinerja guru guru sebelum Supervisi rata-rata 73,21%, pada siklus I kinerja para guru telah meningkat menjadi 80,13%, dan pada siklus II kinerja guru meningkat menjadi rata-rata 84,60%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan.
Saran bagi guru: hendaknya guru meningkatkan kinerja guru tanpa harus menunggu adanya Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif. Apabila ada masalah/ kesulitan segera minta bantuan Kepala sekolah Sekolah untuk memecahkannya, sehingga kinerja guru bisa maksimal, khususnya dalam pembelajaran. Kinerja guru akan terwujud bila guru ada kemauan untuk aktif dan kreatif.
Saran bagi para kepala sekolah: sebaiknya melakukan Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif secara berkala dengan memaksimalkan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor di sekolah.
Kepala sekolah perlu meningkatkan fungsi utama sebagai supervisor dengan cara menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan supervise klinis, kepala sekolah dapat berkolaborasi dengan pengawas dengan fokus Supervisi Kepala Sekolah Teknik Non-Direktif pada: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhartini. 2008. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.
Dessler, Gary.1997. Management Sumber Daya Manusia. Terjemahan. Benyamin Molan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallind.
Gibson, James, L., et al. 2007 Organisasi Dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hakim Nasution, Arman 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jerry G. Gebhard, Models of Supervision: Choices. Journal Tesol Quarterly, Vol. 18, No.3, (September 1984), 1-2.
Jumriati. 2017. “Analisis Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Pada SMK Negeri Di Kabupaten Gowaâ€. Journal of Physical Education, Sport and Recreation. Volume 1 Nomor 1 September 2017
Masaong, Abdul Kadim. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta.
Mathis.L.Robert dan Jackson.H.John. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bukukedua.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya