Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Metode Inkuiri
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS IX B MELALUI METODE INKUIRI
PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATAP BOYOLALI JAWA TENGAH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Niken Budianingsih
SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui metode inkuiri di SMP bagi siswa kelas IX B, SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018 semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Tempat penelitian ini dilaksanakan pada kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali yang berjumlah 22 siswa. Indikator keberhasilan apabila sebagian besar siswa minimal 85% telah menunjukkan keaktivan dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori aktif dan sangat aktif. Sebagian besar siswa minimal 18 siswa atau 85% dari seluruh telah dapat mencapai ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata kelas minimal melabihi nilai KKM yaitu 75 (≥ 75). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tercermin dari hasil pengamatan prasiklus rata-rata siswa sebanyak 48,9%, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri meningkat menjadi 77,8%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 91,5%. Nilai rata-rata hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali pada kegiatan prasiklus sebesar 70,50 dengan jumlah ketuntasan sebanyak 9 siswa (40,91%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 76,00 dengan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 16 siswa (72,73%) dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I, terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 5,50. Pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 81,59 dan jumlah ketuntasan sebanyak 22 siswa (100,00%).
Kata Kunci: Aktivitas siswa, hasil belajar IPS dan metode Inkuiri
PENDAHULUAN
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik.
Perubahan dalam struktur pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013 juga menjadi tantangan tersendiri bagi guru mata pelajaran IPS. Proses pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013 menuntut adanya keterpaduan antara disiplin ilmu yaitu geografi, sosiologi, ekonomi dan sejarah. Pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 juga mengalami pergesaran. Pelaksanan pembelajaran IPS pada kurikulum 2013, menuntut guru harus lebih kreatif dalam memilih model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Karena pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning), terbukti tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, hal ini terbukti dari hasil pengamatan pada awal semester I tahun Pelajaran 2017/2018 di kelas IX B, saat pembelajaran IPS yang dengan menerapkan metode ceramah, penugasan, dan tanya jawab.
Dari 22 (dua puluh dua) siswa yang mengikuti pembelajaran, siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak sebanyak 7 siswa (31,82%), dan yang tidak aktif sebanyak 15 siswa (68,18%), saat dilaksanakan penugasan kelompok, siswa yang sangat aktif sebanyak 1 siswa (4,5%), siswa yang aktif sebanyak 4 siswa (18,2%) dan siswa yang tidak aktif sebanyak 16 siswa (72,7%). Setelah dilakukan ulangan harian, siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa (40,91%), siswa yang belum tuntas sebanyak 13 siswa (59,09%), nilai rata-rata sebesar 70,50, nilai tertinggi 78, dan nilai terendah sebesar 60.
Data hasil pengamatan keaktifan belajar, dan hasil ulangan harian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di klas IX B SMP Negeri 4 Satap Boyolali yang dilaksanakan dengan pendekatan Teacher Centered Learning terbukti kurang efektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan tindakan nyata berupa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Student Centered Learnig, salah satunya adalah dengan menggunakan metode inkuiri, yaitu salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach/Learnig). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2013: 196).
Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa lebih aktif saat guru menjelaskan secara klasikal maupun aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kelompok, sehingga siswa lebih banyak memahami materi pembelajaran. karena melalui pembelajaran inkuiri siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk memecahkan permasalahan terkait dengan materi pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran inkuiri yang akan diterapkan pada pembelajaran IPS tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi kelas terkait dengan rencahnya aktivitas siswa dalam belajar dan hasil belajar IPS, sehingga sangat tepat jika tindakan perbaikan ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dan sekaligus sebagai kegiatan pengembangan profesioanlisme guru. Sesuai dengan permasahan, upaya yang akan dilakukan waktu dan tempat penelitian, maka PTK ini mengambil judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX B Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PIS bagi siswa kelas XI B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui metode inkuiri di SMP bagi siswa kelas IX B, SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018 semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPS
Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Sukirman (2008: 6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.
Menurut Sardjiyo (2009: 26) IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau berbagai aspek dalam kehidupan. Pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu agar siswa memiliki kemampuan antara lain: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006: 575).
“IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah” (Wiryohandoyo dkk. 2008). Tim Penyusun Depdiknas (2003: 1) Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2005: 234). Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inkuiri menuntut siswa berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Metode inkuiri menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu metode atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar didepan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil diskusi kelompok mereka selesai, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dipresentasikan didepan kelas, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang presentasi kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dari kesimpulan yang terakhir, guru membantu siswa untuk menyempurnakan kesimpulan yang telah didapat pada saat persentasi yang sudah dilakukan tadi.
Aktivitas Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari berbagai kegiatan atau aktivitas jasmani dan rohani. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswalah yang banyak aktif sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan dia sendiri yang melaksanakan belajar. Menurut Hartono (2011:5) “Aktivitas adalah suatu kesibukan dalam kelas secara terstruktur dan terbimbing oleh guru guna meningkatkan pemahaman murid terhadap pelajaran yang disajikan”. Setiap reaksi yang diberikan dalam proses belajar mengajar mengandung aktivitas sehingga makin banyak aktivitas yang dilakukan maka dalam kita menguasai segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mendengarkan atau membaca saja, tetapi masih diperlukan kegiatan lain seperti membuat rangkuman, mengadakan tanya jawab, diskusi, melakukan percobaan, memecahkan soal, mengambil keputusan dan sebagainya.
Menurut Lufri (2006:133) mengatakan kreatifitas melahirkan aktivitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh adanya aktivitas. Orang yang mempunyai kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan berbagai aktivitas. Pembelajaran berbasis aktivitas (active learning) akan menuntut kreatifitas berfikir lebih banyak dari pembelajaran biasa. Aktivitas yaitu keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2012:3) cara belajar yang efisien artinya cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar.
Hasil Belajar
Menurut Tirtonagoro (2011: 43), “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.” Nawawi (2008: 100), prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi tertentu. Menurut Poerwadarminta (2011:70) yang dimaksud prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.”
Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar, perwujudan dalam bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan atau tulisan, dan ketrampilan serta pemecahan masalah yang langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes-tes yang berstandar (Bustalin, 2014:11).
Pengertian prestasi belajar menurut Sudjana (2010:22) adalah prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u, 2014:75).
Kerangka Berfikir
Pembelajaran akan lebih bermakna saat pembelajaran itu dapat mudah diingat dan dipahami oleh siswa, salah satu alternatif penerapan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan mudah diingat dan dipahami oleh siswa dengan metode inkuiri. Keterampilan-keterampilan yang dapat dinilai dalam pembelajaran merupakan keterampilan yang bersifat ilmiah dan membentuk pola pikir analisis pada siswa, yaitu mengamati, menafsirkan, mendiskusikan, menganalisis, mengaplikasikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu guru harus berupaya menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan melatih siswa belajar memahami secara mandiri maupun berkelompok serta mampu menyelesaikan tugas-tugas.
Penerapan kurikulum 2013 dengan metode inkuiri akan berdampak pada peningkatan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut disebabkan dalam kegiatan pembelajaran ini siswa diberi kebebasan mengeksplorasi kemampuan fisik dan mentalnya secara maksimal dan didukung oleh sistem penilaian yang tidak hanya beracu pada hasil tes saja melainkan beracuan juga pada hasil dan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran. Pengalaman-pengalaman tersebut akan mudah diingat dibandingkan bila siswa hanya membaca buku atau mencatat saja, daya ingat siswa tersebut sangat penting sebagai modal pengetahuan siswa dan tentunya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan pada kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2017/2018 selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Desember 2017.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali yang berjumlah 22 siswa. Nama-nama subjek penelitian seperti terlampir.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau claas Action yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi dimana teori pembelajaran dilakukan. Maksud dari penelitian ini dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas IX B SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan metode inkuiri.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, yang dikutip oleh Arikunto (2013: 83) mengemukakan bahwa model penelitian tindakan didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, dan Refleksi atau reflecting.
Variabel dan Data
Pada penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran inquiri, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar aspek pengetahuan.
Indikator Keberhasilan
Penelitian dinyatakan berhasil apabila Sebagian besar siswa minimal 85% telah menunjukkan keaktivan dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori aktif dan sangat aktif. Sebagian besar siswa minimal 18 siswa atau 85% dari seluruh telah dapat mencapai ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata kelas minimal melabihi nilai KKM yaitu 75 (≥ 75).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Prasiklus
Pada kegiatan prasiklus, aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS cenderung masih sangat kurang. Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah, yaitu rata-rata siswa yang aktif dalam belajar klasaikal sebanyak 10,75 siswa (48,9%), dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak 1 siswa atau 4,5%, siswa yang aktiv sebanyak 4 siswa atau 18,2% dan yang kurang aktif sebanyak 16 siswa atau 72,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun belajar kelompok.
Saat dilakukan ulangan harian, siswa yang tuntas baru mencapai 9 siswa (40,91%) dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 22 siswa. Artinya masih ada 13 siswa atau 59,09% siswa yang belum tuntas, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas sebesar 70,50. Hal ini dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan belum mampu memberikan pemahaman yang baik kepada siswa.
Kondisi Siklus I
Setelah dilakukan tindakan perbaikan dengan menerapkan metode inkuiri terjadi perubahan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dimana siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 17,1 siswa (77,8%). Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 16 siswa atau sebesar 72,73% sedangkan siswa yang belum tuntas turun menjadi 6 siswa (27,27%), dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak 5 siswa atau 22,7%, yang sangat aktiv sebanyak 12 siswa atau 54,5%, siswa yang kurang aktiv sebanyak 4 siswa atau 18,2. Hal ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun kelompok.
Kondisi Siklus II
Setelah tindakan dilanjutkan siklus II, yaitu dengan menerapkan metode yang sama seperti siklus I dengan materi yang berbeda, keaktifan siswa semakin meningkat yaitu menjadi 20,1siswa atau 91,5%). Artinya siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran semakin banyak. Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian yang dilakukan setelah pertemuan pertama dan kedua, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 22 siswa (100%) dan siswa yang tidak tuntas menjadi 0, sedangkan rata-rata kelas meningkat menjadi 81,59, dan siswa yang sangat aktiv dalam belajar kelompok sebanyak 15 siswa atau 68,2%, yang sangat aktiv sebanyak 7 siswa atau 31,8%, siswa yang kurang sudah tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran klasikal maupun kelompok dengan maksimal.
PEMBAHASAN
Perbandingan Hasil pengamatan Aktivitas belajar
Perbandingan aktivitas siswa dalam belajar IPS di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu aktivitas siswa belajar IPS saat pembelajaran dilaksanakan secara klasikal. Perbandingan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 77,8% (peningkatan sebesar 29% dari 48,9% pada prasiklus). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus I, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 22,7%, yaitu dari prasiklus sebesar 49% meningkat menjadi 71,7%.
Perbandingan aktivitas siswa dalam belajar klasikal dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 91,5% (peningkatan sebesar 13,6% dari 77,8% pada siklus I). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 13,6%, yaitu dari prasiklus sebesar 71,7% meningkat menjadi 85,4%.
Perbandingan aktivitas belajar IPS secara klasikal prasiklus dengan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 91,5% (peningkatan sebesar 42,6% dari 48,9% pada prasiklus). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa prasiklus dengan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, aktivitas siswa dalam belajar kelompok siswa meningkat menjadi 36,4%, yaitu dari prasiklus sebesar 49% meningkat menjadi 85,4%.
Perbandingan Hasil Belajar IPS
Perbandingan hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa melalui metode inkuiri pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 70,50 menjadi 76,00, meningkatnya nilai tertinggi dari 78,00 menjadi 81, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 9 siswa menjadi 16 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 13 siswa menjadi 6 siswa. Perbandingan hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan inkuiri siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 76,00 menjadi 81,59, meningkatnya nilai tertinggi dari 81 menjadi 86, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 16 siswa menjadi 22 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 6 siswa menjadi tidak ada.
Perbandingan hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode inkuiri peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 70,50 menjadi 81,59, meningkatnya nilai tertinggi dari 78,00 menjadi 86,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 9 siswa menjadi 22 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 22 siswa menjadi tidak ada.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tercermin dari hasil pengamatan prasiklus rata-rata siswa sebanyak 48,9%, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri meningkat menjadi 77,8%, dengan demikian setelelah dilakukan tindakan perbaikan siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat sebesar 29%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 91,5% (peningkatan sebanyak 13,6%). Dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, keaktifan siswa secara keseluruhan meningkat sebesar 42,6%.
Nilai rata-rata hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IX B di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali pada kegiatan prasiklus sebesar 70,50 dengan jumlah ketuntasan sebanyak 9 siswa (40,91%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 76,00 dengan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 16 siswa (72,73%) dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I, terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 5,50. Pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 81,59 dan jumlah ketuntasan sebanyak 22 siswa (100,00%).
Saran-Saran
- Untuk Kepala Sekolah
Sebaiknya kepala sekolah merekomendasikan metode inkuiri ini untuk diterapkan pada fokus pembelajaran selain IPS.
- Untuk Guru lain
Sebaiknya dalam melaksanakan pembelajaran guru menggunakan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, selain itu sebaiknya guru berani mencoba untuk menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa salah satunya adalah pembelajaran inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bustalin, 2014, Prestasi Belajar dalam Pengajaran Remedial pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas II Semester 1 SLTP Negeri 1 Linggang Bingung Kabupaten Kutai Barat. Artikel. http:/artikel.us/html.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Hartono, Jogiyanto. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE. Yogyakarta.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi Teori, Praktek dan Penelitian. Padang: UNP Press.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Nawawi, Hadari, 2008, Metode Penelitian Bidang Sosial, Jakarta: Gadjah Mada University. Press
Poerwadarminta, W.J.S, 2011, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukirman, Dadang. 2008. Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI Press.
Tirtonagoro, Sutratinah. 2011. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.
Tu’u, Tulus, 2014, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo
Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Wiryohandoyo, Sudarno, dkk. 2008. Pendidikan Ilmu Sosial. IKIP: Unnes Press