Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Jigsaw
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 JATINEGARA
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Maghfur
SMP Negeri 1 Jatinegara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi bangun ruang sisi datar melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Subyek penelitian siswa kelas VIII F yang berjumlah 29 siswa. Waktu pnelitian pada bulan Januari sampai Juni 2019. Hasil penelitian tindakan kelas menunjukan bahwa Penggunaan model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika. Peningkatan itu terlihat dari hasil tes antara siklus I dan siklus II. Berdasarkan skor tes nilai rata-rata pada siklus I sebesar 75, sedangkan pada siklus II mencapai 84,7 sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,7. Pada aspek ketuntasan belajar siswa terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 24,21% atau 7 siswa, dimana pada siklus I siswa tuntas sebesar 62% atau sebanyak 18 siswa, sedangkan pada siklus II siswa tuntas sebesar 86,21% atau sebanyak 25 siswa dari 29 siswa.
Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, matematika, jigsaw, kelas VII
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Untuk mewujudkan pembangunan pada bidang pendidikan di atas diperlukan adanya peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik, guru harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi dan pengelolaan pembelajaran. Sedangkan siswa berusaha memahami materi dengan baik sehingga dapat menyelesaikan pelajaran dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu bidang studi pendidikan yang diajarkan dalam pembelajaran adalah matematika. Matematika merupakan suatu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada hakekatnya matematika merupakan suatu ilmu yang diadakan atas akal (rasio) yang berhubungan dengan benda-benda abstrak. Namun hingga saat ini tidak terdapat suatu definisi tentang matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika.
Depdiknas (2006:3) menyebutkan bahwa pelajaran matematika pada materi geometri merupakan penyumbang terbesar yakni sekitar 40% dari seluruh materi pokok matematika di SMP/MTs. Dengan kata lain materi geometri yang didalamnya mencakup materi bangun ruang sisi datar memiliki kedudukan yang esensial dalam kurikulum. Namun demikian kedudukan geometri yang demikian esensial tidak lantas membuat pelajaran ini dapat dikatakan lebih baik di banding pelajaran matematika pada umumnya. Menurut Asaniah (2014::2) Penyebab lemahnya penguasaan konsep karena dalam pembelajaran materi geometri tidak mempertimbangkan tingkat perkembangan berfikir peserta didik. Meskipun benda-benda kongkret yang memuat bentuk dari konsep geometri banyak di temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk didalamnya bangun-bangun ruang sisi datar, namun realita di lapangan justru menunjukan pembelajaran geometri masih memerlukan perhatian yang serius termasuk pada materi bangun ruang sisi datar.
Secara umum pembelajaran yang baik sebenarnya menuntut siswa lebih aktif dan bersemangat dalam mempelajari suatu materi. Namun yang terjadi selama ini bukanlah demikian, kebanyakan siswa hanya menerima saja tanpa memberikan solusi lain dari pengetahuan yang siswa temukan. Hal ini didapat ketika peneliti melakukan proses kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, khususnya pada materi bangun ruang sisi datar. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan bangun ruang sisi datar khususnya dalam menentukan luas permukaan dan volume bentuk soal cerita, panjang diagonal bidang, diagonal ruang dan luas bidang diagonal.
Keadaan di atas menyebabkan rendahnya hasil belajar sebagian siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara semester genap tahun pelajaran 2018/2019 pada pembelajaran matematika rata – rata nilai ulangan harian sangat rendah yaitu 57 dari 29 siswa. Siswa yang tuntas belajar 9 siswa (31,03%) yang belum tuntas belajar 20 siswa (68,97%), berarti masih di bawah KKM yang diharapkan yaitu 68.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran matematika khususnya untuk meningkatkan kemampuan belajar pada Bangun Ruang Sisi Datar, untuk itu diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang tepat dalam mendukung perencanaan strategi mengajar yang akan diterapkan. Dalam penyampaian materi bangun ruang sisi datar kepada peserta didik peneliti ingin memberikan iklim yang kondusif pada perkembangan nalar, meningkatkan keaktifan dan kreatifitas peserta didik sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. Salah satu strategi pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu model cooperative learning.
Model cooperative learning yang bisa dijadikan alternatif pembelajaran dikelas adalah model cooperative learning tipe Jigsaw, karena model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut terhadap anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara koperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Slavin (2010:12) menyatakan model cooperative learning tipe Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 – 6 peserta didik dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain dan di akhir pembelajaran peserta didik mengerjakan kuis.
Berdasarkan batasan masalah di atas rumusan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika materi bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019? (2) Apakah melalui model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi bangun ruang sisi datar melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Belajar
Hanafiah dan Suhana dalam Kasmadi dan Sunariah (2014:29) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat adanya interaksi dengan lingkungan pembelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gagne dalam Susanto (2014:1) menyatakan belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Sunaryo dalam Komalasari (2010:2) menyatakan belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang secara sadar karena adanya interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan dalam dirinya menuju kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun perubahan nilai dan sikap (afektif)
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Degeng dalam Fathurrohman (2015:17) menyatakan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Sementara itu, Nata dalam Fathurrohman (2015:17) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Susanto (2014:19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Masitoh (2009:8) menyatakan bahwa didalam pembelajaran terdapat interaksi siswa dan guru, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian proses kegiatan yang melibatkan guru matematika dan siswanya sebagai upaya untuk mencari pengetahuan tentang matematika yang dilakukan dengan cara mengalami, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Pembelajaran matematika adalah usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki guru yang disampaikan kepada siswa dengan berbagai model, metode dan strateginya untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran matematika.
Pembelajaran Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar yang diberikan dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,2007: 15).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Untuk pelaksanaan pembelajaran Jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis.
Hakikat Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian (formatif) yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika, khususnya materi bangun ruang sisi datar yang mencakup pada kompetensi dasar (KD), yaitu (3.8)Membedakandan menentukanluas permukaandan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas), (4.8) Menyelesaikanmasalah yang berkaitandengan luas permukaandan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas),serta gabungannya. Adapun indikator pencapaian kompetensi (IPK) pada K.D pengetahuan adalah: (3.8.1). Memahami luas permukaan bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas), (3.8.2). Memahami volume bangun ruang sisi datar, (3.8.3). Menjelaskan perbedaan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas).
Sedangkan indikator pencapaian kompetensi (IPK) pada K.D keterampilan adalah: (4.8.1) Menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas) serta gabungannya (4.8.2). Menentukan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas), serta gabungannya, (4.8.3). Menyajikan hasil pembelajaran tentang bangun ruang sisi datar, (4.8.4). Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun ruang sisi datar
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para siswa.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan hasil tes yang berupa hasil nilai ulangan harian (tes formatif) dari kompetensi dasar (KD). Adapunsoal berupa, 10 soal essay, untuk masing-masing kompetensi dasar (KD), dengan alasan rata-rata hasil nilai ulangan harian (tes formatif) dari kompetensi dasar (KD) tersebut merupakan hasil belajar pada bangun ruang sisi datar.
Hakikat Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar adalah bangun tiga dimensi yang semua sisinya datar, yaitu bangun yang dapat dilihat dari semua sisinya datar. Media pembelajaran berupa model bangun ruang sisi datar dapat dijadikan media pengajaran. Benda asli sangat membantu guru dalam menerangkan sesuatu kepada siswa untuk memahami materi yang disampaikan.
Model bangun ruang sisi datar adalah media yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang tak mungkin kita peroleh dari benda yang sebenarnya. Model bangun ruang sisi datar dapat dibuat dalam ukuran lebih besar atau lebih kecil dari benda aslinya, atau memperlihatkan bagian-bagian yang rumit dari sebuah benda yang sebenarnya keadaan tertutup.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, bangun ruang sisi datar yang akan dibahas adalah kubus, balok, prisma (prisma segitiga, prisma persegi, prisma persegi panjang, prismabelah ketupat, prisma trapesium, limas segi- n beraturan) dan limas (limas segitiga, limas segiempat, limas segi-n beraturan).
Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika materi Bangun Ruang sisi Datar diajarkan di SMP/MTs pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dengan kompetensi dasar (KD): (3.8)Membedakandan menentukanluas permukaandan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas), (4.8) Menyelesaikanmasalah yang berkaitandengan luas permukaandan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas),serta gabungannya.
Pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe Jigsaw pada materi Bangun Ruang sisi Datar adalah pembelajaran matematika dengan suatu model pembelajaran kooperatif dengan strategi kelompok belajar.
Siswa dalam pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dituntut aktif dan kreatif untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan ide/gagasan yang dimiliki, dan dapat menyelesaikan tugas secara berkelompok. Materi bangun ruang sisi datar yang menarik dan menantang menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, kreatif, dan trampil dalam menyampaikan pendapat, mengemukakan ide/gagasan dalam menyelesaikan masalah, serta dengan adanya pemberian penghargaan pada kelompok di akhir pembelajaran, maka masing-masing siswa akan termotivasi untuk lebih aktif dalam kelompok dan berusaha untuk bekerja sama dalam kelompok dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menyumbangkan skor yang tinggi bagi kelompoknya. Dengan demikian semakin baik kemampuan belajar siswa, akan berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi bangun ruang sisi datar.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitasdanhasil belajar matematika siswa kelas VIIIF SMPNegeri 1 Jatinegara pada materi bangun ruang sisi datar semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Objek tindakan dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019
Setting Penelitian
Lokasi Penelitian, Sesuai dengan tugas mengajar dan tanggung jawab yang penulis miliki, maka penelitian ini dilaksanakan dikelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara yang beralamat Jalan Raya Timur Jatinegara Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.
Subyek Penelitian adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara, semester genap, Tahun Pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa kelas VIII F seluruhnya ada 29 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Waktu Penelitian, dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Juni 2019.
Metode Pengumpulan Data
Tes
Tes dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Dalam hal ini tes yang dimaksud adalah tes hasil belajar setelah pembelajaran selesai. Tes hasil belajar berisikan soal-soal yang berkaitan dengan materi bangun ruang sisi datar berbentuk soal uraian sebanyak 10 buah. Tes ini diberikan pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018 /2019.
Observasi
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi juga digunakan rekan sejawat peneliti selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini diperoleh deskripsi yang menggambarkan sejumlah kegiatan dalam pembelajaran seperti interaksi yang tinggi terjadi antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru serta kejadian penting selama proses pembelajaran berlangsung.
Dokumen
Dokumen pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data tambahan serta informasi lainnya yang mendukung baik dalam bentuk tulisan maupun yang ditargetkan.
Metode Analisis Data
Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada saat pembelajaran Matematika berlangsung. Observer melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang sudah disediakan.
Untuk menentukan nilai aktivitas belajar siswa menggunakan indicator skor dengan rentang 1-5, pada aktivitas belajar data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa kemudian oleh peneliti diubah dalam bentuk persentase untuk memudahkan melihat peningkatan aktivitas siswa. Data aktivitas siswa dari tabel observasi yang peneliti lakukan masih berupa bahan mentah dalam bentuk skor, untuk itu perlu diubah dalam bentuk persentase untuk memudahkan melihat peningkatan aktivitas siswa.
Analisis Tes Hasil Belajar Pengetahuan
Pemberian skor dilakukan dengan memberikan skor yang berbeda pada butir-butir soal. Bobot soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif. Setelah melakukan penskoran kemudian dihitung nilai rata-rata kelas. KKM mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Jatinegara adalah 68. Oleh karena itu, jika siswa telah mendapat nilai 68 maka telah mencapai ketuntasan belajar.
Sumber Data
Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari subyek penelitian, tidak melalui perantara, sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa materi bangun ruang sisi datar
Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam penelitian yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder merupakan data yang diperoleh sebagai pendukung untuk kelengkapan data penelitian. Data yang diambil bersumber selain dari subyek penelitian, berupa data yang berasal dari pengamatan oleh peneliti maupun teman sejawat.
Cara Pengambilan Keputusan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila komponen yang menjadi indikator penelitian telah memenuhi kriteria keberhasilan sebagai berikut. (1) Penelitian dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa secara klasikal pada kriteria aktif. (2) Penelitian dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa secara klasikal tuntas di atas 75%. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Matematika meteri bangun ruang sisi datar sebesar 68 atau (KKM = 68) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai ≥ 85%.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang merupakan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang dijumpai di kelas. Pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari empat komponen utama yaitu: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan, (d) refleksi tindakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Penelitian ini telah dilaksanakan pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 18 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII F karena berdasarkan hasil ulangan harian nilai rata-rata siswa tergolong rendah dan masih banyak siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 68, dimana tingkat ketercapaiannya baru 57%. Sedangkan materi untuk penelitian dipilih bangun ruang sisi datar karena berdasarkan hasil survai pada tahun sebelumnya 75% siswa mengatakan materi ini sulit untuk dipahami.
Kendala yang sering dihadapi sebagian besar siswa dan menjadi kendala utama adalah siswa belum cukup memahami bagian-bagian bangun ruang dan salah dalam mengidentifikasi bagian bangun ruang sisi datar tersebut sehingga dalam menghitung luas permukaan bangun ruang pada prisma dan limas menjadi rendah, sehingga sebelum kegiatan siklus I di mulai siswa diberi tugas untuk membuat gambar prisma dan limas beserta jaring-jaringnya.
Karena hasil belajar yang masih rendah maka diadakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw.
Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I tahapan yang dilakukan berupa perencanaan (planning), tindakan (aplication), pengamatan (observation), refleksi (reflektion).
Pada tahap observasi ini, peneliti merekam berbagai jenis data yang berkaitan dengan dampak tindakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara baik, menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 75, dimana nilai tertinggi kelas 95 dan nilai terendah kelas 60. Jumlah siswa yang sudah tuntas sebanyak 18 siswa atau 62% dan masih ada 11 siswa yang belum tuntas atau 38%. 11 minimal (KKM) kelas sebesar 68.
Dari hasil penelitian tindakan kelas di atas tentang menentukan luas permukaan/sisi pada bangun ruang sisi datar pada siklus I, dapat diperoleh data bahwa sebenarnya siswa sudah cukup tertarik dengan kegiatan pembelajaran melalui model kooperatif tipe Jigsaw walaupun hasil yang diperoleh belum sesuai harapan dan belum memuaskan peneliti, dimana pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal, yaitu baru mencapai 62% dari mininal 38% yang harus dicapai maka peneliti akan mengintensifkan dan memaksinalkan pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ke II berdasarkan kelemahan dan kelebihan model kooperatif tipe Jigsaw.
Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator pada siklus II, diketahui adanya peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa mulai serius ketika mendengarkan penjelasan dari guru. Bentuk peningkatan yang paling terlihat adalah siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit sehingga lebih efektif dan efesien. Kontribusi semua anngota terhadap kelompoknya juga semakin merata, sehingga ketergantungan terhadap salah satu anggota semakin berkurang. Hal ini terlihat jelas saat presentasi. Semua anggota ikut aktif tanpa harus ditunjuk oleh guru.
Peningkatan keterlibataan siswa dalam proses pembelajaran ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa sebagai mana yang terlihat hasil nilai rata-rata tes yang telah mencapai nilai sebesar 84,7, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 64. Tingkat ketuntasan pada siswa juga mengalami kenaikan menjadi 25 siswa, sedangkan yang tidak tuntas tinggal 4 siswa. Pada presentase ketuntasan juga ada kenaikan menjadi 86,21%, dan siswa yang belum tuntas tinggal 13,79%.
Berdasarkan uraian hasil penelitian siklus II diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum model pembelajaran Jigsaw yang dilakukan peneliti mampu meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII F dengan perolehan ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,21%, sehingga indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini sudah melampaui ketentuan ketuntasan klasikal sebesar 85%.
Pembahasan
Penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada kelas VIII F dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I merupakan tindakan awal yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menghitung luas sisi prisma dan limas. Siklus II dilakukan sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam siklus I.
Hasil belajar siswa terjadi peningkatan pada nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II, dimana perolehan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 75 sedangkan siklus II mencapai nilai rata-rata 84,7, ini berarti ada peningkatan nilai sebesar 9,7. Selain terjadi peningkatan pada nilai rata-rata, terjadi pula peningkatan pada nilai terendah yang di peroleh siswa. Pada siklus I nilai terendah siswa 60 sedangkan pada siklus II nilai terendah menjadi 64, sehingga ada peningkatan nilai sebesar 4. Presentase ketuntasan belajar bangun ruang sisi datar dari siklus I dan siklus II, dimana pada siklus I presentase ketuntasan belajar baru mencapai 62%, sedangkan pada siklus II sudah mencapai 86,21%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ada peningkatan pada tingkat ketuntasan sebesar 24,88%, dan telah mencapai batas ketuntasan kelas (ketuntasan klasikal) sebesar 85%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas tentang: Upaya Meningkatkan Aktivitas danHasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2018/2019, maka dapat di terima.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw pada kelas VIII F SMP Negeri 1 Jatinegara Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penggunaan model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII F siswa SMP Negeri 1 Jatinegara semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019
- Hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran terjadi peningkatan. Peningkatan itu terlihat dari hasil tes antara siklus I dan siklus II. Berdasarkan skor tes nilai rata-rata pada siklus I sebesar 62,0, sedangkan pada siklus II mencapai 85,21 sehingga terjadi peningkatan sebesar 23,21. Pada aspek ketuntasan belajar siswa terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 16,88% atau 6 siswa, dimana pada siklus I siswa tuntas sebesar 72% atau sebanyak 26 siswa, sedangkan pada siklus II siswa tuntas sebesar 88,88% atau sebanyak 32 siswa dari 29 siswa.
Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian sebagai berikut:
- Para guru matematika khususnya dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang sebaiknya menggunakan media /alat peraga yang didukung dengan media/alat peraga bangun ruang. Dengan langkah yang sistematis dengan media/alat peraga dapat menambah pemahaman siswa tentang soal yang diberikan pada siswa. Hal ini akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
- Guru peneliti bidang pendidikan matematika hendaklah selalu mengedepankan dalam pemahaman siswa tentang materi yang mereka pelajari. Para peneliti dari pendidikan matematika hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah serupa dengan memilih metode pembelajaran yang lebih bervariatif serta mengena pada tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 2007. Learning to Teach. Yogykarta: Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum. Balitbang. Depdiknas.
Fathurohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Arruzzmedia. Yogyakarta.
Kusmadi dan Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern penelitian kuantitatif. Alfabeta. Bandung
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Prenadamedia Group.Jakarta.
Slavin,R E. 2010. Cooperative learning: teori,riset dan praktek. Bandung: Nusamedia.