UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PADA MATERI KERJASAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA

KELAS III SD NEGERI 1 DANGURAN,

KECAMATAN KLATEN SELATAN, KABUPATEN KLATEN

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Chatarina Panggihyani

SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

 

ABSTRAK

Rumusan Masalah adalah (1) Bagaimanakah proses pembelajaran IPS berlangsung menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017? (2) Berapa prosenkah kenaikan hasil belajar IPS siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten setelah mengikuti pembelajaran IPS menggunakan metote Student Teams Achievement Divisions (STAD) Tahun Pelajaran 2016/2017?. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan tes tertulis, sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai hasil tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan perbaikan 1 (siklus 1) dan nilai hasil tes setelah tindakan perbaikan 2 (siklus 2), kemudian direfleksikan.  Hasil penelitian berupa kesimpulan yang menunjukkan bahwa (1) Proses pembelajaran IPS berlangsung menggunakan metote Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017 sesuai prosedur, hanya pada siklus II, dalam pembelajaran IPS guru mengkombinasikan metode STAD dengan penggunaan gambar-gambar tentang kerjasama di lingkungan keluarga. (2) Prosentase kenaikan hasil belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah sebesar 18% dari kondisi awal ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 64%. Dari dua kesimpulan tersebut dapat dijelaskan bahwa penerapan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPS, Metote STAD

ABSTRACT

 The formulation of the problem is (1) How does the social studies learning process take place using the Student Teams Achievement Divisions (STAD) method on third grade students of 1 Danguran Public Elementary School, South Klaten District, Klaten District 2016/2017 Academic Year? (2) How many percent of the increase in social studies learning outcomes of grade 3 students at Danguran 1 Public Elementary School, South Klaten Subdistrict, Klaten Regency after taking Social Studies learning using the Student Teams Achievement Divisions (STAD) method for the 2016/2017 Academic Year ?. The subjects of this study were all third grade students of 1 Danguran Public Elementary School, South Klaten Subdistrict, Klaten Regency 2016/2017 academic year, totaling 28 students. Data collection techniques used observation, and written tests, while data analysis techniques used descriptive comparative, namely comparing the value of test results from the initial conditions, test scores after corrective action 1 (cycle 1) and the value of test results after corrective action 2 (cycle 2), then reflected. The results of the study are in the form of conclusions which show that (1) The social studies learning process takes place using the Student Teams Achievement Divisions (STAD) method for third grade students of 1 Danguran Public Elementary School, South Klaten District, Klaten District 2016/2017 Academic Year according to the procedure, only on cycle II, in social studies learning the teacher combined the STAD method with the use of images about collaboration in the family environment. (2) Percentage of increase in learning outcomes of class III students of Public Elementary School 1 Danguran, District of South Klaten, Klaten District 2016/2017 Academic Year is 18% from initial conditions to cycle I, and from cycle I to cycle II there is an increase of 64%. From these two conclusions, it can be explained that the application of the STAD method (Student Teams Achievement Divisions) can improve the learning outcomes of class III students at the Danguran 1 Public Elementary School, South Klaten District, Klaten District 2016/2017 Academic Year.

Keywords: Social Studies Learning Outcomes, STAD Method

 

Latar Belakang Masalah

 Pendidikan secara umum adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkann dirinya untuk memiliki kecerdasan, pengendalian kepribadian, keagamaan, akhlak, dan budi pekerti. Pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adaptasi dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

 Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terwujudnya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa kearah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Tugas seorang guru salah satunya adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, karena mutu hasil pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif guna mencapai hasil pembelajaran yang optimal sehingga diperlukan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). IPS merupakan mata pelajaran yang berisi konsepkonsep abstrak, sehingga membutuhkan metode yang tepat yang harus dilakukan oleh seorang guru agar konsep-konsep abstrak dalam IPS dapat tersampaikan kepada siswa dan berdampak pada perolehan hasil belajar yang optimal. Salah satu bahan ajar dalam pembelajaran IPS adalah kerjasama di lingkungan rumah.

 Berdasarkan hasil observasi di SD 1 Danguran, Keca,atan Klaten Selatan Kabupaten Klaten diperoleh bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS dengan materi kerjasama di lingkungan keluarga tergolong masih rendah. Rata-rata nilai ulangan hanya mencapai 58,8. Nilai ini belum memenuhi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan di kelas tersebut yaitu sebesar 65. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM baru 5 anak atau sekitar 18% sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sejumlah masih 23 siswa atau 82% Nilai IPS masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain.

 Guru dalam proses pembelajaran pada umumnya cenderung lebih dominan dalam menyampaikan informasi (teacher centered). Kurangnya kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan model pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan karena kebanyakan guru mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah guru adalah sumber utama pengetahuan. Indikator keberhasilan IPS ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, ketrampilan dan perubahan perilaku siswa Guru dalam menyampaikan materi lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang menggunakan metode maupun model pembelajaran yang bervariasi sehingga masih ada beberapa siswa yang kurang tertarik terhadap pembelajaran IPS dan kurang memperhatikan saat guru menjelaskan. Dalam proses pembelajaran siswa kurang diajak untuk belajar aktif, kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam proses belajar dengan kata lain belum menerapkan belajar bekerjasama dalam kelompok yang heterogen kepada siswa. Artinya, selama ini guru bertugas memberikan materi secara utuh terhadap siswa, adapun belajar kerjasama hanya sebatas dengan teman satu bangkunya belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan sebuah permasalahan secara berkelompok yang mempertimbangkan perbedaan individu dalam pembagian kelompoknya (heterogen).

 Dengan melihat uraian di atas, penuls selaku guru mencoba menerapkan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kerjasama dalam belajar di kelas sesuai potensinya secara maksimal. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Arends (Agus Suprijono, 2009: 46) mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Jadiketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran secara tidak langsung akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

 Salah satu cara yang cukup efektif yang dipilih penulis untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 3 SD Negeri 1 Danguran adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Menurut Slavin (2005: 143) STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Sri Haryanti (2009) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) akan merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dan akan meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang merupkan hasil dari kegiatan yang di dalamnya saling interaksi dan saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Itulah alasan penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode kooperatif model Student Team- Achievement (STAD) sebagai upaya meningkatkan pembelajaran IPS materi kerjasama di lingkungan keluarga pada siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2016 / 2017.

 Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan bahwa proses pembelajaran IPS berlangsung menggunakan metote STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017 terlaksana sesuai teori yang ada pada landasan teori (2) Menjelaskan prosentase kenaikan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten setelah mengikuti pembelajaran IPS menggunakan metote STAD (Student Teams Achievement Divisions) Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kajian Teori

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah semua yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda (Keller dalam Rusmono, 2012: 7).Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur: jiwa dan raga. Atau belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2008: 13).Hakikat belajar adalah perubahan atau change, yaitu perubahan tingkah laku pada diri orang yang belajar sesuai yang dikehendaki yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku (Djamarah, 2008: 14).

 Hasil belajar menurut Abdurrahman adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (1999: 37). Hasil belajar merupakan outputs/keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 1999: 38). Hasil belajar merupakan bentuk dari dua kata hasil dan belajar.Hasil belajar dari dua kata “hasil” dan “belajar”, hasil berarti sesuatu yang diadakan, dijadikan karena suatu usaha (KBBI, 2002: 391). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diperoleh karena ada suatu usaha atau adanya suatu proses suatu kegiatan. Hasil belajar IPS yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar “Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat, sekolah dan desa”, yang menjadi salah satu materi yang diajarkan di SD Negeri 1 Danguran.

Wujud Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Agus Suprijono, 2009: 5). Gagne dalam Agus Suprijono menjelaskan bahwa hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon terhadap rangsangan spesifik. (2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang, yang terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, analistis sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. (3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, yang meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut, ini merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Metode Cooperative Learning Model STAD

 Model belajar Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar (Solihatin, 2008: 5).Cooperative Learning dimaksudkan siswa belajar melakukan tugas dalam grup dua orang atau lebih.Mereka didorong dan dimotivasi untuk membantu temannya dalam belajar (bukan saling berkompetisi dalam grup).Mereka saling bergantung atas usaha bersama untuk mencapai keberhasilan.Mereka memegang tanggung jawab bersama dalam belajar, sebagai anggota grup maupun sebagai individu (Yamin, 2008: 74).Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Solihatin, 2008: 4). Jadi Cooperative Learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Untuk penelitian ini, yang digunakan adalah Cooperative Learning model STAD. teknik dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Tujuan dari penggunaan metode ini adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan guru. Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompokkelompok, masing-masing beranggotakan empat orang yang beragam dalam hal kemampuan, jenis kelamin, dan suku (Sharan, 2009:5-6). Kerja kelompok dalam STAD bukan hanya sekedar bekerja dalam kelompok seperti yang selama ini digunakan pada metode lain, tetapi dimaksudkan agar siswa lebih cepat memahami materi melalui kerja kelompok. Jumlah siswa dalam kelompok adalah empat orang siswa agar tidak ada anggota yang kurang aktifn dalam menyelesaiakan tugas.

Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning model STAD adalah: (1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang secara heterogen. (2) Guru menyajikan pelajaran.(3) Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lain yang sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. (4) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis antar anggota tidak boleh saling membantu menjawab.(5) Memberi evaluasi (Wiwik Indriyani, 2008: 16).

 Kelebihan dari metode pembelajaran student teamachievement divisionsdiantaranya yaitu: (a) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling baik untuk digunakan para guruyang baru mengenal bentuk pembelajaran kooperatif karena metode ini lebih sederhana dan lebih mudah diterapkan (Slavin, 2009: 143). (2) b) Unsur kerja kelompok dalam STAD yaitu siswa tidak terlalu menggantungkan semuanya pada guru. (3) Masing-masing kelompok beranggotakan empat atau lima orang yang beragam dalam hal kemampuan, jenis kelamin, dan suku (Sharan, 2009:5-6). Jumlah siswa dalam kelompok adalah empat atau lima orang siswa agar tidak ada anggota yang kurang aktif dalam menyelesaiakan tugas. (4) Kelompok dalam STAD dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa sesama kelompok. (5) Keberhasilan kelompok tergantung dari keberhasilan individu karena setiap akhir siklus diadakan kuis individu untuk menilai sejauh mana siswa telah memahami materi yang diberikan. Setiap siswa akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang maksimum melalui belajar. Anggota kelompok harus saling membantu dalam belajar agar semua siswa dapat menyumbang poin terbaik. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, metode pembelajaranSTAD sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan.Wina sanjaya (2009:250) mengemukakan keterbatasan dari metode pembelajaran kooperatif sebagai berikut (1) a) Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengerti dan memahami filosofi dari metode pembelajaran kooperatif. (2) b) Apabila peer teaching tidak efektif, maka bisa terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. (3) c) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.

Metode Penelitian

Tempat penelitian adalah SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli sampai September 2017, waktu tiga bulan ini digunakan untuk penyusunan proposal, pelaksanaan tindakan, dan untuk penyusunan laporan.

 Bentuk penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, sikap secara individual maupun kelompok (Sukamadinata, 2005: 60). Penelitian tindakan merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan (Sukamadinata, 2005: 56). Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Saifudin Azwar, 2007: 34). Subjek yang diteliti adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari perempuan 12 dan laki-laki 18. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa sebagai subjek penelitian, guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai kolaborator/pengamat yang membantu penilis melakukan tindakana kelas.

Teknik yang digunakan untuk memeroleh data adalah: (1) Tes tertulis, berupa soal-soal uraian/esai buatan guru yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi kerjasama di lingkungan keluarga, (2) Observasi/Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten pada saat pembelajaran IPS dengan menerapkan metote STAD (Student Teams Achievement Divisions). (3) Dokumentasi, berupa daftar nama dan daftar nilai siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2016/2017.

 Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka, yaitu nilai siswa setelah mengerjakan soal tes tentang kerjasama di lingkungan keluarga dan hasil pengamatan teman sejawat. Karena data yang dianalisis berupa angka, dan non angka, maka analisis yang dilakukan adalah dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari nilai tes siklus 1 dan nilai tes setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi juga hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.

Hasil Pembelajaran Siklus I

 Proses pembelajaran siklus I berjalan sbb: Guru memulai tahap ini dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai pada hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang kerjasama di lingkungan keluarga. Tahap berikutnya siswa dibuat dalam kelompok-kelomok yang terdiri dari 4 siswa. Pada tahap ini setiap kelompok diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari dalam kerja kelompok, dalam kelompok siswa saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. Tahap berikutnya siswa mengerjakan tes individu (kuis) yang sudah dipersiapkan oleh guru dan dikerjakan secara individu. Tahap berikutnya guru menghitung skor perkembangan/kemajuan individu, lalu guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki skor terbaik berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa sudah terdapat 10 anak atau 36% anak yang memperoleh nilai ≥ KKM yaitu 65, berarti masih terdapat 18 anak atau 64% anak yang belum tuntas dalam belajar. Dengan melihat hasil evaluasi belajar di atas, maka peneliti mengadakan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan hasil belajar IPS semua siswa.

Hasil Pembelajaran Siklus II

 Proses pembelajaran siklus II berjalan sama seperti pada pembelajaran siklus I hanya pada diskusi kelompok guru memberikan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam diskusi. Media yang digunakan berupa gambar-gambar tentang kegiatan kerjasama di lingkungan keluarga seperti gambar keluarga sedang bersih-bersih rumah, sedang memasak bersama, sedang dikebun bersama. Kegiatan lain sama, dan pada akhir pembelajaran guru memberikan tes secara terulis untuk dikerjakan secara individu. Hasil tes tertulis pada siklus II dapat dijelaskan bahwa pada semua siswa atau 100% anak telah memperoleh nilai ≥ KKM yaitu 65 dengan nilai rata-rata sebesbar 82,5. Dengan melihat hasil evaluasi belajar di atas, maka peneliti menghentikan tindakan kelas dengan metode STAD ini pada siklus II dan dilanjutkan pada penyusunan laporan.

Kesimpulan

 Kesimpulan pelaksanan tindakan kelas ini adalah (1) Proses pembelajaran IPS berlangsung menggunakan metote STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017 sesuai yang tercantum pada landasan teori, hanya pada siklus II, dalam pembelajaran IPS guru mengkombinasikan metode STAD dengan penggunaan gambar-gambar tentang kerjasama di lingkungan keluarga. (2) Prosentase kenaikan hasil belajar siswa siswa kelas III SD Negeri 1 Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2016/2017adalah sebesar 18% dari kondisi awal ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 64%. Dari dua kesimpulan tersebut dapat dijelaskan bahwa penerapan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri

Daftatr Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dep Dik Nas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Slavin, Robert. E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. (Terjemahan). Jakarta: Nusa Media.

Sri Haryanti 2009. Peningkatan hasil belajar IPS melalui model kooperatif tipe STAD (Student Team- Achievement) di Kelas V SD I Istiqomah Ungaran Kabupaten Semarang.

Suharsimi Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Slavin, Robert.E. (2005).Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. (Terjemahan). Jakarta: Nusa Media.

Sharan, Shlomo, 2008. (Terj. Sigit Prawoto) Handnbook of Cooperative Learning. Yogyakarta: IMPERIUM

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.

Wiwik Indriyani. 2008. Pembelajaran Bahasa Jawa Dengan Berbagai Model Pembelajaran Yang Inovatif (Makalah).

Yamin, Martinis. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.Jakarta: Gaung Persada Press.