UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR UUD 1945

DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DI SMA NEGERI 1 NGUTER SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Paryanta

SMA Negeri 1 Nguter, Sukoharjo

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model problem based learningdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi UUD RI 1945 dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PPKn pada siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Nguter pada semester I tahun pelajaran 2018/2019.Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter. Subjek penelitian berjumlah 36 siswa yang berada di kelas X MIPA1 dengan pertimbangan bahwa aktivitas dan hasil belajar PPKn siswa materi ketentuan UUD 1945 tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas tersebut rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket dan tes. Hasil penelitian ini adalah (1) Proses pembelajaran model Problem based learningmampu meningkatkan hasil belajar siswa materi ketentuan UUD 1945 tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Proses pembelajaran model Problem based learningmampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 100% dan nilai rata-rata sudah mencapai 82(3) Tindakan yang diberikan dalam bentuk tugas diskusi kelompok melalui problem based learningdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama di dalam kelompok dan menjadikan pembelajaran lebih berpusat kepada siswa. (4) Tindakan yang berupa pemberian tugas mempresentasikan hasil diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat secara lisan di depan teman-temannya. Simpulan dalam penelitian ini adalah model problem based learning dapat dipakai untuk meningkatkan hasil dan prestasi siswa dalam belajar PPKn.

Kata kunci: model problem based learning, hasil belajar, materi berbangsa dan bernegara

 

PENDAHULUAN

Fenomena yang ada saat ini, kebanyakan siswa kurang menyukai pelajaran PPKn di sekolah, dikarenakan proses pembelajaran yang ada saat iniberjalan berorientasi pada materi. Hal ini dapat disebabkan dari beberapa faktor baik dari siswa, guru ataupun lingkungan belajar anak. Faktor dari anak antara lain kurangnya minat anak untuk belajar PPKn, mereka lebih menyenangi belajar sesuatu yang bersifat psikomotorik/ketrampilan. Padahal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bersifat kognitif/pengetahuan. Faktor dari guru antara lain kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran, kebanyakan guru masih menggunakan metode-metode lama seperti metode ceramah yang membosankan dan membikin anak mengantuk atau bicara sendiri. Padahal saat ini sudah banyak dikembangkan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada keaktifan siswa. Faktor lingkungan antara lain pengaruh pergaulan yang cenderung ke arah negatif, adanya sinetron di Televisi, Playstation, games online di warnet, dan lain sebagainya yang menyita perhatian dan konsentrasi anak untuk belajar lebih baik. Faktor –faktor tersebut ternyata sangat berpengaruh pada perolehan hasil belajar anak, termasuk dalam belajar PPKn.

SMA Negeri 1 Nguter saat ini juga tidak terlepas dari fenomena tersebut di atas. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, aktivitas dan minat siswa serta prestasi belajar PPKn di SMA Negeri 1 Nguter belum dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar yang kurang dan nilai ulangan harian yang rata-rata masih jauh dari harapan. Ada kecenderungan, anak tidak begitu tertarik dengan pelajaran PPKn karena selama ini pelajaran PPKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PPKn siswa di sekolah.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn. Dalam hal ini penulis memilih model Problem based learning(Pembelajaran berbasis masalah).

KAJIAN TEORI

Problem based learningadalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

Menurut. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem based learningsebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn.

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan model Problem based learninguntuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mata pelajaran PPKn Kelas X SMA Negeri 1 Nguter.

METODOLOGI

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter yang merupakan tempat bertugas peneliti sebagai guru PPKn di sekolah tersebut. Penelitian tindakan ini di laksanakan selama 6 bulan yaitu tanggal 1 Juli 2018 sampai dengan tanggal 31 Desember 2018. Adapun rincian kegiatan penelitian tersebut adalah: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, penggandaan dan pengiriman laporan penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1 Nguter. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas X MIPA1.. Siswa kelas tersebut berjumlah 36 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Sementara itu, guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri yaitu Paryanto, S. Pd.

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang aktivitas dan minat siswa dalam belajar PPKn, hasil belajar PPKn, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk pengunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi (1) Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa. (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran PPKn. (3) Dokumen atau arsip, antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku penilaian.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, evaluasi tertulis, dan angket. Pengamatan dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan dilaksanakan kepada siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengamatan terhadap guru yaitu pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar sejarah siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai. Setiap soal yang dikerjakan oleh siswa dianalisis dan nilai dari setiap soal digabung untuk mendapatkan nilai keseluruhan.

Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pendapat siswa tentang model pembelajaran yang sudah di terapkan oleh guru. Angket yang digunakan yaitu angket langsung dimana angket ini diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran pada akhir kondisi awal, akhir siklus I dan akhir siklus II.

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah (1) Hasil belajar dan angket di validasi empirik secara kualitatif. (2) Proses pembelajaran divalidasi datanya melalui triangulasi yang mencakup peneliti, peserta didik dan observer. Validasi pengamatan, dilakukan dengan cara mendiskusikan bersama observer.

Teknik analisa data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik analisis ini mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data. Selain itu juga sering digunakan teknik komparatif yaitu membandingkan hasil antar siklus maupun dengan hasil PTK lain.

Pada penelitian ini, data hasil belajar siswa (dengan tes) yang di analisis adalah nilai ulangan harian. Hasil belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

Proses pembelajaran model Problem based learningyang divalidasi datanya dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari sisi proses dan hasil. Indikator dari sisi proses yaitu dengan meningkatnya aktivitas dan minat belajar PPKn. Dan indikator dari sisi hasil yaitu peningkatan hasil belajar (kondisi awal/sebelum penelitian ada 40% siswa yang tuntas, setelah siklus I ada 70% siswa yang tuntas, setelah siklus II ada 85% siswa yang tuntas)

Penelitian tindakan kelas ini akan di buat dalam 2 siklus dan dalam setiap siklusnya dibagi menjadi 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan analisis dan refleksi.

Siklus I

Perencanaan, antara lain (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (2) Materi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan model Problem based learning (3) Menyusun lembar kerja siswa (4) Mengembangkan format evaluasi

Tindakan, antara lain meliputi (1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada RPP. (2) Membagi kelas menjadi 6 kelompok besar masing-masing 6 siswa. (3)Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber. (4) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari. (5) Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru. (6) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi. (7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). (8) Guru memberikan ulangan harian sesuai dengan materi yang telah di bahas.

Observasi, meliputi: (1) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam (Handycam), catatan anekdot untuk mengumpulkan data. (2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).

Refleksi, meliputi: (1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. (2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa. (3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Perencanaan, antara lain: (1)Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah. (2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi kedudukan warga negara dan penduduk Indonesia dengan model Problem Based Learning

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: (1)Guru melakukan appersepsi (2)Membagi kelas menjadi 12 kelompok kecil masing-masing 3 siswa. (3) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. (4) Siswa mengamati gambar-gambar/foto-foto yang sesuai dengan materi. (5) Siswa bertanya jawab tentang gambar/foto. (6) Siswa menceritakan cara cara penyelesaian kewarganegaraan yang pernah terjadi di Indonesia yang ada pada gambar. (7) Siswa mengumpulkan bacaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan. (8) Presentasi hasil diskusi.(9) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.(10) Guru memberikan ulangan harian sesuai dengan materi yang telah di bahas.

Observasi, antara lain (1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. (2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan Refleksi, antara lain: (1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul. (2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II. (3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada pembelajaran selanjutnya.

PEMBAHASAN

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan, yaitu kelas X MIPA.1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018/2019. Untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang menjadi objek tindakan kelas ini maka peneliti melakukan langkah – langkah sebagai berikut:

Perencanaan.

Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas kelas X MIPA.1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018/2019 maka peneliti merencanakan pembelajaran langsung dengan menggunakan metode ceramah biasa. Namun peneliti di dampingi oleh Observer untuk mengamati kegiatan belajar mengajar. Peneliti dan observer menyiapkan alat tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan penguasaan materi sejarah dari siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode ceramah biasa.

Pelaksanaan.

Pelaksanaan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Selasa, 7 Agustus 2018 jam 07.00 – 08.30. Di awali pengajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode ceramah pada materi Mendeskripsikan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan pertemuan kedua pada hari Selasa, tanggal 8 Agustus 2018 jam 07.00 – 08.30 di adakan ulangan harian untuk mendapatkan nilai siswa dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil Observasi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan bahwa pada pengajaran yang dilakukan, peneliti (guru) masih menggunakan cara pengajaran yang tradisional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan pengajaran materi sejarah tersebut diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran berlangsung terlihat siswa asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak ada kaitannya dengan apa yang disampaikan guru. Justru masih terlihat anak – anak yang bermain – main dengan temannya tanpa memperdulikan apa yang disampaikan oleh guru pengajar.

Dari hasil obeservasi tersebut dihasilkan data awal (1) Rata-rata nilai ulangan harian adalah 72 (2) Siswa yang sudah tuntas belajar 21 siswa (N ≥ 70) (3) Siswa yang belum tuntas belajar 15 siswa (N £70) (4) Prosentase siswa yang sudah tuntas adalah 58,33%.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa kondisi awal siswa kelas X MIPA.1. mempunyai aktivitas dan minat yang kurang terhadap belajar PPKn. Dan secara klasikal, prestasi belajar siswa juga belum baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh hanya 73 dan siswa yang tuntas belajar hanya 58,33%.

Refleksi.

Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk meningkatkan belajar kemampuan penguasaan materi PPKn dari siswa kelas X MIPA.1 SMA Negeri 1 Nguter. Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan tindakan penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning.

Deskripsi Siklus I

Pada siklus I terdiri dari 4 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus I terdiri dari:

Perencanaan

Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini direncanakan menyusun (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (2) Menyiapkan materi ” Ketentuan UUD 1945 mengenai wilayah negara Republik Indonesia” dengan model problem based learning (3) Menyusun lembar kerja siswa (4) Mengembangkan format evaluasi (5) Mengembangkan format observasi aktivitas pembelajaran

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Agustus 2018 dari jam 07.00 – 08.30. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi belajar. Kegiatan pendahuluan ini berlangsung selama 5 menit.

Pada kegiatan inti, peneliti memberikan materi ”Yang manakah termasuk wilayah negara Indonesia sebelumnya guru memberikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan pemberian latihan melalui LKS secara individual. Semuanya dilaksanakan melalui Problem based learningsebagai berikut.

1)    Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

2)    Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) Mengorientasi siswa pada masalah. Hal yang dilakukan adalah guru mengajukan beberapa masalah kontekstual yang terkait dengan penyebab timbulnya sengketa masalah wilayah negara. (2)) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 6 siswa dan meminta setiap kelompok untuk menggunakan ide dari kelompoknya sendiri menyelesaikan masalah yang diberikan.(3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mengaktifkan diskusi dalam kelompok dan berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menanggapi hasil pemecahan kelompok lain. Guru mengamati siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa. Kemudian untuk mengetahui pemahaman siswa guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara individu. Selanjutnya guru memberikan contoh yang termasuk wilayah Indonesia.

3) Penutup. Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, selanjutnya memberi tugas dan latihan secara mandiri. Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi tugas untuk dikerjakan dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 5 menit.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 28 Agustus 2018 dari 07.00 – 08.30. diawali dengan pembahasan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dilanjutkan dengan penyampaian materi kedudukan warga negara dan penduduk Indonesia dan diakhiri dengan diskusi kelompok yang diikuti dengan presentasi siswa. Semuanya dilaksanakan melalui Problem based learningsebagai berikut.

1)   Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan terlebih dahulu guru bersama siswa membahas tugas mandiri yang dianggap sulit bagi siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

2)   Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) Mengorientasi siswa pada masalah. Guru mengajukan dua masalah kontekstual yang terkait dengan kasus kewarganegaraan. Dilanjutkan guru melakukan tanya jawab dengan pertanyaan yang dapat membimbing siswa menemukan sendiri penyelesaian kewarganegaraan yang sudah terjadi di Indonesia. (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari teman sebangku dan meminta setiap kelompok untuk menggunakan ide dari kelompoknya sendiri menyelesaikan masalah yang diberikan. (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mengaktifkan diskusi dalam kelompok dan berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menanggapi hasil pemecahan kelompok lain. Guru mengamati siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa.

3)   Penutup. Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, Dari Waktu yang tersisa, guru memberikan ulangan harian untuk dikerjakan secara individual.

 

Observasi

Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut: (a) Siswa banyak yang terkejut dan penasaran dengan apa yang dibawa oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, tetapi masih ada beberapa siswa yang acuh tak acuh. (b) Beberapa siswa kurang memperhatikan dan fokus terhadap materi yang dijelaskan guru. (c) Beberapa kelompok masih belum paham dengan masalah yang diberikan dan kesulitan dalam menyelesaikannya. Tetapi ada juga kelompok yang sudah dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. (d) Beberapa siswa masih kesulitan melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri suatu konsep, hal ini disebabkan karena guru biasanya mentransfer materi pelajaran. (e) Ada beberapa kelompok yang anggotanya kurang kompak, ada siswa yang mendominasi dan ada siswa yang tidak ikut bekerja dalam diskusi. (f) Masih banyak siswa (kelompok) yang kurang teliti dalam perhitungan menyelesaikan masalah yang diberikan. (g) Banyak siswa yang masih enggan mewakili kelompoknya untuk menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas. (h)Selama siswa menyajikan hasil diskusi belum ada kelompok lain yang berani memberikan tanggapan, dikarenakan kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat.

Hasil Observasi.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung menarik. Sebagian besar siswa sudah menunjukkan keseriusann dalam belajar PPKn. Dari hasil observasi, angket minat belajar PPKn dan ulangan harian pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

 Rata-rata nilai ulangan harian adalah 78, yang terdiri dari (1) Siswa yang sudah tuntas belajar 33 siswa (2) Siswa yang belum tuntas belajar 3 siswa (3) Prosentase siswa yang sudah tuntas adalah 91,67%.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada siklus I dari 36 siswa kelas X MIPA.1, aktivitas dan minat belajar PPKn sudah mulai meningkat. Dan secara klasikal, prestasi belajar siswa sudah baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh yaitu 78 dan siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 91,67%.

Refleksi.

Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refeksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus pertama di dapatkan hasil refleksi sebagai berikut: (a) Dalam menentukan perwakilan kelompok untuk menjadi penyaji kurang efektif, karena masih saling menunjuk temannya. Oleh karena itu sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelompok harus sudah menunjuk wakilnya untuk menjadi penyaji. (b) Penampilan siswa masih tampak ragu-ragu, malu dan tampak tegang. Akibatnya suara kurang keras dan cenderung seperti membaca biasa. (c). Keberanian siswa untuk bertanya masih sangat kurang, terlihat banyaknya siswa yang masih kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Siswa baru berani bertanya setelah guru berkeliling mendekati siswa. (d) Aktivitas belajar siswa terhadap proses pembelajaran sudah meningkat dengan rata-rata skor 69. (e) Minat siswa terhadap proses pembelajaran sudah meningkat dengan rata-rata skor 68 dan ini harus ditingkatkan lagi agar diperoleh hasil yang maksimal. (f) Dari hasil ulangan harian pada siklus I ini, siswa yang tuntas belajar 33 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 3 anak. Dengan nilai rata-rata 78.

Secara garis besar, pelaksanaan siklus pertama berlangsung cukup baik, karena kegiatan ini merupakan hal yang baru bagi guru. Kegiatan siklus I perlu diulang, karena berdasarkan hasil evaluasi nilai rata-rata kelas sudah meningkat. Agar kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, bekerjasama dengan kelompok dapat ditumbuh kembangkan dan hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan, maka upaya perbaikan pada siklus berikutnya seperti hal di bawah ini. (1) Guru lebih memotivasi siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada saat berlangsungnya pembelajaran. (2) Untuk meningkatkan pemahaman siswa guru membuat kartu masalah untuk diskusi sehingga mampu mengeksplorasi pemahaman siswa pada materi yang disampaikan. Serta siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah ”sengketa” yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. (3) Tetap menggunakan model pembelajaran yang sama dalam KBM, namun anggota kelompoknya diperkecil menjadi 3 siswa dalam setiap kelompoknya, sehingga aktivitas setiap anggota kelompok semakin tinggi

Deskripsi Siklus II

Perencanaan

Untuk melakukan penelitian pada siklus II ini peneliti merencanakan tindakan yang meliputi (1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah. (2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi mengklasifikasikan tentang ketentuan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga negara dan penduduk dengan model problem based learning.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Oktober 2018 dari jam 07.00 – 08.30 pada materi ” Kedudukan warga negara dan pendududuk Indonesia ”

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: (1) Guru melakukan appersepsi. (2) Membagi kelas menjadi 12 kelompok kecil masing-masing 3 siswa. (3) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. (4) Siswa mengamati gambar-gambar/foto-foto yang sesuai dengan materi. (6) Siswa bertanya jawab tentang gambar/foto. (7) Siswa menceritakan cara cara menyelesaikan permaslahan kewarganegaraan yang ada pada gambar. (8) Siswa mengumpulkan bacaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan. (9) Presentasi hasil diskusi. (10) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. (11) Guru memberikan ulangan harian sesuai dengan materi yang telah di bahas.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2018 dari jam 07.00 – 08.30 diawali dengan pembahasan tugas mandiri yang diberikan pada pertemuan pertama dilanjutkan dengan penyampaian materi hak untuk hidup belum selesai di bahas dan diakhiri dengan diskusi kelompok yang diikuti dengan presentasi siswa. Semuanya dilaksanakan melalui Problem based learningyang langkahnya identik dengan siklus I.

Pada bagian penutup pada siklus II ini, Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, Dari waktu yang tersisa, guru memberikan ulangan harian untuk dikerjakan secara individual. Kemudian, setelah melakukan pembelajaran dengan model Problem Based Learning, guru memberikan angket yang berisi minat siswa terhadap pembelajaran PPKn yang sudah dilalui.

Hasil Observasi

 Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut: (a) Siswa sudah mulai terbiasa dalam kegiatan pembelajaran Problem Based Learning, walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang peduli. (b).Secara umum siswa sudah memperhatikan dan fokus terhadap materi yang dijelaskan guru. (c) Siswa sudah mengalami kemajuan melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri suatu konsep. (d) Sudah banyak siswa yang berebut mewakili kelompoknya untuk menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas. (e) Selama siswa menyajikan hasil diskusi, sudah muncul kelompok lain yang berani memberikan tanggapan.

Dari hasil observasi, angket minat belajar PPKn dan ulangan harian pada siklus II diperoleh data sebagai berikut (1) Rata-rata nilai ulangan harian adalah 82. (2) Semua siswa tuntas belajar.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada siklus I dari 36 siswa kelas X MIPA.1, aktivitas dan minat belajar PPKn sudah semakin meningkat. Dan secara klasikal, prestasi belajar siswa sudah semakin baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh yaitu 82 dan semua siswa sudah tuntas belajar (100%).

Refleksi

Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refeksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus kedua di dapatkan hasil refleksi sebagai berikut: (a) Dalam menentukan perwakilan kelompok untuk menjadi penyaji sudah mulai efektif. Karena masing-masing kelompok sudah menunjuk wakilnya untuk menjadi penyaji. (b) Penampilan siswa sudah semakin mantap. (c) Keberanian siswa untuk bertanya sudah baik. terlihat banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan dalam forum diskusi. (d) Dari hasil ulangan harian pada siklus II ini, siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 100%. Karena seluruh siswa mendapatkan nilai > 75. dan Rata-rata nilai harian sudah mencapai 82. Secara garis besar, pelaksanaan siklus kedua berlangsung sangat baik dan dapat dilanjutkan pada proses pembelajaran pada materi yang lain.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Hasil akhir penelitian dapat menjawab permasalahan yaitu apakah problem based learning, dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa kelas X MIPA.1 SMAN 1 Nguter semester I Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data-data hasil penelitian seperti dalam pembahasan berikut ini.

Nilai hasil belajar siswa

Perbandingan perolehan nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus tindakan dipaparkan seperti pada tabel dan grafik di bawah ini.

 

Tabel Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas

No

Hasil Tes

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1

Rata-rata

73

78

82

2

Ketuntasan

21 (58,33%)

26 (91,67%)

36 (100%)

3

Nilai Tertinggi

85

85

90

4

Nilai Terendah

55

70

77

 

Hasil evaluasi berdasarkan tabel 8 dan grafik diatas menunjukkan hal – hal sebagai berikut (1) Nilai rata-rata meningkat, yaitu dari kondisi awal sebesar 73 menjadi 78 pada siklus I dan 82 pada nilai siklus II. (2) Tingkat ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 58,33% kondisi awal menjadi 91,67% pada siklus I dan 100% pada siklus II.

Melalui penerapan model ini yang di dalam pelaksanaannya terdapat suatu hal-hal yang menarik untuk di ikuti dan amati secara serius terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Meningkatnya minat siswa ini ikut berperan dalam meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang telah dipaparkan pada data-data hasil penelitian.

Hasil observasi

Berdasarkan observasi pada pra tindakan, siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa dengan adanya penerapan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning, membuat siswa lebih aktif. Setiap siswa semakin tertarik dengan materi yang di sampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan dari data-data penelitian di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan penulis bahwa Model pembelajaran dengan menggunakan Problem based learningdapat meningkatkan minat belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA.1 SMA N 1 Nguter semester I tahun pelajaran 2018/2019 terbukti.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan problem based learning yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa dan aktivitas siswa, aktivitas guru dalam mengajar serta berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X MIPA.1 SMA N 1 Nguter. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan indikator sebagai berikut (1) Aktivitas guru juga menjadi lebih baik, guru semakin inovatif dalam menggunakan media pembelajaran dan mampu menyesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi kelas/siswa. (2) Nilai rata-rata meningkat, yaitu dari kondisi awal 73 menjadi 78 pada siklus I dan 82 pada nilai siklus II. (3) Tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal semakin besar, yaitu dari 58,33% kondisi awal menjadi 91,67% pada siklus I dan 100% pada siklus II.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas PPKn kelas X MIPA.1 SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2018/2019 pada materi Ketentuan UUD 1945 dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Republik Indonesia

Nilai rata-rata meningkat, yaitu dari kondisi awal sebesar 73 menjadi 78 pada siklus I dan 82 pada nilai siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 58,33% kondisi awal menjadi 91,67% pada siklus I dan 100% pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction). Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana. UNESA.

—————, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara

Aqib, Zainal 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: PT. Yrama Widya

Depdiknas.2003. Undang-undang RI Nomor 20, Sisdiknas. Jakarta. Depdiknas.

—————.2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan ketanagaan Perguruan Tinggi

————-, 2016, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraantahun 2016, Jakarta, Depdiknas

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sutratinah T. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara

Arifin Zainal. 1990. Evaluasi Intruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya