UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMA 3

TENTANG MORFOLOGI TUBUH HEWAN DAN TUMBUHAN

MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI

DI KELAS IV A SEMESTER 1 SDN BEDONO 02

KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sunartini

SD Negeri Bedono 02

 

ABSTRAK

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Tema 3 tentang “Morfologi Tubuh Hewan dan Tumbuhan” belum maksimal. Dari hasil ulangan Tema 3 dari 22 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 9 orang (40,91%). Adapun nilai rata-rata adalah 60,7. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas IV A di SD N Bedono 02 pada Tema 3 masih kurang. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan metode eksperimen dan diskusi. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Bedono 02 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang pada bulan AgustusOktober 2018. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelas IV A yang berjumlah 22 siswa. Hasil penelitian: (1) Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata adalah 60,7. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 68,9. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 8,2. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 75,2. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 6,3; (2) Ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan pada tingkat 40,91% kategori kurang. Pada siklus I ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 72,73% pada kategori cukup baik. Terjadi peningkatan sebesar 31,82%. Pada siklus II, ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 86,36% pada kategori baik. Peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 13,64%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai 86,36% > 80%.

Kata kunci: hasil belajar, metode eksperimen dan diskusi.

 

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.

Sesuai dengan kurikulum yang baru, saat ini pembelajaran di SD mulai diarahkan pada kurikulum 2013, atau lebih sering disebut dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik menggabungkan beberapa pelajaran dalam satu tema yang masih memiliki saling keterkaitan antara mata pelajarannya. Pembelajaran tematik berisikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Pembelajaran tematik merupakan suatu wahana pembelajaran yang diharapkan tumbuh seiring dengan perkembangan siswa dalam melihat diri dan lingkungannnya. Dalam pembelajaran yang aktif, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, berlatih, berkegiatan, sehingga baik daya pikir, emosional, dan keterampilan mereka dalam belajar terus terlatih. Siswa juga harus rpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan sehingga secara fisik mereka merupakan bagian dari pembelajaran tersebut.

Pengajaran Tema 3 tentang Peduli Terhadap Makhluk Hidup sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Pengenalan mereka tentang lingkungan hidup tempat mereka tinggal diwarnai oleh lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal lingkungan. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari lingkungan baik melalui media massa, media cetak maupun media elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran radio, membaca koran, juga melalui lingkungan asli.

Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah lingkungan secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran Tema 3 siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan terhadap lingkungan hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Dalam hal ini Tema 3 berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman lingkungan. Dengan demikian Tema 3 dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan lingkungan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain Tema 3 mendorong kepekaan siswa terhadap lingkungan hidup..

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Dasar Bedono 02 Kec. Jambu Kabupaten Semarang, diketahui bahwa mata pelajaran Tema 3 merupakan mata pelajaran yang cukup sulit oleh para siswa. Tema 3 dianggap sebagai pelajaran yang menarik dan disenangi, tetapi ada beberapa konsep yang menyulitkan guru dalam menanamkan konsep pemahaman akan materi lingkungan hidup sehingga hasil belajar rendah. Masalah yang tampak pada ulangan harian Tema 3 tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” di kelas IV SDN Bedono 02 Kec. Jambu Kabupaten Semarang, dari 22 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 9 (40,91%) siswa dan 13 siswa mendapatkan nilai di bawah 70. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Tema 3 muatan mata pelajaran IPA yaitu 70.

Keberagaman permasalahan pembelajaran dapat diminimalkan dan diantisipasi dengan peran guru dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi kesulitan konsep “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” yang diterapkan adalah Metode Eksperimen dan Diskusi.

Upaya yang dilakukan guru berdasarkan hasil diskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat di SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang yaitu dengan cara mengimplementasikan metode eksperimen dan diskusi. Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Adapun metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain: 2006). Kedua metode tersebut jika digunakan bersama diharapkan memberikan dampak positif bagi anak.

Rendahnya sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Tema 3 kelas IV di SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru yang hanya menyampaikan pengetahuan yang terdapat dalam buku teks. Selain itu, guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan atau bentuk pembelajaran konkret lainnya yang berakibat pada tidak adanya sikap ilmiah siswa.

Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, terutama masalah siswa yang kurang aktif dan prestasi belajar siswa rendah pada mata pelajaran IPA, maka perlu melakukan penelitian tindakan kelas. Salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat terlibat secara langsung dalam pembelajaran Tema 3. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Tema 3 merupakan jembatan guna menumbuhkan serta meningkatkan sikap ilmiah siswa. Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran Tema 3 adalah metode eksperimen. Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dan prestasi belajar Tema 3 serta untuk mengetahui efektivitas penerapan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Tema 3 di SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Apakah dengan metode eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan hasil belajar Tema 3 tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” pada siswa Kelas IV SDN Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018?
  2. Apakah dengan metode eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar Tema 3 tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” pada siswa Kelas IV SDN Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Tema 3 serta meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Tujuan Khusus Penelitian

  1. Meningkatkan hasil belajar Tema 3 dengan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” pada siswa Kelas IV SDN Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.
  2. Meningkatkan ketuntasan hasil belajar Tema 3 dengan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” pada siswa Kelas IV SDN Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi tentang metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi.

Manfaat Praktis

Bagi Siswa

  • Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Tema 3.
  • Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan”.
  • Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan berani mengemukakan pendapat.
  • Memperoleh suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Bagi Guru

  1. Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Tema 3.

Bagi Sekolah

  1. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkat-kan kualitas pengajaran sekolah.
  2. Mengoptimalkan penggunaan media dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

Hasil belajar

Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ketuntasan belajar (Rifai dan Chatarina, 2004: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sering digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009: 45) hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaranan yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Semua komponen pengajaran seperti pemilihan bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar, serta penyusunan tes bertolak dari tujuan pembelajaran, karena itu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.

Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).

Benyamin S. Bloom (Rifai dan Catharina, 2004: 6) mengelompokkan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian hasil belajar yang terdiri dari beberapa tingkatan. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu: penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian nilai, dan karakteristik nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan keaslian.

Hasil belajar kognitif berupa perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Hasil belajar afektif berupa perubahan dalam aspek kemampuan merasakan. Sedangkan hasil belajar psikomotorik berupa sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang diidentifikasikan dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif.

Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam ketuntasan belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam ketuntasan belajar di kelas.

Metode Eksperimen

Menurut Rusyan (dalam Sagala, 2010: 220) “ Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajarinya. Metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Melalui metode ini siswa secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu (Winataputra, 2002: 219).

Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Trianto, 2010: 136).

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2010:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Menurut Joseph Mbulu (2011:58) metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi pengalaman untuk mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan tentang suatu objek keadaan. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Metode Diskusi

Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994).

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain: 2006). Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapai (Semiwan, 1990:76).Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179) mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.

Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.

Kerangka Pikir

Pemahaman siswa akan pembelajaran Tema 3 muatan pelajaran IPA yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil ulangan tema tentang “Morfologi Tubuh Hewan dan Tumbuhan” ternyata hanya 9 orang (40,91%) dari 22 siswa Kelas IV A SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas. Adapun nilai rata-rata adalah 60,7. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 70.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakna metode Eksperimen dan diskusi. Metode eksperimen dan diskusi cukup tepat dan efektif diterapkan pada muatan pelajaran IPA pada materi morfologi tubuh hewan dan tumbuhan, karena pada materi ini siswa akan melakukan suatu eksperimen berbagai bentuk tubuh hewan dan tumbuhan. Metode eksperimen dan diskusi diberikan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Metode eksperimen juga dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar tema 3 muatan pelajaran IPA materi morfologi tubuh hewan dan tumbuhan melalui penggunaan model Eksperimen dan diskusi pada siswa Kelas IV A di SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

MetodOLOGI PENelitian

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester I tahun pelajaran 2017/2018 pada bulan Agustus hingga Oktober 2017.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas IV A SD Negeri Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang yang terdiri dari 22 siswa, terdiri 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Perencanaan

Tahap perencanaan Kondisi Awal mula-mula memilih tema, materi pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran. Kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan materi, sumber belajar, dan media serta alat peraga yang diperlukan maupun lampiran-lampirannya. Mulai dari lembar kerja siswa, lembar pengamatan, lembar tes, dan lembar analisis.

Pelaksanaan

Pembelajaran Kondisi Awal peneliti laksanakan pada tanggal 12 dan 13 Agustus 2017, dengan langkah-langkah pelaksanaannya antara lain, kegiatan pendahuluan melaksanakan berdoa dan mengecek kehadiran siswa, memberi informasi pelajaran apa yang akan disampaikan, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pelajaran yang akan disampaikan dengan pelajaran yang lalu, dan memusatkan perhatian siswa.

Pengamatan   

Tahap pengumpulan data ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. Kepala sekolah dan teman sejawat sebagai observer mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Kondisi awal hasil belajar Tema 3 dari ulangan harian dilaksanakan belum menggunakan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi. Dalam pembelajaran ini, untuk mengukur hasil belajar siswa diadakan evaluasi.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal, dapat diketahui bahwa dari 22 siswa, yang mencapai ketuntasan sebanyak 9 anak (40,91%), sedangkan yang belum tuntas 13 anak (59,09%). Nilai rata-rata siswa 60,7. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas IV A di SD Negeri Bedono 02 pada mata pelajaran Tema 3 belum maksimal dan banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, oleh karena itu penulis melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Deskripsi Tiap Siklus

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan siklus 1 dilaksanakan dengan identifikasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada Kondisi Awal, meliputi aktivitas guru dan siswa, serta hasil belajar siswa secara umum. Peneliti membuat scenario pembelajaran yang meliputi pembuatan Rencana tindakan kelas beserta instrumennya, mulai dari lembar kerja siswa, lembar pengamatan, lembar tes formatif, dan analisis hasil tes. Kemudian menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan sesuai dengan materi pelajaran. Sebagai alternatif pemecahan masalah rendahnya hasil belajar, peneliti menggunakan metode Eksperimen dan Diskusi dalam pembelajaran.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi ada peningkatan hasil belajar. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 22 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 16 anak (72,73%), sedangkan yang belum tuntas 6 anak (27,27%). Nilai rata-rata siswa 68,9.

Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas IV A di SD N Bedono 02 pada mata pelajaran Tema 3 sudah meningkat tetapi belum maksimal dan banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM, oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian tindakan kelas siklus II.

 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tahap perencanaan siklus II dilaksanakan dengan identifikasi mengenai pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I, meliputi aktivitas guru dan siswa, serta hasil belajar siswa secara umum. Peneliti membuat scenario pembelajaran yang meliputi pembuatan Rencana tindakan kelas beserta instrumennya, mulai dari lembar kerja siswa, lembar pengamatan, lembar tes, dan analisis hasil tes Kemudian menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan sesuai dengan materi pelajaran. Sebagai alternatif pemecahan masalah peningkatan hasil belajar, peneliti menggunakan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi dalam pembelajaran ada peningkatan hasil belajar. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 22 siswa, yang mencapai ketuntasan sebanyak 19 anak (86,36%), sedangkan yang belum tuntas 3 anak (13,64%). Nilai rata-rata siswa 75,2.

Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas IV A di SD Negeri Bedono 02 pada Tema 3 muatan pelajaran IPA materi Morfologi Tubuh Hewan dan Tumbuhan, sudah meningkat dan maksimal serta banyak siswa yang telah mencapai nilai KKM, oleh karena itu penelitian tindakan kelas siklus II telah berhasil.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Berdasarkan nilai hasil belajar pada Kondisi Awal diperoleh nilai rata-rata 60,7 dengan ketuntasan belajar 40,91% sedangkan pada siklus I diperolah nilai rata-rata 68,9 dengan ketuntasan belajar 72,73%. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai sebesar 8,2 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 31,82%. Berdasarkan ketuntasan sebesar 72,73%, maka ketuntasan belajar siswa masih di bawah indikator keberhasilan 80%.

Siklus II

Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 68,9 dengan ketuntasan belajar 72,73% sedangkan pada siklus II diperolah nilai rata-rata 75,2 dengan ketuntasan belajar 86,36%. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai sebesar 6,3 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 13,64%. Berdasarkan ketuntasan sebesar 86,36% > 80%, maka ketuntasan belajar siswa sudah lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80% dari seluruh siswa telah mencapai KKM.

Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%, maka hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.

Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada daftar skor hasil tes dan grafik berikut.

Grafik 4.4 Nilai rata-rata Kelas Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Grafik 4.5 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi dapat meningkatan hasil belajar belajar Tema 3 muatan mata pelajaran IPA tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” siswa Kelas IVA SDN Bedono 02 Kec. Jambu Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

  1. Penerapan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi dapat meningkatan hasil belajar Tema 3 muatan mata pelajaran IPA tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” siswa Kelas IVA SDN Bedono 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal diperoleh nilai rata-rata 60,7, pada siklus I nilai rata-rata 68,9. Peningkatan nilai rata-rata sebesar 8,2. Pada siklus II nilai rata-rata 75,2. Peningkatan nilai rata-rata 6,3.
  2. Penerapan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi dapat meningkatan ketuntasan hasil belajar Tema 3 muatan mata pelajaran IPA tentang “Morfologi tubuh hewan dan tumbuhan” siswa Kelas IVA SDN Bedono 02 Kec. Jambu Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal ketuntasan hasil belajar siswa 40,91%, pada siklsu I meningkat menjadi 72,73%, dan pada siklus II meningkat menjadi 86,36%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 86,36% telah mencapai ³ 80%.

Implikasi

Metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi ini, dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Tema 3 muatan mata pelajaran IPA materi morfologi tubuh hewan dan tumbuhan. Maka metode tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan materi pembelajaran lain yang membutuhkan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

  1. Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi, supaya tidak terlalu banyak menyita waktu yang tersedia.
  2. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inovatif, akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah metode pembelajaran Eksperimen dan Diskusi.
  3. Guru perlu memperhatikan kelemahan Eksperimen dan Diskusi berbantuan yaitu kecenderungan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi mendominasi pembelajaran baik dalam diskusi maupun presentasi, misalnya dalam penemuan morfologi hewan atau tumbuhan. Siswa yang lemah dalam pelajaran perlu mendapat perhatian yang sama dan kesempatan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aswan , Zain, Bahri Syamsul, Djamarah . 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta

B, Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

 

Conny Semiawan. 1990. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Hasibuan. 1985. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Radja Karya

Mbulu, Joseph. 2011. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, dan Media Pedoman Mengajar bagi Guru dan Calon Guru. Malang: Elang Mas.

Minarni. 2016. Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS. Jurnal Universitas Ahmad Dahlan. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3282

Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Palendeng. 2003. Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rifa,i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.

Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Slameto. 1991.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Cetakan Ke-1. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudarmadji. 2013. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Manukan Kulon Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar JPGSD Vol 1, No 1 (2013) http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/2128

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES.

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dirjen Dikti Depdikbud.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.