Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Melalui Model Pembelajaran CORE
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS TEKS EKSPOSISI TENTANG ADAT TRADISI MANTU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)
PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 NGUTER TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Tutik Handayani
SMAN I Nguter Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat tradisi mantu melalui model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) pada siswa kelas XI IPS 2 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter. Penelitian yang dilakukan menggunaka njenis Penelitian TindakanKelas (PTK) yang terbagi menjadi 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2, setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 semester 1 di SMA Negeri 1 Nguter yang berjumlah 27 siswa. Data diambil selama penelitian tindakan kelas dengan cara melakukan dokumentasi, tes dan nontes. Metode analisis data pada tes tertulis menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menulis siswa. Hasil penelitian menunjukan penerapan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) dapat meningkatkan hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan ditunjukkan dari kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 65,6 dengan ketuntasan belajar hanya 13 siswa (48,1%), meningkat pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 72,2 dengan ketuntasan belajar 19 siswa (70,4%), dan meningkat lagi pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 80,6 dengan ketuntasan belajar sebanyak 26 siswa (96,3%).
Kata kunci: Keterampilan menulis, Tekseksposisi, CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan pun dan di mana pun ia berada. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan system pendidikan yang digunakan. Dalam hal ini kinerja lembaga pendidikan dan guru harus ditingkatkan salah satunya melalui pembaharuan di bidang pendidikan. Baik pembaharuan dalam kurikulum seperti Kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP).Salah satumatapelajaranmuatanlokal yang diajarkanpadasiswaSekolahMenengahAtas (SMA) adalahBahasaJawa.
Pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Hal itu bertujuan agar bahasa dan kebudayaan Jawa sebagai bahasa daerah tetap terjaga kelestariannya. Selain itu, pembelajaran Bahasa Jawa juga diarahkan pada apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Jawa yang banyak mengandung nilai-nilai budi pekerti. Agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik, pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dengan etika yang benar. Oleh sebab itu, penguasaan siswa terhadap Unggah-Ungguh Bahasa Jawa (selanjutnya disingkat UUBJ) mutlak diperlukan dan harus mendapat perhatian lebih khusus dan lebih serius (Abidin, 2013:5). Pembelajaran bahasa memiliki empat komponen keterampilan yang saling mempengaruhi. Keempat komponen tersebut adalah keterampilan meÂnyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampiÂlan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writÂing skills). Pada umumnya secara berÂturut-turut pemerolehan keterampiÂlan berbahasa dimulai dari mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dan wajib dikuasai oleh pembelajar baÂhasa setelah kemampuan mendengarÂkan, berbicara, dan memÂbaca. Dibandingkan dengan tiga kemÂmapuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi tulisan (Saddhono dan Slamet, 2012:4). Berdasarkan temuan Naskah Akademik Kajian Kebijakan KurikuÂlum Mata Pelajaran Bahasa (Depdiknas, 2007:9) masih ditemukan permasalahan dalam pemÂbelajaran bahasa antara lain kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar serta kurangnya pemetaan kompetensi dasar dari empat aspek berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis). Abidin (2013:190) mengemukakan bahwa pembelajaran menulis saat ini masih menyisakan sejumlah masalah serius. Rata-rata siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah belum mampu menulis secara mandiri dengan hasil yang memuaskan.Salah satu kemampuan yang dirasakan kurang adalah menulis teks eksposisi dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Menurut Suparno dan Yunus (2008), teks eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya. Kemudian, struktur teks eksposisi terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) pernyataan pendapat (Tesis), 2) argumentasi, dan 3) penegasanulangpendapat (Kemendikbud, 2016).
Realitas menunjukkan bahwa hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu siswa kelas XI IPS 2 semester 1 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 termasuk rendah.Rendahnya hasil belajar menulis siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata pelajaran bahasa Jawa keterampilan menulis hanya 65,6 jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 70. Jumlah siswa kelas XI IPS 2 yang berhasil tuntas belajar hanya13 siswa atau 48,1% dari total 27 siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter. Hasil pengamatan dan refleksi diri peneliti sekaligus guru selama pembelajaran bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter, peneliti menemukan fakta bahwa penyampaian materi kurang kondusif. Guru menerangkan materi secara satu arah, siswa mendengarkan dan menulis penjelasan guru, dan untuk mengukur kemampuan siswa, guru meminta mereka mengerjakan soal-soal latihan atau mengadakan ulangan harian. Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan. Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena motivasi dan partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine activities in learning can make the students bored. As a result, their motivation and participation in learning will decrease†(Brown, 2001: 48). Guru-guru juga mengalami kesuÂlitan di dalam memberikan pelajaran menulis. Hambatan yang diÂalami oleh guru adalah rendahnya minat siswa dalam pembelajaran menuÂlis. Metode pembelajaran yang kurang variatif serta kurang menarik minat siswa, sehingga hasilnya kuÂrang memuaskan.
Peneliti merencanakan mengadaÂkan Penelitian Tindakan KeÂlas dengan menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Melalui penerapan model belajar CORE, peneliti bermaksud memberikan materi pembelajaran kepada siswa. Penelitian tentang penerapan model pembelajaran CORE terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi dan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta membuat lebih kreatif dalam berpikir dan menulis pada siswa dengan peningkatan rata – rata 84% (Ratna,dkk,2017). Penelitian yang dilakukan oleh Nuraida (2015) menunjukkan strategi pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting and Extending) dapat meningkatakan ketuntasan sebesar 85% pada materi pembelajaran menulis.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terbagi menjadi 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Setiap siklus dilakukan dalam tahapan perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 semester 1 di SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 27 siswa. Data yang diambil selama penelitian tindakan kelas diperoleh dengan cara melakukan dokumentasi dan tes tertulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasilpenelitiandiperolehkesimpulanpembelajaranmenulisdenganmenerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) padasiswakelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 diperoleh data empirissebagaiberikut.
KondisiAwal
Pada kondisi awal sebelum penelitian tindakkan kelas dilaksanakan, hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 di bawah KKM yaitu 70. Sehingga waktu siswa diminta untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan masih mengalami kesulitan. Rendahnya hasil belajar menulis siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngutersemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat dilihat melalui table dan diagram berikut ini.
Tabel 1. Hasil BelajarMenulis Siswa Kondisi Awal
Aspek |
Uraian |
Hasil |
Keterampilan menulis |
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan |
50 80 65,6 13 siswa (48,1%) |
Pada kondisi awal, guru masih menggunakan metode ceramah dan membaca teks artikel, dilanjutkan diskusi dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter.Pada kondisi awal memperlihatkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 80, nilai terendah 50, dan nilai rata-rata adalah 65,6 (di bawah KKM). Sedangkan siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 13 siswa (48,1%) dari total 27 siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter.
Siklus I
Proses pembelajaran siklus I, pada saat mengerjakan tugas, siswa cukup antusias dalam menyimak materi tugas. Siswa sudah berusaha mengerjakan sendiri dan tidak hanya bergantung pada jawaban temannya. Keaktifan belajar siswa mulai terlihat, dalam hal ini adalah interaksi dengan guru misalnya, bertanya dan menjawab pertanyaan guru, maupun mengerjakan perintah/tugas dari guru. Keaktifan dalam kegiatan diskusi juga meningkat. Kegiatan diskusi, mengerjakan tugas bersama sudah tampak di dalam kelas.
Padasaatberdiskusi, membuattulisan teks eksposisi tentang kawruh budaya (mantu), siswadapatmengerjakandenganlancar.Setelah dilaksanakan tes tertulis pada pertemuan terakhir siklus I, diperoleh data hasil belajar menulis siswa pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil Belajar Menulis Siswa Siklus I
Aspek |
Uraian |
Hasil |
Keterampilan menulis |
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan |
60 85 72,2 19 siswa (70,4%) |
Pada siklus I, guru menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter. Pada siklus I menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 85, nilai terendah siswa adalah 60, dan nilai rata-rata siswa adalah 72,2 (di bawah KKM). Jumlah siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 19 siswa (70,4%).
Dari data empiris diatas menunjukkan bahwa hasil belajar menulis siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter pada siklus I menunjukkan peningkatan, namun belum mencapai indikator kinerja penelitian.
Siklus II
Hasil observasi selama proses pembelajaran siklus II menunjukkanbahwa, pada saat mengerjakan tugas, siswa cukup antusias dalam menyimak materi tugas. Siswa sudah berusaha mengerjakan sendiri dan tidak hanya bergantung pada jawaban temannya. Kemandirian siswa terhadap pemahaman materi dan mengerjakan tugas baik. Interaksi dengan guru misalnya, bertanya dan menjawab pertanyaan guru, maupun mengerjakan perintah/tugas dari guru. Keaktifan dalam kegiatan diskusi juga meningkat. Kegiatan diskusi, mengerjakan tugas bersama sudah tampak di dalam kelas. Setelah dilaksanakan tes tertulis pada siklus II, diperoleh data hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Belajar Menulis Siswa Siklus II
Aspek |
Uraian |
Hasil |
Keterampilan menulis |
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan |
70 90 80,6 26 siswa (96,3%) |
Pada siklus II guru juga menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter.Pada siklus II menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 90, nilai terendah siswa adalah 70, dan nilai rata-rata siswa adalah 80,6 (di atas nilai KKM). Jumlah siswa yang berhasil tuntas belajar sebanyak 26siswa (96,3%).
Refleksi Hasil
Hasilpenelitiandiperolehkesimpulanpembelajaranmenulisdenganmenerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) padasiswakelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguterdarikondisiawal, siklus I, danSiklus II menunjukkanhasilsebagaiberikut:
Tabel 4. PeningkatanHasil Belajar Menulis Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Uraian |
Kondisi awal |
Siklus I |
Siklus II |
Tindakan |
Gurumenggunakan metode ceramah dan membaca |
Guru sudah menerapkan model CORE |
Guru sudah menerapkan model CORE |
Keterampilan menulis: Nilaiterendah Nilaitertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan |
50 80 65,6 13 siswa (48,1%) |
60 85 72,2 19 siswa (70,4%) |
70 90 80,6 26 siswa (96,3%) |
Pada kondisi awal guru masih menggunakan metode ceramah dan membaca artikel dilanjutkan diskusi dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter. Pada siklus I, guru sudah menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending)dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter. Pada siklus II guru juga menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter.
Pada kondisi awal nilai tertinggi siswa adalah 80, nilai terendah 50, dan nilai rata-rata adalah 65,6 (di bawah KKM). Sedangkan siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 13 siswa (48,1%) dari total 27 siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter.
Pada siklus I menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 85, nilai terendah siswa adalah 60, dan nilai rata-rata siswa adalah 72,2 (di bawah KKM). Jumlah siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 19 siswa (70,4%).
Pada siklus II menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 90, nilai terendah siswa adalah 70, dan nilai rata-rata siswa adalah 80,6 (di atas nilai KKM). Jumlah siswa yang berhasil tuntas belajar sebanyak 26siswa (96,3%).
Berdasarkan data diatas membuktikan bahwa melaluipenerapanmodel CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending)dapatmeningkatkanhasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan ditunjukkan dari kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 65,6 dengan ketuntasan belajar hanya 13 siswa (48,1%), meningkat pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 72,2 dengan ketuntasan belajar 19 siswa (70,4%), dan meningkat lagi pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 80,6 dengan ketuntasan belajar sebanyak 26siswa (96,3%).
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan penerapan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Exending) dapat meningkatkan hasil belajar menulis teks eksposisi tentang adat mantu siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan ditunjukkan dari kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 65,6 dengan ketuntasan belajar hanya 13 siswa (48,1%), meningkat pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 72,2 dengan ketuntasan belajar 19 siswa (70,4%), dan meningkat lagi pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 80,6 dengan ketuntasan belajar sebanyak 26 siswa (96,3%).
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. PembelajaranBahasaBerbasisPendidikanKarakter. Bandung: PT RefikaAditama.
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles. Longman, San Francisco State University.
Depdiknas. 2007. NaskahAkademikKajianKebijakanKurikulum Mata PelajaranBahasa. Jakarta: DepartemenPendidikanNasional
Hastuti, S.P.H. 2012.PermasalahandalamBahasaIndonesia. Yogyakarta: Intan.
KementerianPendidikandanKebudayaan. 2016. Silabus Mata PelajaranSekolahMenengahAtas/Madrasah Aliyah/SekolahMenengahKejuruan/Madrasah AliyahKejuruan (SMA/MA/SMK/MAK) Mata PelajaranBahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Maftukhah, NurAjeng.,Nurhalim.,Khomsun., Isnarto. 2017. KemampuanBerpikirKreatifdalamPembelajaran Model Connecting Organizing Reflecting Extending DitinjaudariKecerdasanEmosional.Journal of Primary Education.Vol. 6, No. 3.Hlm. 267 – 276.
Nuraida.2015. PeningkatanHasilBelajarDalamMenulisTeks Explanation Melalui Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting and Extending).Lentera.Vol. 15.No. 14.Hlm. 93 – 99.
Ratna, IntanSetya.,Suharno., Rukayah. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (Core) UntukMeningkatkanKeterampilanMenulisPuisiPadaSiswaSekolahDasar. DidaktikaDwijaIndria. Vol. 6.No. 2.Hlm. 50-56.
Saddhono, Kundharudan St. Y. Slamet.2014. PembelajaranKeterampilan
Berbahasa Indonesia TeoridanAplikasi.Yogyakarta: GrahaIlmu.
SuparnodanYunus,Mohamad. 2008. KeterampilanDasarMenulis. Jakarta: Universitas Terbuka.