Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE STAD
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SDN 2 TEMENGENG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sumindar
SDN 2 Temengeng
ABSTRAK
Penggunaan model pembelajaran STAD dengan mengharapkan berbagai problem atau permasalahan dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar pada mata Pelajaran IPS. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Pada Pra Siklus Ketuntasan mencapai 46% atau 11 siswa, pada siklus 1, 15 siswa memperoleh nilai diatas 75 atau lebih dan ketuntasan mencapai 63%. Jadi masih ada 37% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah. Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 75 mencapai 24 siswa dari 24 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai lebih mencapai 100%
Kata Kunci: STAD dan Sumber Daya Alam
PENDAHULUAN
Latar Belakang Maslaah
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Biasanya ditentukan dengan nilai berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembelajaran selama ini (Sukmadinata 2003: 15). Penulis mengalami/menemui masalah-masalah yaitu banyak siswa dalam pelajaran berlangsung jarang sekali yang berani mengajukan pertanyaan, siswa pasif tidak memberikan tanggapan terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Mereka tidak bertanya karena sudah mengerti atau tidak memahami pelajaran ini. Dalam proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa menjadi kurang kondusif. Jadi apa yang direncanakan guru dalam pembelajaran itu tidak berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.
Pada pembelajaran IPS banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 4 siswa dari 24 siswa yang berani mengajungkan tangan.Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 11 siswa dari 24 siswa atau 46% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Indetifikasi Masalah
a. Siswa kurang memberikan respon atas pertanyaan guru dan tidak mengajukan pertanyaan jika ada kesulitan.
b. Sebagian besar siswa kurang mempunyai motivasi belajar.
c. Proses pembelajaran belum terjadi secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
d. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat peraga secara optimal.
e. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi.
f. Rendahnya kemampuan siswa menye–rap materi pelajaran yang disajikan guru disebabkan karena proses belajar kurang menarik minat dan perhatian siswa.
Analisis Masalah
Berdasakan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dianalisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan penggunaan media gambar kurang maksimal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis tersebut guru merumuskan masalah bahwa rendahnya siswa dalam menguasai materi pelajaran IPS disebabkan beberapa faktor. Secara khusus perumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Apakah melalui penerapan metode Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam materi sumber daya alam Kelas IV, Semester II di SDN 2 Temengeng, Kec. Sambong, Kab. Blora?
2. Apakah setelah diterapkan metode Student Teams Achievement Division (STAD dapat meningkatkan hasil IPS dalam materi sumber daya alam siswa kelas IV semestes II SDN 2 Teme–ngeng tahun pelajaran 2014/ 2015?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembela-jaran
1. Meningkatkan hasil belajar IPS materi Perkembangan Tegnologi siswa kelas IV Semester II SDN 2 Temengeng me-lalui metode Student Teams Achieve–ment Division (STAD).
2. Mendiskripsikan kendala yang muncul pada penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi membaca lingkungan setempat.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembe-lajaran
1. Bagi Guru
a. Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi
b. Dapat membantu guru untuk mem–perbaiki pembelajaran dan mening–katkan mutu pendidikan di kelasnya.
c. Membantu guru berkembang seca–ra profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
d. Dapat memperbaruhi sistem bela–jar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
b. Dapat mengurangi rasa jenuh ter–hadap pembelajraan IPS sehingga dapat menyenangkan dan menarik perhatian siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan prestasi sekolah, sehingga mendapat ke-percayaan dari masyarakat.
b. Dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD pada umumnya.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Model/Pendekatan STAD
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti telah disebutkan sebelum–nya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Kerangka Berfikir
Siswa kelas IV SD masih tergolong anak dalam masa berpola pikir kongkret dan holistik sehingga dalam belajar ia perlu menghadapi sesuatu yang nyata dan dapat dimanipulasi secara langsung.
Di sisi lain mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat kongkrit. Guru dituntut kreativitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan pengamatan langsung tidak hanya sekedar hafalan. Serta guru dapat memilih cara dan metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang peneli-tian yang menghasilkan nilai pembelajaran IPS masih di bawah harapan guru, dan berdasrkan identifikasi masalah, rumusan tujuan dan manfaat penelitian di atas maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II. Perbaikan pembe-lajaran menggunakan alat peraga benda langsung diharapkan untuk menarik perha-tian siswa sehingga dapat menghasilkan nilai pembelajaran yang meningkat.
Penggunaan model pembelajaran STAD dengan mengharapkan berbagai problem atau permasalahan dalam pembe-lajaran IPS. Pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar pada mata Pelajaran IPS.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, diduga pengguna-an metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada materi pelajaran IPS.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka hipotesis tindakan dalam pe-nelitian ini adalah: dengan menggunakan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS tentang perkembangan tegnologi pembelajaran. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 100% siswa telah belajar dengan tuntas.
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Jumlah siswa kelas IV SDN 2 Temengeng adalah 24 siswa terdiri dari laki-laki 10 dan perempuan 14 dari segi kecerdasannya rata-rata cukup artinya tidak ada yang menonjol bahkan ada beberapa anak yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata.
Hasil pengamatan yang penulis lakukan keadaan siswa kelas IV SDN 2 Temengeng adalah sebagian besar dari desa ada beberapa karakteristik dapat dideskripsikan oleh penulis di antara sebagai berikut:
1. Sebagaian besar orang tua siswa ber–pendidikan rendah sehingga kurang memberikan perhatian tentang kegiat–an belajar di rumah.
2. Kesadaran orang tua yang kurang mengerti pentingnya belajar
3. Orang tua yang perhatian pada anak–nya untuk senantiasa membimbing belajar di rumah hanya sedikit.
4. Membentuk peserta didik cerdas dalam menghadapi era globalisasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Pra Siklus
Dalam melaksanakan penelitian Siklus I dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Namun masih ada kekurangan dan hasil belum memuaskan untuk itu perlu dilanjutkan ke Siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian Siklus I adalah sebagai berikut: hasil penelitian: Siklus I hasil tes formatif dengan nilai rata-rata 69,04 dengan ketuntasan baru mencapai 46% sehingga yang belum tuntas 54%.
Tabel 4.1 REKAPITULASI NILAI ULANGAN FORMATIF PRA SIKLUS MATA PELAJARAN IPS
Nilai |
Frekuensi |
Prosentase |
35-44 |
0 |
0% |
45-54 |
1 |
4% |
55-64 |
6 |
25% |
65-74 |
6 |
25% |
75-84 |
8 |
33% |
85-94 |
3 |
13% |
95-100 |
0 |
0% |
Siklus I
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif Siklus I Mata Pelajaran IPS
Nilai |
Frekuensi |
Prosentase |
35-44 |
0 |
0% |
45-54 |
0 |
0% |
55-64 |
1 |
4% |
65-74 |
8 |
33% |
75-84 |
10 |
42% |
85-94 |
4 |
17% |
95-100 |
1 |
4% |
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik di ketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 35-44 sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai 45-54 sejumlah 0 anak atau 0%, yang mendapat nilai 55-64 sebanyak 1 anak atau 4%, yang mendapat nilai 65-74 sebanyak 33% jumlah siswa 8 siswa, yang mendapat nilai 75-84 sejumlah 42% atau 10 anak, yang mendapat nilai 85-94 adalah 17% atau 4 anak, yang mendapat nilai 95-100 adalah 4% atau 1 anak, jumlah siswa seluruhnya 24 siswa.
Dari hasil tes tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, mencapai KKM yaitu 75.
Siklus II
Tabel: 4.3 Rekapitulasi Nilai Test Formatif Siklus II Mata Pelajaran IPS
Nilai |
Frekuensi |
Prosentase |
35-44 |
0 |
0% |
45-54 |
0 |
0% |
55-64 |
0 |
0% |
65-74 |
0 |
0% |
75-84 |
5 |
21% |
85-94 |
14 |
58% |
95-100 |
5 |
21% |
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik di ketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 35-44 sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai 45-54 sejumlah 0 anak atau 0%, yang mendapat nilai 55-64 sebanyak 0 anak atau 0%, yang mendapat nilai 65-74 sebanyak 0% jumlah siswa 0 siswa, yang mendapat nilai 75-84 sejumlah 21% atau 5 anak, yang mendapat nilai 85-94 adalah 58% atau 14 anak, yang mendapat nilai 95-100 adalah 21% atau 4 anak, jumlah siswa seluruhnya 24 siswa.
Dari hasil tes tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, mencapai KKM yaitu 75.
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Diskusi kelompok mampu mengaktif–kan semua siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung hidup.
2. Penggunaan alat bantu/alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran secara maksimal akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
3. Untuk menguatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, siswa diberi tes penperkembangan tegnologian yang berupa pekerjaan rumah.
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai bentuk tindak lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru:
1. Untuk melayani kemampuan daya tangkap siswa yang agak lambat, guru membiasakan diri bersikap sabar dan tidak terburu-buru.
2. Dalam mengelola kegiatan diskusi kelompok, guru harus memantau setiap kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif ikut berpartisipasi.
3. Guru harus bisa memilih dan menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan materi pengajaran secara maksimal.
Tindak lanjut peningkatan profesional guru, kita harus sering bertukar pikiran secara objektif dengan teman sejawat.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)
Nanik Supartini. (2005). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di SD. Universitas Terbuka Semarang.
Ruseffendi (1991:124). Pengajaran IPS Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.
Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.
Whiterington dalam buku Educational Psychology.