UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS I

SD NEGERI 1 KALIMARO KECAMATAN KEDUNGJATI

KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Agustina

SDN 1 Kalimaro Kedungjati Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan selama 2 bulan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika siswa kelas I SD Negeri 1 Kalimaro. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing terdiri dari dua pertemuan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut perencanaan, tindakan obervasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui lembar pengamatan tiap pertemuan oleh observer untuk melihat data tentang aktivitas belajar, sementara data tentang hasil belajar diperoleh melalui nilai ulangan Matematika pada setiap siklus. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui model metode demonstrasi, memperlihatkan peningkatan hasil aktivitas siswa sebesar 55,56%, meningkat sebesar 66,67% pada siklus I dan sebesar 74,04% pada siklus II. Berdasarkan data prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,62 meningkat menjadi 73,51 pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan juga meningkat pada siklus I sebesar 88,88% meningkat menjadi 100% pada siklus II.

Kata kunci: Metode demonstrasi, Aktivitas belajar, Prestasi Belajar Matematika

 

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran yang menarik tergantung skenario yang dirancang oleh guru kelas yang bersangkutan. Namun suatu pembelajaran yang dirancangan dengan baik oleh guru tanpa didukung pelakasanan yang paripurna, maka persiapan itu akan sia-sia. Termasuk di dalam alat pembelajaran dan siswa yang harus siap sedia.

 Belajar adalah proses memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan dari jenis-jenis makhluk lain, itu memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Bagi individu dalam kebudayaan kita, kemampuan untuk belajar secara terus menerus memberikan sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup.

Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting dalam penerusan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan ke generasi baru. Hal ini memungkinkan temuan-temuan baru berdasarkan perkembangan di waktu sebelumnya. Umumnya, orang tidak tahu teknik mana yang harus digunakan untuk memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat yang alami. Mereka belum pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun.

Satu hal yang dimiliki adalah tentang kreativitas di mana semua yang lahir dikaruniai banyak keterampilan kreatif. Kita secara alamiah selalu ingin tahu serta antusias menjelajahi dunia sekitar. Siswa menikmati warna, cahaya, gerakan dan bunyi. Siswa ingin merasakan, mengambil dan memanipulasi apa saja yang terlihat. Siswa puas menghabiskan hari demi hari bermain dan bereksperimen dengan berbagai benda, mainan dan unsur-unsur alam (hujan, pasir, lumpur dan sebagainya). Semasa bayi sampai bocah baru belajar berjalan, secara alamiah siswa adalah ahli rancang bangun, seniman, penyair ahli kerajinan seni dan pemusik. Seiring dengan bertambahnya umur mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia yang sangat muda. Kreativitas makin jarang diasah hingga akhirnya berhenti tumbuh.

Kini, makin banyak orang menyadari bahwa kreativitas memainkan peran teramat penting dalam meraih kebahagiaan pribadi dan keunggulan profesional. Orang kreatif adalah mereka yang unggul dalam pekerjaan, yang mendirikan usaha baru , yang menemukan berbagai produk yang membangun gedung dan merancang rumah tinggal, yang memproduksi film dan pementasan, menggubah musik, melukis dan menelorkan berbagai karya keindahan.Manusia kreatif acap kali memiliki kehidupan sosial yang mengasyikkan dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang serta menjelajahi tempat-tempat menawan. Dengan demikian mereka terus menerus belajar dan berbuat. Kreativitas juga merupakan aspek penting lingkungan keluarga yang sehat. Para orangtua kreatif tahu cara membantu anak agar menjadi orang dewasa yang mencintai dan memanfaatkan kehidupan secara maksimal. Orang-orang kreatif menjadi pemimpin dalam bisnis dan masyarakat, mengerti cara memecahkan ataupun mengilhami orang lain untuk meningkatkan peran dalam kehidupan.

Khususnya mengenai pendidikan nasional, pemerintah menekankan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju”. Dalam kebijakan pemerintah dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini , yaitu di lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah. Secara eksplisit dinyatakan pada setiap perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai perguruan tinggi kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, di samping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tidakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan dan tindakan yaitu menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan aktivitas belajar yang dilakukan.

Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan di wujudkan dalam program wajib belajar 12 Tahun, dan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, melalui olah hati, olah pikir, oleh rasa dan olah raga agar memeliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Untuk pengembangan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam undang – undangan nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional. Bertitik tolak dari uraian di atas guru seyogianya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan hidup, mendidik manusia agar menjadi manusia berahlak dan melatih para siswanya agar mampu memanfaatkan pengatahuan dan keterampilan bagi hidupnya kelak di masyarakat.

Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis dalam mata pelajaran Matematika mengenai benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak, siswa yang mencapai nilai di bawah 70 sebanyak 19 siswa dari 30 siswa dan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai mendeskripsikan benda dan buah – buahan serta menyampaikan rasa suka atau tidak suka, siswa yang mencapai nilai di bawah 70 sebanyak 18 siswa dari 30 siswa.

Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan dengan menambahkan metode pembelajaran seperti metode demonstrasi dan pemberian tugas kepada siswa.

Dengan pemberian pekerjaan rumah dan demonstrasi kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap materi yang di berikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.

Landasan Teori

Belajar Mengajar

Pengertian Belajar Mengajar

Pendidikan berintikan proses belajar mengajar yang secara keseluruhan kompetensi guru sebagai pemegang peranan utama. Guru yang memiliki kompetensi dalam proses belajar mengajar berusaha untuk menyampaikan dan menyarikan ajaran tertentu kepada siswanya. Keberhasilan pendidikan akan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa (Moh. Uzer Usman dkk, 1993:2). Jadi, keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari bagaimana proses belajarnya dan bagaimana cara mengevaluasinya di kelas, di mana kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kompetensi guru yang melakukan aktivitas mengajar.

Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Dengan kata lain, mengajar dapat diartikan segala upaya yang di sengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang di rumuskan. Dalam pengertian ini, sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asal upaya itu di sengaja dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. (Muhammad Ali, 2002:12).

Dalam pembelajaran, guru sebagai faktor yang sangat dominan dan paling penting yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi demi terciptanya proses belajar mengajar yang aktif dan berhasilnya peserta didik dalam belajar. Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti berusaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. (Sardiman A.M, 1988:23).

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan yang terorganisasi, lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar, lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang di harapkan (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 1997: 33).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa urgensi dari belajar mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, dan sasaran akhir dari proses pengajaran ini adalah siswa belajar. Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asal upaya itu disengaja dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan.

Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22) Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri: 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. 2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. 4)           Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hudoyo (1990: 139) memberikan batasan bahwa hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari.

Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997: 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu: 1) Keterampilan dan kebiasaan. 2) Pengetahuan dan pengertian. 3) Sikap dan cita-cita.

Metode demonstrasi

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seseorang atau demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seseorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses (J.J. Hasibuan ; 2006). Misalnya bekerja suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, cara mencangkok, cara okulasi, dan sebagainya. Metode demonstrasi adalah cara penyanjian pelajaran dengan memperagakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya di aplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniature, gambar, peralatan laboratorium dan lain-lain. (Cecep, 2005).

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atu materi yang sedang disajikan (Muhibinsyah, 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja untuk benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaipudin Bahri Djamarah, 2000).

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang penulis laksanakan di kelas I di SDN 1 Kalimaro Kecamatan Kedungjati. Mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya. Siswa kelas I di SDN 1 Kalimaro berjumlah 30 orang, dengan jumlah laki-laki 17 siswa dan jumlah siswa perempuan 13 siswa.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data                                                                   Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh gambaran sampai sejauh mana kelebihan dan kekurangan pada pelaksanaan kegiatan perbaikan. Teknik yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik observasi, teknik tes, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif dan kuantitatif dan hasinya dinalisis dengan teknik deskriptif komparatif.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran Matematika dengan komptensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya, nilai rata-rata adalah 76 dari 30 siswa, dan masih terdapat 8 siswa atau 27 % yang belum bisa mencapai nilai 70 ke atas. Berdasarkan data tersebut penulis dibantu Supervisor 2 memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran kembali pada tahap berikutnya.

Deskripsi Siklus II

Dalam kegiatan rencana pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya, nilai rata-rata adalah 80 dari 30 siswa, dan masih terdapat 3 siswa atau 10 % yang belum bisa mencapai nilai 70 ke atas. Berdasarkan data tersebut penulis memutuskan untuk mengakhiri perbaikan pembelajaran.

Pembahasan

Dari data yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam kegiatan Rencana Pembelajaran Matematika dengan komptensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya Nilai rata-rata siswa 69 dari 30 siswa, dan 13 orang atau 43,3% yang belum bisa mencapai nilai 70 ke atas. Setelah melakukan refleksi ternyata penyebab adanya hasil yang kurang memuaskan dan belum tercapainya nilai yang maksimal itu adalah sebagai berikut:

a.     Belum mampunya anak untuk memahami untuk memahami bacaan

b.     Kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran Matematika dengan komptensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya.

c.     Penggunaan alat peraga yang kurang bervariasi.

d.     Siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang kurang menarik.

e.     Siswa belum berani untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

Dalam kegiatan Rencana Perbaikan Pembelajaran ke-1 nilai rata-rata siswa naik menjadi 76 dari 30 orang siswa dan masih ada 3 orang siswa atau 10% yang belum bisa mendapatkan nilai dia atas 70. Hal ini merupakan dampak positif dari adanya perbaikan pembelajaran. Tetapi karena masih banyak siswa yang belum mendapat nilai 70, maka penulis dapat mengambil kesimpulan penyebab dari hal tersebut adalah:

a.     Kurang efektifnya alat peraga dalam pembelajaran

b.     Evaluasi yang dibuat terlalu sulit sehingga kurang dimengerti oleh siswa

c.     Siswa belum berani mendemonstrasikan alat peraga di depan kelas

d.     Waktu yang kurang banyak untuk mengerjakan soal

e.     Masih ada beberapa siswa yang tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri sehingga masih ada siswa yang menangis di kelas

f.      Kurangnya perhatian guru terhadap siswa yang memiliki keluarbiasaan.

Selanjutnya, dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran ke-2 ini nilai rata-rata siswa ada kenaikan lagi dari 76 menjadi 80 dan hanya terdapat 3 siswa saja atau 10% yang belum bisa mencapai nilai 70 ke atas. Dari data ini penulis dan supervisor 2 bahwa pembelajaran ini dianggap berhasil karena kenaikan rata-rata cukup besar dan siswa yang memiliki nilai di bawah 70 hanya 3 orang siswa. Adapun langkah-langkah yang menyebabkan siswa mendapatkan hasil yang cukup besar adalah sebagai berikut:

a.     Alat peraga yang digunakan mulai bervariasi.

b.     Keinginan untuk bertanya lebih besar, karena motivasi yang diberikan guru.

c.     Siswa lebih percaya diri dengan hasil jawabannya sendiri.

d.     Soal yang lebih dimengerti siswa.

e.     Guru bisa menguasai kelas, sehingga siswa terkonsentrasi pada pelajaran.

Berdasarkan pembahasan persiklus dari mata pelajaran Matematika dengan komptensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya di atas, maka penulis dapat mempermudah penjelasan, berikut ini bisa diuraikan data hasil evaluasi siswa.

Angka rata-rata nilai siswa sebelum perbaikan hanya 69, maka pada perbaikan siklus 1 menjadi 76 dan pada perbaikan siklus 2 naik lagi menjadi 80, hanya terdapat 3 siswa saja atau 10 % yang belum mencapai nilai 70 ke atas.

Berdasarkan data tersebut penulis di bantu Supervisor 2 memutuskan bahwa hasil perbaikan pembelajaran siklus 2 ini di anggap sudah optimal, dan tidak perlu lagi mengadakan perbaikan pembelajaran berikutnya karena waktu yang kurang memungkinkan.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dimulai dari perencanaan pembelajaran, perbaikan pembelajaran ke-1, dan perbaikan pembelajaran ke-2 untuk mata pelajaran Matematika dengan komptensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya di kelas I SDN 1 Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1.     Pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya mulai dari Prasiklus dengan nilai rata-rata 69 naik menjadi 76 pada siklus I, dan menjadi 81pada siklus II. Jadi, ada kenaikan yang significant.

2.     Penggunaan media demontrasi dalam kegiatan pembelajaran dapat mempercepat proses penyampaian dan penyerapan materi pembelajaran, sehingga siswa lebih memahami materi pembelajaran.

3.     Untuk lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran.

 

 

 

 

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis sarankan sebagai berikut:

Untuk para guru

1)    Apabila pelaksanaan pembelajaran telah selesai, sebaiknya dilakukan evaluasi dan analisis data yang di dapat untuk mengukur keberhasilan dan kelemahan pembelajaran.

2)    Memilih alat paraga yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa agar mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.

3)    Pada akhir kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru melakukan refleksi untuk mengevaluasi kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

4)    Penelitian tindakan kelas, sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan, agar kinerja guru lebih baik lagi.

Untuk pihak sekolah

1)    Sekolah seharusnya dapat memberikan sarana dan fasilitas yang lebih maksimal guna mendukung kegiatan pembelajaran supaya berjalan lebih efektif

2)    Dalam mengatur jadwal praktik, usahakan agar tidak bersamaan dengan jam pelajaran yang lain

3)    Agar memberitahukan siswa kalau ada guru yang sedang melakukan praktik penelitian tindakan kelas.

Daftar Pustaka

Anonim. 2006. Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: BSNP DEPDIKNAS.

Sardiman AM. 2007. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana N. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

______. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Tri Anni C. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Usman U & Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.