UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENANGANI PROBLEMA ANAK

DENGAN PENDEKATAN DIALOGIS DAN KONTROL

DI TK NEGERI PEMBINA TEMBILAHAN HULU

KECAMATAN TEMBILAHAN HULU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

 

Nani Mariani

Kepala Sekolah TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menangani anak yang mengalami hambatan dalam konsentrasi dan disiplin Bagi siswa di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu pada Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu selama 3 bulan, yaitu bulan Juli sampai September 2014. Subjek dalam penelitian adalah seluruh siswa siswa di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan sekolah. Banyaknya tindakan sebanyak 2 siklus. Pengambilan data melalui teknik observasi dan wawancara. Sedangkan instrumen penelitian berupa catatan kejadian (Anekdot) dan pedomam wawancara. Validasi data menggunakan obsever teman sejawat sebagai kolaborator. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dilanjutkan refleksi.Tahapan tindakan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan,observasi terhadap tindakan, dan refleksi.Penanganan guru terhadap problema anak yang dilaksanakan secara terprogram, dikomunikasikan dan terkontrol, menunjukkan keberhasilan yang terlihat pada perubahan sikap anak secara signifikan..Pada siklus I difokuskan pada pengenalan dan pembiasaan, sedangkan siklus ke dua diarahkan sebagai proses perubahan. Berdasarkan hasil pengamatan siklus pertama, catatan keberhasilan dan hal-hal yang perlu penguatan, menjadi dasar bagi tahapan penelitian selanjutnya. Pada siklus II proses perubahan sangat memerlukan kecermatan dalam pengamatan, karena perubahan sekecil apapun dalam proses pembiasaan ini harus dijadikan momentum dan peluang keberhasilan. Hal ini ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan yaitu anak mau masuk kelas dan terlibat PBM, bisa dikondisikan untuk duduk, kontak mata ketika berbicara, rentang konsentrasi 5-10 menit, menerima aturan yang diberlakukan. Maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Dialogis dan Kontrol dapat meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menangani Problema Anak di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu pada Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: kemampuan guru,problema anak, Pendekatan Dialogis dan Kontrol

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sekolah diharapkan dapat menjadi lingkungan kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya, sekaligus dapat memberi rangsangan optimal bagi pertumbuhan otaknya, demikian pesan UU SISDIKNAS bagian ketujuh pasal 28 ayat 3. Artinya, sekolah befungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Rangsangan kecerdasan merupakan satu hal yang utama, mengingat empat tahun pertama kehidupan anak merupakan masa keemasan, sebagaimana hasil penelitian Burton L. White, dimana otak anak tumbuh hingga 50%, dan selanjutnya, pertumbuhan ini bertambah 30% hingga anak berusia 8 tahun. Pertumbuhan otak ini tentunya menjadi peluang bagi optimalisasi perkembangan kecerdasan anak, yang tingkat keberhasilannya sangat bergantung pada rangsangan yang diberikan.

Untuk dapat memberikan pendidikan terbaik, tentunya ditentukan oleh program yang dicanangkan. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada pelaksananya. Oleh karena itu, pada jenjang sekolah manapun Sumber Daya Manusia (SDM) menempati kedudukan yang paling vital, karena menentukan tingkat keberhasilan program yang diselenggarakan. Daya dukung dan ketersediaan sumber-sumber daya akan menjadi sia-sia apabila ditangani oleh orang-orang yang tidak kompeten dan kurang komitmen.

Kesadaran akan pentingnya SDM yang berkualitas ini menjadi satu obsesi di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu yang mengusung visi “membentuk anak shaleh yang cerdas dan percaya diri”. Kepiawaian guru menangani anak dan melaksanakan proses belajar mengajar merupakan kunci keberhasilan dan ketercapaian visi.

Sesuai visi, maka pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk menanamkan fondasi ’sikap belajar’. Rangsangan sikap belajar difokuskan pada ”konsentrasi dalam beraktivitas, respon dan minat untuk belajar’. Diharapkan jika sikap belajar ini dapat dikondisikan menjadi kebiasaan anak dalam beraktivitas, maka anak akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kondisi ini akan menjadi peluang bagi anak untuk memiliki kecerdasan yang dapat dikembangkan di kemudian hari sesuai tingkat pendidikannya.

Fenomena di setiap tahun ajaran baru adalah adanya anak-anak yang mengalami kesulitan dalam pengkondisian ’belajar yang bermain’. Mereka mengalami kesulitan untuk fokus pada permainan dan menerapan pendisiplinan. Padahal, disiplin merupakan prasyarat dalam pembentukan sikap belajar. Kebanyakan anak-anak tidak memahami “waktu”, yaitu kapan untuk main, untuk berlatih, untuk melaukan tugas dsb.

Dua persoalan di atas, yaitu penananam disiplin dan konsentrasi merupakan tantang bagi kami, agar proses pembelajaran yang mereka alami menjadi bermakna dan mampu mengubah kehidupan anak sehingga mereka memiliki fondasi kepribadian. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya SDM yang berkualitas ini menjadi satu obsesi di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu. Agar kualitas SDM dapat senantiasa ditingkatkan maka dituntut kesefahaman bahwa setiap elemen yang terlibat harus siap untuk bekerja sama dan menjadi pembelajar yang baik. Membangun lingkungan kerja yang berbudaya ’kerja sama’ dan setiap individunya menjadi pembelajar merupakan sebuah proses panjang. TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu berdiri sejak 1997 mencoba menggali pengalaman ini menjadi PTS dengan harapan agar menjadi pembelajaran dan dapat lebih ditingkatkan.

Rumusan Masalah

Sesuai tugas kepala sekolah untuk menciptakan budaya sekolah yang kondusif, yaitu antara lain mampu memberdayakan guru, maka proses penanganan masalah ini dijadikan sarana ’pembelajaran bagi guru’. Oleh karena itu rumusan masalahnya adalah ”apakah pendekatan dialogis dan kontrol dapat meningkatkatkan kemampuan guru dalam menangani problema anak?”

 

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menangani anak yang mengalami hambatan dalam konsentrasi dan disiplin. Penanganan kasus anak dijadikan barometer dari proses bimbingan dan pengarahan kepala sekolah kepada guru.

Manfaat Penelitian

Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran IPA, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:

1.     Bagi Siswa:Dapat mencermati anak yang bermasalah, dapat memahami latar belakang anak yang bermasalah, dapat mengetahui ’penyebab’ permasalahan, dapat membantu menyelesaikan masalah anak, dapat melihat ketepatan cara guru menangani anak dan dapat membimbing guru membuat program yang tepat dalam menangani persoalan anak

2.     Bagi Guru: Dapat menambah pengetahuan mengenai pendekatan pendekatan dialogis dan kontrol untuk meningkatkatkan kemampuan guru dalam menangani problema anak serta meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan.

3.     Bagi Sekolah:Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

KAJIAN PUSTAKA

Pendekatan Dialogis dan Kontrol

Guru sebagai pendidik harus menyadari perannya untuk mengubah anak didik ke arah yang lebih baik. Perubahan itu harus dipandu oleh aturan yang memiliki kepastian akan kebenarannya, yaitu al Qur’an. ”(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”, dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran (3) ayat 138.

Aturan yang disosialisasikan kepada anak dalam aktivitas hariannya dilakukan sebagai pembiasaan dengan motivasi agar anak mendapatkan cinta dan pertolongan Allah. Kedua hal ini sangat penting, agar anak memiliki obsesi yang benar dalam hidupnya.

Guru sebagai pendidik harus menjadi teladan. Terlebih lagi bagi anak-anak yang memang masih menjadi peniru. Cara guru bersikap inilah yang menjadi pembelajaran bagi anak yang tertanam dalam pengalaman hidupnya. Oleh karena itu gurupun perlu memiliki obsesi untuk dapat mengikuti dan meneladani guru terbaik. Sesuai Q.S. Al Ahzab (33) ayat 21:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Maka yang menjadi guru terbaik tentunya Rasulullah sendiri, karena beliau adalah teladan yang akhlaqnya adalah al Qur’an. Dalam mendidik, guru perlu melakukannya dengan penuh kasih dan sayang, karena akan berdampak pada ’kenyamanan dan ketentraman jiwa’ anak didik.

Pada realisasinya, proses pendidikan kadang mengalami hambatan. Mencermati hambatan sedini mungkin menjadi peluang untuk lebih mudahnya upaya penyelesaian dilakukan. Apalagi jika setiap persoalan yang tergejala itu dibahas secara terbuka dengan kesiapan untuk menerima kritik dan saran. Di sinilah peran kepala sekolah untuk memanaj dan memberi bimbingan secara positif dengan pendekatan dialogis dan kontrol.

Dialogis

Dalam dialog setiap orang terbuka mengemukakan pendapat dan harapannya. Di sini penghargaan dan pengakuan kesejajaran menjadi satu kebutuhan bersama. Keterbukaan dan upaya kesefahaman yang dibangun kadang terusik oleh ketersinggungan, sikap ngotot seseorang, informasi yang keliru dll.

Untuk mendialogkan informasi yang berpeluang salah atau mengadu domba, maka proses klarifikasi atau tabyyun menjadi keharusan adanya. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al Hujurat (49) ayat 6: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Dialog bertujuan untuk mendapat kesamaan pandangan atau penerimaan terhadap satu kebenaran. Dengan demikian, berfikir jernih dan berpandangan positif menjadi prasyarat bagi dialog yang baik.

Dialogpun akan bermanfaat untuk menghadapi situasi yang kurang nyaman karena adanya gejala gangguan interpersonal pada salah seorang guru. Persoalan pribadi, meski disadari tidak selayaknya mengganggu profesionalisme seorang guru, namun dalam kondisi tertentu hal ini bisa saja terjadi. Sikap kasih sayang dan pengertian diantara para guru akan sangat membantu guru yang bersangkutan untuk mengelola emosi dan menyelesaikan masalahnya.

Sikap bijak kepala sekolah dalam menyikapi persoalan yang berkembang dan membuka peluang dialog bagi setiap guru, tentu akan memberi ketenangan dan kenyamanan bekerja. Kondisi ini dapat mendorong produktivitas kerja guru.

Membincangkan perkembangan anak dengan pendekatan dialog berpeluang pengembangan kajian secara holistik. Dengan mendiskusikan penanganan anak maka guru akan memiliki banyak alternatif solusi yang bisa diterapkan. Dalam proses implementasi akan terlihat tingkat keberhasilan yang diraih. Melalui proses ini para guru belajar melalui pengalaman, learning by doing.

Kontrol

Upaya menjadikan sekolah sebagai lingkungan kondusif bagi anak, menuntut kesiapan guru untuk menjadi teladan. Hal ini dapat diupayakan sebagai ’kebiasaan’ jika setiap individu yang terlibat meiliki motivasi yang jelas dan agung yaitu ’pengabdian semata kepada Allah’. Dengan semangat pengabdian inilah akan tumbuh kesadaran melaksanakan tugas secara konsisten dan konsekuen.

Upaya positif yang guru lakukan sangat membutuhkan respon dan penghargaan yang seimbang dari kepala sekolah. Perhatian dan pengakuan atas kinerja guru akan menjadi daya dorong bagi guru untuk bekerja lebih baik lagi. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memiliki kecermatan dan kejelian menilai dan menghargai sebuah usaha dan karya.

Kontrol yang dilakukan secara periodik, baik mingguan ataupun bulanan menjadi peluang untuk melihat perkembangan anak dan proses penanganan. Hal-hal positif yang mendukung proses penyelesaian masalah dan tergejala lebih tepat dilakukan dapat dengan segera dilaksanakan. Perubahan kebijakan dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan perkembangan, kemudian akan dilihat kembali dampaknya. Proses ini memungkinkan penanganan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Peran kepala sekolah untuk membantu menganalisa kinerja guru serta dampak perlakuan terhadap anak. Dengan demikian implementasi yang guru lakukan sebagai respon terhadap pengarahan dan bimbingan kepala sekolah akan menunjukkan kemajuannya.

Pendekatan dialogis dan kontrol ini digunakan pada proses penanganan anak bermasalah dalam penanaman disiplin dan konsentrasi. Proses pembelajaran disiplin yang diiringi dengan keteladanan orang tua dan guru melalui pembiasaan menaati aturan akan merupakan pengajaran disiplin terbaik, karena menjadi pengalaman hidup anak.

Tugas Perkembangan Anak

Memasuki usia 4 tahun, anak sudah dapat lebih dikondisikan dengan ‘belajar’ yang ‘bermain’ sehingga menjadi peluang untuk menumbuhkan kreatifitas anak. Untuk itu anak perlu diberi kebebasan berimajinasi dan mengekspresikan diri. Upaya mengoptimalkan perkembangan kreatifitas anak, dengan melakukan 4 strategi yaitu: “menghargai pribadi anak, memberi kesempatan luas bagi anak untuk beraktifitas, perhatian dari pendidik, dan menghargai hasil produksi anak”. (Nakita, 2003)

Empat strategi di atas perlu dilaksanakan dengan memperhatikan tugas perkembangan anak. Erikson menyatakan bahwa tahap perkembangan anak usia 2-6 tahun, sebagai masa konflik untuk mengungkapkan perasaan, sekaligus menjadi masa penuh inisiatif bila anak diberi kebebasan (Muro JJ & Kottman Terry, 1995). Oleh karena itu, perlu memanfaatkan saat beiajar anak di mana anak senang mengulang. Kegemaran mengulang merupakan aktivitas penting untuk belajar keterampilan, menjadi pemberani dan senang mencoba hal-hal yang baru, sehingga anak akan berusaha menambah keterampilan baru.

Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa di mana anak belajar rnematuhi peraturan secara otomatis rnelalui hukuman dan pujian. Periode ini juga merupakan masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda, ada yang dikenakan disi¬plin yang otoriter, lemah dan demokratis.

Disiplin merupakan pembiasaan penting yang perlu diperkenalkan sedini mungkin kepada anak, yang diprogramkan bersamaan dengan upaya merangsang seluruh aspek perkembangan yaitu fisik, intelektual, sosial dan emosional. Penanaman disiplin dapat dilakukan dengan pengarahan dan bimbingan yang kental dengan keteladanan dari guru, sehingga anak memiliki figure sekaligus pengalaman proses pendisiplinan itu sendiri.

Penanaman disiplin pada anak dilaksanakan sepanjang kehidupannya bersamaan interaksi sosial yang dialami anak, karena bersosialisasi berarti anak mengalami proses belajar melalui pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota masyarakat, (Sobur, 2003: 132).

Pembekalan dan pengenalan tentang aturan yang berlaku dalam pendisiplinan belajar dan bersosialisasi akan membentuk sikap anak yang mampu menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Setiap anak disadarkan tentang potensi dirinya diiringi sikap bersyukur sekaligus mampu menghargai kelebihan orang lain. Pada sisi lainnya, anak pun dibimbing untuk mengakui kekurangan dirinya dan mampu bersabar. Kelebihan dan kekurangan ini disadarkan fungsinya agar tercipta keseimbangan hidup, sehingga sesama manusia itu terbina sikap saling tolong menolong, berbagi dan menerima.

Melalui kegiatan PBM, bermain dan bersosialisasi, kesulitan dan hambatan anak senantiasa dicermati dan dideteksi sedini mungkin. Memang menetapkan seseorang mengalami gangguan konsentrasi membutuhkan observasi yang seksama. Namun, dengan mengenali gejala gangguan konsentrasi diharapkan dapat mengeliminir dampak buruknya serta penanganan pun dapat dilakukan dengan tepat dan cepat. Umumnya gangguan konsentrasi erat hubungannya dengan gangguan fisik seperti hiperaktif, autis dll. Gejala gangguan konsentrasi:

a.   Mudah beralih perhatiannya karena stimuli lingkungan.

b.   Aktivitas tinggi, selalu berlari berkeliling & tidak mampu duduk selama melakukan satu aktivitas.

c.   Hanya bermain sebentar dengan satu mainan, untuk kemudian beralih ke aktivitas yang baru.

d.   Impulsif dalam memegang sesuatu, perlu diingatkan 3 kali atau lebih sebelum menyentuh sesuatu.

e.   Menghilang dari aktivitas, sulit untuk ikut aktivitas kembali, perlu respon segera.

f.    Tidak dapat beralih fokus dari satu obyek ke obyek lain setelah bermain dalam periode yang lama.

g.   Mudah menyerah; bila frustrasi dan perlu dorongan untuk terus melakukan aktivitas.

h.   Hanya memilih tugas yang mudah.

i.    Kegiatan tak bertujuan, tanpa eksplorasi yang terpusat.

j.    Tergantung pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian selama aktivitas bermain.

Adapun yang menyebabkan gangguan konsentrasi adalah berkaitan dengan gangguan saraf dan pola pengasuhan yang permissive yang bersifat menerima apa saja yang anak lakukan. Oleh karena itu, perlu kerjasama sekolah dengan orang tua agar ada kesamaan dalam menerapkan pola asuh. Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pola asuh ini adalah:

a.   Jangan terlalu menekan anak

b.   Mengenali cara dan waktu belajar anak

c.   Sebisa mungkin sediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan atau suasana bising.

 

 

Hipotesis Tindakan

Melalui Pendekatan Dialogis dan Kontrol dapat Pendekatan Dialogis dan Kontrol di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu Kecamatan Tembilahan Hulu pada semester I tahun pelajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Tembilahan Hulu. Seluruh aktivitas anak selama di sekolah, senantiasa dipantau dan dicatat, baik dalam buku kbm maupun catatan anekdot.

Pemantauan guru terhadap aktivitas anak sekaligus berperan mengarahkan dan membimbing anak dalam menyikapi persoalan atau kasus yang muncul. Intensitas pantauan yang tinggi ini menuntut perhatian merata kepada seluruh murid, oleh karena itu rasio guru: murid adalah 1:10. Subyek PTS ini yaitu seorang anak laki-laki usia 3 tahun 10 bulan, masuk di TK kelas A.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah catatan kejadian (anekdot) dan pedoman wawancara.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakukan agar memperoleh data valid yang diperoleh dari catatan peristiwa dan perilaku anak selama di sekolah dalam running records..Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

Hasil Tindakan

Dalam pantauan di pekan pertama ini Fr masih bermasalah dalam pengelolaan emosi, adaptasi, dan sosialisasi. Dalam bersosialisasi Fr masih sulit dikendalikan, karena dia ego sentries. Terhadap teman, dia suka memaksa dan merebut mainan teman. Tetapi, jika mainannya direbut teman, maka Fr menangis keras. Dalam setiap kejadian guru akan selalu menjelaskan benar – salahnya suatu perbuatan sekaligus menjelaskan aturan bermain bersama dan cara meminjam.

Setelah diadakan tindakan kelas baik tindakan pada siklus I diperoleh data bahwa proses penanaman aturan dan disiplin dalam bersosialisasi sudah menunjukkan perubahan pada Fr. Meskipun Fr tidak berkenan pada satu kondisi tertentu, namun dia mulai bisa mengendalikan emosinya dan tidak serta merta menangis.sedangkan pada siklus II diperoleh data hasil pengamatan yaitu adanya peningkatan Dalam proses PBM Fr sudah mulai tertib dan minat belajar mulai muncul. Pendisiplinan masuk kelas dan terlibat PBM sudah dapat diberlakukan kepada Fr dan diupayakan menjadi kebiasaan. Dengan demikian, pendekatan dialogis dan kesefahaman mampu menggiring Fr untuk menerima aturan disiplin belajar. Kondisi ini menjadi potensi sekaligus peluang bagi Fr untuk memiliki sikap belajar yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang kami lakukan, diperoleh gambaran bahwa pendekatan dialogis dan kesefahaman dapat mendisiplinkan dan meningkatkatkan rentang konsentrasi anak. Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh pengenalan dan pemberlakuan aturan yang konsekuen dan konsisten, didukung oleh keteladanan dan kesabaran guru. Dengan demikian pendekatan dialogis dan kesefahaman sebagai model dalam penelitian ini adalah pola usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam menangani anak, baik untuk mengeliminir hambatan pada anak maupun untuk mengoptimalkan potensi anak sebagai upaya rangsangan tumbuhnya kecerdasan majemuk.

PENUTUP

Simpulan

Penanganan guru terhadap problema anak yang dilaksanakan secara terprogram, dikomunikasikan dan terkontrol, menunjukkan keberhasilan yang terlihat pada perubahan sikap anak secara signifikan.

Melatih disiplin pada anak TK dilakukan dengan pemberian pemahaman dan kesefahaman tentang aturan akan menggiring anak melaksanakan aturan dan disiplin tanpa beban dan sesuai kemauannya

Pengalaman penerapan aturan secara konsisten dari kasus faktual akan memberi kesan mendalam pada anak sehingga anak akan mematuhi aturan yang diberlakukan

Pembiasaan dialog memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan perasaan dan pendapatnya, sehingga anak menyadari keterlibatan dirinya pada kesefahaman yang dibangun dan menuntut sikap taat pada aturan yang diberlakukan bersama.

Gejala gangguan konsentrasi dapat dieliminir dengan rangsangan optimal dan pemantauan yang kontinue, sehingga peningkatannya dapat diukur dari panjang-pendeknya perhatian anak terpusat pada satu aktivitas.

Bimbingan dan arahan kepala sekolah menjadi pendorong bagi terciptanya budaya sekolah yang kondusif, yaitu kerjasama tim dan rasa hormat. Lingkungan kondusif ini dapat meningkatkan kinerja guru. Keteladanan guru menjadi kunci keberhasilan proses ini.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menangani problema anak adalah:

1.   Biasakanlah untuk memberlakukan aturan secara konsekuen dan konsisten, sehingga anak memiliki kepastian nilai dan figur teladan yang patut diikutinya.

2.   Didiklah anak-anak dengan cinta dan keteladanan, niscaya mereka akan menjadi generasi harapan yang memiliki kepribadian tangguh.

3.   Hindarkan ancaman dan larangan yang keluar dari rasa amarah, karena kondisi ini hanya memberi rasa putus asa dan anak akan kehilangan tempat berlindung.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen PMPTK Depdiknas. 2007. Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah. Makalah pendidikan dan pelatihan.

http://kobalsangaji.blogspot.com/2007/08/anak-tidak-bisa-konsentrasi- gangguan.html

Nakita. 2003. Mencetak Anak Kreatif. Jakarta: Gramedia

Muro JJ & Kottman Terry. 1995. Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Schools. USA: Brown & Brenchmark

Patton, M. Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park: Sage

Sobur, Alex, M. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Win Qur’an.