UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

ANAK USIA 4 SAMPAI 5 TAHUN

MELALUI KEGIATAN BERMAIN MUSIK

Ngatmi

TK Dharma Wanita Purwodadi Margoyoso Pati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4 sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat perkembangan yang diharapkan. Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari hasil pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Peningkatan yang telah dicapai antar siklus menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada penguasaan anak tentang kemampuan kognitif melalui kegiatan bermain musik di TK Dharma Wanita Purwodadi Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati adalah signifikan yakni keberhasilan semula pra siklus sebesar 48% telah meningkat pada siklus I pada kisaran 75% dan meningkat lagi pada siklus II mencapai kisaran 88,9%. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran berupa: (1) Menggunakan metode praktek langsung dan penggunaan alat musik dapat berhasil meningkatkan kualitas perilaku guru juga anak yang peningkatannya terlihat pada tabel; (2) Meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan memberi kegiatan bermain musik yang berkaitan dengan materi pembelajaran; (3) Meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai kegiatan musik dengan alternatif merangsang dan mendorongnya untuk mengemukakan pendapat meskipun dengan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dan Jawa; (4) Meningkatkan kerja sama kelompok dengan mengelompokkan anak berdasarkan karakteristik dan kemampuan yang merata pada tiap anggota kelompok.

Kata-kata Kunci: Kemampuan Kognitif Anak, Bermain Musik


PENDAHULUAN

Target dalam mengembangkan kognitif kepada anak TK adalah diharapkan mewarnai pertumbuhan dan perkembang-an pada diri anak sehingga diharapkan akan muncul suatu perkembangan yang meliputi fisik, akal pikiran, akhlak, perasaan, kejiwaan, estetika dan kemam-puan bersosialisasi.

Masih banyak anggapan bahwa perkembangan kognitif hanya dapat dilakukan dengan pembelajaran penugasan di dalam kelas, ternyata tidak benar. Perkembangan kognitif anak dapat dilakukan dengan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan yang salah satunya adalah bermain musik. Seperti contohnya bermain piano, secara tidak langsung anak mulai menghafal lambang bilangan yang tertulis di alat musik tersebut.

Banyak para pakar psikologi yang menyatakan bahwa musik dapat merangsang perkembangan otak anak, hal ini mendorong peneliti untuk memilih bidang pengembangan kognitif melalui bermain musik. Sesuai dengan kompetensi diatas penulis sebagai seorang guru memiliki keyakinan bahwa menyampaikan materi dengan menggabungkan metode demonstrasi dan metode pemberian tugas didalam kelas, anak akan lebih memahami materi kegiatan pembelajaran dan memotivasi serta anak dapat tertarik dengan kegiatan yang dilaksanakan sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Penulis sebagai guru di TK Dharma Wanita Purwodadi masih merasa kurang puas dengan hasil kegiatan yang dicapai anak. Ketidakpuasan ini muncul karena dari 24 anak didik di kelompok A hanya 8 anak yang memiliki kemampuan kognitif baik. Selebihnya 16 anak belum menunjukkan hasil yang baik. Artinya 48% sudah berkembang dengan baik dan 52% belum berkembang dengan baik.

Oleh karena itu seorang guru perlu merubah metode pembelajaran yang semula penugasan didalam kelas dapat dirubah dengan metode lain yang sesuai. Dalam hal ini penulis memilih metode kegiatan bermain musik. Dengan melaksanakan pembelajaran bermain musik diharapkan kognitif anak akan lebih meningkat dan cara mengajar guru lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Penulis sebagai seorang guru di TK Dharma Wanita Purwodadi dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak merasa masih kurang puas. Hal ini muncul karena: (1) Dari 24 anak didik di Kelompok A hanya 8 anak yang kognitifnya berkembang dengan baik. Namun selebihnya 16 anak belum berkembang secara optimal, yang artinya 48% sudah berkembang dengan baik dan 52% belum berkembang dengan baik; (2) Anak tidak memperhatikan guru pada waktu kegiatan belajar mengajar, karena anak merasa bosan dengan metode penugasan, sehingga guru harus merubah metode pembelajaran; (3) Alat peraga yang dipakai berupa gambar kurang menarik bagi anak.

Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis masalah penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan kegiatan bermain musik dapat meningkatkan kognitif anak usia 4-5 tahun ?”

Secara khusus dengan adanya permasalahan diatas penulis melaksanakan penelitian dengan tujuan: untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4 sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat perkembangan yang diharapkan.

LANDASAN TEORI

Hakekat Kognitif

Kognitif sering kali sebagai kecerdasan dan berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.

Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori. Aliran tingkah laku (behaviorisme) berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi yang makin bertambah. Sedangkan aliran developmentalis, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi anak dengan lingkungan. Perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.

Keseluruhan proses pembelajaran berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik. Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik, menempatkan penataan lingkungan sebagai pijakan hal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berfikir dengan menggali pengalamannya sendiri.

Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun

Pengertian Anak Usia Dini

Terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini. Definisi yang pertama, anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun (0-8). Sedangkan definisi yang kedua, menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia 4 sampai 5 tahun dikatakan sebagai anak usia dini, hal ini dipaparkan oleh Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih dalam bukunya Perkembangan anak didik, bahwa fase perkembangan anak yang berlangsung sejak akhir masa bayi antara 18 atau 24 bulan sampai 5 atau 6 tahun, kadang disebut masa pra sekolah. Selama fase ini disebut masa usia dini, mereka belajar melakukan banyak hal dengan sendirinya dan perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan kesiapan sekolah.

Ciri-ciri anak usia dini

Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam kehidupan, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah dan akan berkembang dan sekali ini terjadi dan sulit berubah, ciri-ciri perkembangan anak di usia dini: (1) Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis menjadi cukup baik; (2) Perkembangan bicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam perkembangan pengertian dan berbagai ketrampilan berbicara. Perkembangan emosi mengikuti pola pikir; (3) Berfikir secara egosentris, ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berfikir orang lain.

Kegiatan Bermain Musik

Sebagian besar anak di dunia ini senang mendengarkan musik. Begitu mendengar musik, anak umumnya menggerakkan badannya mengikuti irama musik. Musik menjadi penggerak semangat bagi banyak orang, termasuk anak-anak. Musik menjadikan anak lebih bergairah dalam beraktivitas dan berfikir.

Untuk memahami pengertian kecerdasan musical dan cara mengembangkannya pada anak usia dini secara khusus. Setelah mempelajari anda diharapkan mampu: (1) Menjelaskan konsep kecerdasan musical berdasarkan konsep multiple intelligence; (2) Menyebutkan indikator umum dari kecerdasan musical; (3) Menjelaskan indikator kecerdasan musical pada anak usia 2-6 tahun; (4) Menerapkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan musical pada anak TPA, KB, dan TK.

Kecerdasan musical didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk-bentuk musical. Kemampuan ini meliputi: (a) Kemampuan mempersepsi bentuk musical, seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada; (b) Kemampuan membedakan bentuk musical, seperti membedakan dan membandingkan ciri musical bunyi, suara dan alat musik; (c) Kemampuan mengubah bentuk musical, seperti mencipta dan menversikan musik; (d) Kemampuan mengekpresikan bentuk musical, seperti menyanyi, bersenandung, dan bersiul-siul. Hal ini berarti, kecerdasan musical meliputi kemampuan mempersepsi dan memahami, mencipta, dan menyajikan bentuk-bentuk musical (Armstrong, 2003).

Komponen Kecerdasan Musikal

Komponen kecerdasan musical meliputi kepekaan terhadap nada, pola titi nada atau tangga nada melodi, warna nada atau warna suara suatu lagu (Arsmstrong, 2003). Dengan demikian, melalui kepekaan terhadap nada seseorang dapat membedakan nada dan bahkan dapat menilai mana nada-nada fals dan mana yang tidak (Armstrong, 2004). Kepekaan terhadap pola nada memungkinkan anak mengidentifikasi lagu tertentu, mengikuti iramanya, dan memberikan reaksi yang sesuai. Sementara itu, kepekaan terhadap warna nada dan suara, memungkinkan anak mampu membedakan sumber suara atau pemilik suara secara akurat. Kecerdasan musical mencakup juga kesenangan terhadap bentuk-bentuk musical.

Musik memiliki aturan dan struktur tersendiri. Musik adalah bahasa auditorik yang menggunakan tiga komponen dasar, yakni intonasi suara, irama, dan warna nada. Musik biasanya terjadi dalam intonasi system symbol yang unik.ketiga komponen musik ini menghasilkan jutaan kombinasi dan keanekaragaman musik yang luar biasa di seluruh dunia (Campbeli, 2002).

Indikator Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musical merupakan kecerdasan yang pertama kali muncul pada kanak-kanak. Seorang bayi menanggapi musik dan bergerak mengikuti irama, sebelum mereka dapat mengucapkan kata-kata (Armstrong, 2004). Kecerdasan musical bertahan hingga usia dewasa.

Individu yang cerdas dalam musical dan sering berkontak dengan musik. Menurut Howard Gardner (1993), memanipulasi suara, irama, dan warna nada untuk berpartisipasi dengan banyak keahlian di dalam aktivitas bermusik, termasuk mencipta, menyanyikan, atau memainkan instrument.

Individu yang memiliki kecerdasan musical (Armstrong, 1999) memiliki sebagian atau seluruh indikator berikut ini: (a) Memiliki suara yang merdu; (b) Dapat menunjukkan nada-nada yang sumbang; (c) Senang mendengarkan musik di radio, piringan hitam, kaset dan CD, mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan lagu dan musik diberbagai tempat. Mereka memiliki banyak CD lagu, kaset bahkan piringan hitam; (d) Dapat memainkan alat musik; (e) Mereka senang terhadap alat musik tertentu dan berusaha memainkan satu atau lebih alat musik. Mereka mungkin ahli dalam satu alat musik, mungkin pula menguasai berbagai alat musik; (f) Merasa tidak nyaman apabila tidak mendengarkan/terlibat dengan musik. Sambil berjalan, tanpa disadari sering melantunkan lagu atau jingle iklan.; (g) Kesendirian selalu diisi dengan lagu atau oleh suara; (h) Mampu mengingat lagu/musik dengan cepat dan akurat; (i) Mudah mengikuti irama musik dengan alat perkusi sederhana; (j) Mengenal nada-nada berbagai macam lagu atau karya musik; (k) Sering mengetuk-ketukkan jari secara berirama atau bernyanyi kecil.

Selain itu, individu yang cerdas dalam musical, menurut Campbell (2002), memiliki kemampuan mengorganisasi beberapa jenis suara ke dalam pola yang bermakna, mampu merespon terhadap musik secara konestetik dengan cara memimpin/konduktor, memainkan, menciptakan atau berdansa. Mereka juga mampu menikmati improvisasi dan bermain dengan suara atau bunyi, dan apabila diberi frase musik dapat melengkapi pengungkapan musik yang masuk akal. Mereka juga mampu membuat komposisi asli dan atau instrument musik (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 5.7).

Indikator Kecerdasan Musikal Usia Anak Dini

Anak-anak yang menonjol dalam perkembangan musik akan peka terhadap suara-suara di sekelilingnya, termasuk suara dari alat musik dan suara orang yang sangat mungkin tidak diperhatikan oleh anak sebaya lainnya. Mereka tampak sedih apabila sepi tanpa musik. Mereka kemudian bersenandung untuk memecahkan keheningan.

Kecerdasan musical pada anak-anak usia 2-6 tahun terindentifikasi melalui indikator berikut:

a. Anak suka memukul-mukul benda-benda di sekelilingnya seperti: meja, pintu, dan kaleng roti sambil menyanyi atau mengetuk-ngetuk jari jemarinya pada benda, sambil mengangguk-angguk menikmati suara yang ditimbulkan (usia 2-3 tahun).

b. Anak dapat menyanyi dengan lebih baik, nada teratur, dan relative lebih merdu dari pada teman sebayanya (usia 4-6 tahun).

c. Anak suka memperhatikan lagu di berbagai media, baik dari televisi, radio, CD, hanya dengan menyimak musik atau lagu beberapa kali anak cepat menghafalkannya dan segera menyanyikannya.

d. Anak menikmati lagu atau musik dalam gerak dan lagu, melakukan senam sambil menyanyi (usia 3-4 tahun), dan dapat menyinkronkan antara musik dan lagu dengan gerak.

e. Anak dapat menilai nyanyian, tahu apabila nada yang dinyayikan sumbang.

f. Anak senang menyanyi. Tiada tanpa menyanyi.

g. Cepat menangkap informasi melalui lagu, cepat menangkap suasana lagu.

h. Berbicara secara musical, memberi salam secara musical, dan terdengar lebih lembut dan bernada ketika meminta sesuatu (usia 2-6 tahun).

i. Anak mudah mengenali lagu hanya dari nama-nama awalnya, dan ketika diberi beberapa nada, mereka langsung dapat menebak lagu (usia 2-6 tahun).

j. Apabila ada lagu baru, anak dapat mengikuti lagu dengan bunyi-bunyian yang diciptakan dengan benda-benda di sekitarnya.

Berdasarkan indikator yang ditemukan pada anak usia 2-6 tahun diketahui bahwa anak usia 2-3 tahun masih berada pada taraf menikmati, menyukai, dan menirukan. Anak-anak usia 4-6 tahun selain menikmati dan menirukan, juga dapat mengekspresikan diri melalui lagu. Anak 4-6 tahun yang cerdas musical mulai mampu menilai nyanyian (ketepatan dan kesumbangan nada), menyikronkan nada dengan gerak, menangkap suasana lagu, dan mengatur suara saat menyanyi (Tadkiroatun Musfiroh, 2008:58).

Kerangka Berpikir

Berkaitan dengan pengembangan kemampuan kognitif bagi anak TK, maka pembelajaran musik merupakan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak dengan lebih banyak melibatkan kemampuan motorik dan kemampuan berfikir/kognitif. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian otak dalam tubuh. Dalam proses perkembangan anak, kognitif berkembang terlebih dahulu dibandingkan motorik. Hal ini terbukti bahwa anak sudah dapat menangis saat masih bayi.

Pembelajaran kognitif dan kreatifitas menekankan pada aspek eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di TK Dharma Wanita Purwodadi pada bulan Januari sampai dengan April 2013. Peneliti melakukan penelitian di TK Dharma Wanita Purwodadi, dengan alasan bahwa TK Dharma Wanita Purwodadi merupakan tempat mengajar sehingga mudah dalam memperoleh data dan melakukan penelitian.

Rencana Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak melalui penerapan metode praktek langsung. Metode penerapan praktek langsung ini akan diterapkan pada pembelajaran di TK Dharma Wanita Purwodadi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas empat macam kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas: Observasi, Interview, Dokumentasi. Teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis datanya dengan analisis domain, yaitu dilakukan pada waktu memasuki lapangan, untuk menentukan fokus menggunakan analisis taksonomi. Selanjutnya pertanyaan yang dilakukan adalah pertanyaan struktural, dengan analisis data komponensial. Setelah analisis komponensial dilanjutkan analisis tema. Jadi analisis dilakukan secara berurutan melalui beberapa proses.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Dalam pembelajaran pra siklus ada beberapa aspek yang perlu untuk diperbaiki oleh guru nanti di dalam pembelajaran siklus 1 yaitu: dalam memberikan pertanyaan harus lebih jelas, dalam mengelola kelas harus merata, dalam menggunakan media pembelajaran harus ditambah dan dalam membimbing harus ditingkatkan juga dalam memberikan penguatan yang jelas.

Pembelajaran pra siklus dengan tema bermain musik khususnya mengembangkan kognitif anak melalui latihan berjenjang dan pendekatan komunikatif jika Dengan demikian tingkat praktek langsung pembelajaran pra siklus tingkat keberhasilannya baru mencapai 50%.

Setelah penulis melaksanakan proses pembelajaran dengan tema bermain musik khususnya pengembangan kognitif anak melalui latihan berjenjang dan pendekatan komunikatif dan memberikan evaluasi terakhir atau formatif akhirnya penulis tahu dan sadar ternyata proses pembelajaran benar-benar belum mencapai keberhasilan.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Hasil Evaluasi Pengamatan Kualitas Pembelajaran Guru dapat disimpulkan pembelajaran Siklus I dalam pengembangan kognitif memberikan hasil yang belum memuaskan juga. Hasil dalam siklus I inipun dalam proses pembelajaran masih ada aspek-aspek yang harus diperbaiki demi keberhasilan anak didik. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: guru harus menambah media, guru harus memberi penguatan yang jelas agar anak tidak ragu-ragu dan guru dalam membimbing anak lebih optimal.

Sedang hasil pencapaian prestasi belajar anak setelah perbaikan pembelajaran pada siklus I yang dicapai anak dalam praktek langsung penulis menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siklus I ada peningkatan keberhasilan itu terlihat jelas dari tingkat keberhasilan klasikal.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Hasil pengamatan diketahui bahwa aspek yang perlu diperhatikan dan diperbaiki oleh guru adalah aspek dalam memilih media pembelajaran belum mencapai maksimal. Untuk aspek-aspek yang lain agar ditingkatkan. SeSetelah penulis melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II barulah penulis merasa mencapai keberhasilan karena dalam siklus II semua indikator mencapai keberhasilan.

Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran dari pra siklus, siklus I, dan II mencerminkan kualitas atau hasil yang dicapai dari proses pembelajaran Dari ketiga siklus terlihat terjadi peningkatan perkembangan, perkembangan keberhasilan belajar di atas SKH.

Pembelajaran musik khususnya pengembangan kognitif melalui bermain musik berhasil meningkatkan prestasi anak. Hal ini terlihat dari pencapaian keberhasilan klasikal pada pra siklus hanya mencapai 48% di siklus I meningkat menjadi 75% dan pada siklus II mencapai 88,9%.

Penulis merasa sudah berhasil membawa peningkatan hasil pembelajaran anak meskipun hasil belum mencapai maksimal. Karena secara umum prestasi anak sudah sesuai dengan perkembangannya yaitu keberhasilan belajar mencapai 88,9% maka perbaikan pembelajaran dihentikan sampai siklus II.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Peningkatan yang telah dicapai antar siklus menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada penguasaan anak tentang kemampuan kognitif melalui kegiatan bermain musik di TK Dharma Wanita Purwodadi Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati adalah signifikan yakni keberhasilan semula pra siklus sebesar 48% telah meningkat pada siklus I pada kisaran 75% dan meningkat lagi pada siklus II mencapai kisaran 88,9%; (2) Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran berupa: (a) Menggunakan metode praktek langsung dan penggunaan alat musik dapat berhasil meningkatkan kualitas perilaku guru juga anak yang peningkatannya terlihat pada tabel; (b) Meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan memberi kegiatan bermain musik yang berkaitan dengan materi pembelajaran; (c) Meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai kegiatan musik dengan alternatif merangsang dan mendorongnya untuk mengemukakan pendapat meskipun dengan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dan Jawa; (d) Meningkatkan kerja sama kelompok dengan mengelompokkan anak berdasarkan karakteristik dan kemampuan yang merata pada tiap anggota kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock Elizabet. 2002. Perkembangan Anak. PT. Pustaka Delapratasa Publising: Jakarta.

Catharina Tri Anni, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Desy Anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.

Hajar Pamadi. 2008. Seni Ketrampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Jamaris Martini. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. PPS Universitas Negeri: Jakarta.

Liftiah. 2006. Perkembangan Kognitif dan Kreatifitas. Universitas Negeri: Semarang.

Patmododewo Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Soeparwoto. 2003. Psikologi Perkembangan. UPT MKK UNNES: Semarang.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugandi Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES: Semarang.

Sugiono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & d. Bandung: Alfabeta.

Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim PKP PG. PAUD. 2008. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesionalisme. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wihardit Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yuni Pratiwi. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.