UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

MELALUI MEDIA PERMAINAN KARTU BERGAMBAR

PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI GENTAN 02

 

Nur Handayani

SD Negeri Gentan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan Permainan kartu bergambar (flashcard) pada siswa kelas 1 Negeri Gentan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 dan untuk meningkatkan kemampuan membaca Permulaan Bahasa Indonesia siswa kelas I SD. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 3 kali pertemuan tiap siklusnya dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa. Pada pra tindakan persentase ketuntasan siswa baru mencapai 30%, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 60%, pada siklus II meningkat menjadi 90% sehingga peneliti tidak melanjutkan ke siklus III.

Kata Kunci: Permainan kartu bergambar, kemampuan membaca, Bahasa Indonesia

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Lahirnya Undang-undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah membawa dampak positif bagi pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini mencerminkan dengan diangkatkannya membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar berbahasa yang secara dini dan berkesinambungan menjadi perhatian dan kegiatan di sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dari kelas I.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan komunikasi Baik secara lisan maupun tulisan. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan berkomunikasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang lebih memperhatikan terhadap sesuatu yang menarik perhatian mereka, membangkitkan minat dan motivasi belajar serta melatih imajinasi anak, maka penerapan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilakukan secara optimal.

Proses belajar tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan setiap manusia. Karena belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang Sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,keterampilan, atau sikapnya.

Kegiatan yang menarik dan menyenangkan merupakan suatu bagian penting dalam mendorong perkembangan bahasa, karena anak harus mampu mengungkapkan dan menggunakan kata-kata, untuk mendorong anak agar mampu mengungkapkan diri dengan kata-kata, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah melalui permainan bahasa dalam bentuk permainan berbicara atau permainan deskriptif. Permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak–anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara serta berpikir dengan lebih jelas, salah satu contohnya permainan pemberian gambar.

Salah satu fokus pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah pembelajaran membaca, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja pembelajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran lain. Dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosional.

Penggunaan metode permainan akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya media sebagai alat bantu pembelajaran. Penggunaan alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar seperti yang dikemukanan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2006), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Media dapat menarik minat belajar dan konsentrasi anak untuk memahami pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Media Permainan Kartu Bergambar pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Gentan 02

Rumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan media pembelajaran kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Neger Gentan 02?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan membaca melalui penggunaan media pembelajaran kartu bergambar pada siswa kelas 1 SD Negeri Gentan 02

Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk:

1.     Bagi siswa, Agar prestasi belajar siswa menjadi baik, sehingga kemampuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia meningkat.

2.     Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru SD, bahwa dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa sehingga tujuan pendidikan tercapai.

3.     Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam memfasilitasi penggunaan media di SD Negeri Gentan 02

4.     Bagi peneliti

Sebagai pedoman pada saat menjadi guru bahwa dengan menggunakan media gambar dapat menarik minat anak untuk belajar dan meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia

LANDASAN TEORI

Media Gambar

Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya (Rachmat, 1994).

Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh, tidak mahal, dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan anak didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan, media pembelajaran juga berfungsi mempermudah anak didik untuk belajar.

Hakikat Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca merupakan hal yang sangat urgen dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang.membaca merupakan kemampuan yang sangat kompleks. Membaca tidak sekadar kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seseorang pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Kemampuan (Chaplin,2000:1) dapat diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan; tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan menurut Sternberg (1994: 3) kemampuan adalah suatu kekuatan untuk menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental. Senada dengan pendapat Sternberg, Warren (1994: 1) mengemukakan bahwa kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-gerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental.

 Lain halnya dengan pendapat Gagne dan Briggs (1997: 57) kemampuan adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar. Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold, dan Meili (1995: 5) mengemukakan bahwa kemampuan adalah suatu pertimbangan konseptual. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa kemampuan berarti semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan suatu aktivitas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu kecakapan atau kesanggupan yang sangat diperlukan siswa untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut David Hopkins dalam (Kunandar, 2008: 44-45) mengungkapkan bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) Pratik kependidikan, (b) pemahaman tentang praktik kependidikan, (c) Situasi tempat praktik dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (2006: 57) menyebutkan bahwa Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Rresearch) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerjasama dengan peneliti yang menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.

Beberapa alasan penulis menggunakan PTK adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih baik. Adapun kelebihan PTK yang dikemukakan oleh Shumsky dalam (Kunandar, 2008: 69) yaitu: (1) Kerjasama dalam PTK menimbulkan rasa saling memiliki, (2) Kerjasama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru sekaligus sebagai peneliti, (3) Kerjasama dalam PTK menghasilkan perubahan yang positif, (4) Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berkolaborasi dengan teman sejawat. Suharsimi Arikunto (2006: 60) yang mneyebutkan tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan masalah yang nyata yang ada di kelas, yang tidak saja bertujuan memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban mengapa hal itu dapat dipecahkan melalui tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dikembangkan secara bersama – sama oleh peneliti dan kolaborator untuk menentukan kebijakan dan pembangunan. Variabel penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah teknik media kartu kata dan variabel terikat penelitian ini adalah membaca kata (kata). Penelitian tindakan kelas merupakan proses kegiatan yang dilakukan di kelas. Pada siklus (satu) siklus, yang terdiri dari tahap perencanaan, Pelaksanaan (action) dan refleksi atau perenungan. Berlanjut tidaknya ke siklus II tergantung dari hasil refleksi siklus I.

 

Subyek dan Lokasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini 10 orang anak kelas I yang mengalami lambat belajar. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas I SD GMIT Taemaman Kecamatan Takari Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013/2014.

Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer ialah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan, seperti dari sumber informasi/sampel. Sedangkan data sekunder ialah data-data penelitian yang dipeoleh dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar, dokumen dan lain sebagainya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Hasil Penelitian

Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 3 Februari 2017 sampai 8 Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 3 tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas mempersiapkan program tahunan, program semester, perencanaan pembelajaran dengan media gambar, lembar observasi, dan lembar tugas. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari dari siswa kelas I sebanyak 10 siswa terdapat 7 siswa atau 70% yang masih belum mempu membaca permulaan dan mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Setelah dilakukan pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa, ternyata sebagian besar siswa masih belum dapat membedakan bentuk-bentuk huruf dan pemahaman siswa banyak yang terbalik membedakan huruf satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar tersebut diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I SD Negeri Gentan 02 sebanyak 10 siswa yang mana sebagian besar siswa belum dapat memahami/ menguasai bentuk-bentuk huruf, sehingga mereka masih kesulitan membedakannya dan terbalik menggunakannya. Bertolak dari kenyataan ada melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar untuk mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gentan 02.

Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, guru kelas melakukan langkah-langkah pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan menggunakan media gambar. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses persiapan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1.     Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan membaca permulaan. Indikator yang tepat untuk siklus I adalah siswa mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan.

2.     Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat. Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 1 kali pertemuan, dalam waktu 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam 1 minggu.

3.      Menyiapkan media gambar yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada siklus I guru menggunakan media gambar yang di bawahnya ada nama dari gambar tersebut, namun hurufnya belum lengkap (masih ada yang kosong). Untuk itu siswa diminta melengkapi huruf apa yang tepat untuk mengisi bagian yang kosong tersebut. Pada siklus I ini, guru menggunakan gambar yang nama di bawahnya terdapat huruf yang kosong baik di depan, tengah, maupun di belakang, dan siswa diminta untuk melengkapinya.

Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan media gambar ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Pada pertemuan pada siklus I materi bahasa Indonesia yang diajarkan tentang membaca permulaan dengan indikator mengucap huruf vokal dan konsonan sampai mampu membaca suku kata. Kemudian diawali dengan berdoa bersama, kemudian diajukan absensi siswa. Pada penelitian siklus I ini, guru memilih pokok bahasan tentang rekreasi. Alasan memilih pokok bahasan rekreasi karena media gambar yang akan digunakan guru sebagian besar adalah gambar binatang. Tujuannya agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah kegiatan berdoa bersama dan absensi siswa selesai, kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi. Setelah appersepsi, guru mulai memasuki materi dengan menggunakan media gambar. Media gambar yang digunakan pada siklus I ini adalah gambar binatang yang dibawahnya terdapat nama dari binatang tersebut. Tulisan nama binatang tersebut hurufnya tidak lengkap, jadi siswa diberi tugas untuk melengkapinya. Kegiatan itu dilaksanakan secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan. Contoh dari kegiatan tersebut adalah: misalnya guru menunjukkan gambar burung, dan di bawah gambar tersebut ada tulisan nama dari gambar tersebut. Tulisan tersebut adalah B….RUNG, kemudian siswa diminta menyebut huruf apa yang tepat untuk melengkapi kata tersebut.

Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: Sebagai kegiatan awal, guru menunjukkan media yang berupa bentuk-bentuk huruf dari A sampai Z, kemudian siswa disuruh mengucapkan semua susunan huruf tersebut, dan juga hurufnya ditunjuk secara diacak. Kegiatan ini bertujuan supaya siswa ingat akan bentuk-bentuk huruf tersebut. 

Kegiatan semacam ini diulang-ulang dengan gambar yang berbeda-beda sampai siswa mengetahui betul tentang materi yang diajarkan (mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan). Untuk mengetahui keberhasilan materi, guru menunjuk salah satu siswa untuk menyebut nama dari gambar yang ditunjukkan oleh guru, dan menyebutkan huruf apa yang tepat untuk mengisi bagian yang kosong dari nama gambar tersebut, dan menulisnya di papan tulis.

 

 

Observasi

Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru melakukan pencatatan dengan menggunakan daftar observasi (check list). Mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan membaca permulaan, kemampuan membedakan huruf, dan kemampuan membaca permulaan siswa. Pada pelaksanaan siklus I ini, hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa: keaktifan siswa sedang, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran sedang, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan membaca permulaan sedang, kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca permulaan siswa rendah.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, baru 4 siswa yang sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan. Para siswa tersebut sudah mulai mampu membedakan bentuk huruf dan sedikit-sedikit mampu melengkapi kata yang hurufnya kurang lengkap.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan apa yang disampaikan guru dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kemampuan siswa dalam membedakan bentuk huruf, pada siklus I sudah menunjukkan perubahan yang belum berarti, karena nilai rata-rata kelas hanya mencapai 60, namun siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 4 siswa atau 40% dari 10 siswa kelas I. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 60 dan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 40% menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media gambar pada siklus I yang dilakukan belum berhasil, jadi perlu dilakukan penelitian lagi pada siklus 2.

Tindakan Siklus 2

 Siklus 2 dilaksanakan dalam waktu 1 minggu mulai 10 Februari 2017 sampai dengan 14 Februari 2017. Adapun tahapannya kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yang memuaskan. Karena dari tiga indikator yang ditetapkan baru indikator nomor 1 dan 2 yang berhasil (mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan). Sedangkan indikator nomor 3, belum menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti dengan arahan dari para rekan guru dan kepala sekolah serta berbagai pertimbangan maka peneliti kembali mengulang pembelajaran materi bahasa Indonesia (membaca permulaan) dengan indikator mampu membaca suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. Guru menunjukkan media gambar, setelah itu siswa menyebutkan hurufnya. Setelah siswa selesai menyebutkan huruf-huruf tersebut, guru menyuruh siswa untuk membaca suku katanya.

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I. indikator yang tepat untuk siklus 2 adalah siswa mampu mengucapkan suku kata/kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

1.     Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak dicapai.

2.     Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.

3.     Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan membaca suku kata/ kata dengan lafal yang tepat, maka rencana penelitian pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan media gambar dan kartu suku kata.

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I. Indikator yang tepat untuk siklus 2 adalah siswa mampu mengucapkan suku kata/kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

1.       Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak dicapai.

2.       Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.

3.       Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan membaca suku kata/ kata dengan lafal yang tepat, maka rencana penelitian pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan media gambar dan kartu suku kata.

Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan penggunaan media gambar sesuai dengan rencana pembelajaran 1 kali pertemuan. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan konsentrasi, siswa diajak tanya jawab tentang pelajaran yang lalu. Pada penelitian siklus 2 ini, guru memilih pokok bahasan tentang rekreasi. Setelah kegiatan berdoa bersama dan absensi siswa selesai, kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi.

Setelah appersepsi, guru mulai memasuki materi dengan menggunakan media gambar. Media gambar yang digunakan pada siklus 2 ini adalah gambar binatang. Kemudian guru bertanya tentang nama dari gambar hewan tersebut. Setelah itu siswa ditugaskan untuk mengucapkan kata tersebut dan juga mengucapkan suku kata tersebut. Setelah kegiatan itu, secara bergiliran siswa disuruh menulis di papan tulis tentang nama dari gambar binatang tersebut.

Selanjutnya siswa menyebutkan huruf apa saja yang terangkai menjadi kata/sebuah nama binatang tersebut. Kegiatan itu dilaksanakan secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu mampu mengucapkan suku kata/ kata dengan lafal yang tepat.

Observasi

Peneliti, kepala sekolah, dan rekan guru secara kolaboratif melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa, yaitu mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan membaca permulaan, kemampuan membedakan huruf, dan kemampuan membaca permulaan siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil test akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan prestasi belajar membaca permulaan siswa. Hasil observasi pada siklus 2 adalah sebagai berikut: keaktifan siswa tinggi, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran tinggi, tingkat keantusiasan tinggi, keaktifan membaca permulaan sedang, kemampuan membedakan huruf tinggi, dan kemampuan membaca permulaan sedang.

Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh peneliti sebagai guru kelas I, hasil analisis data pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada siklus 2, secara umum telah menunjukkan perubahan yang cukup tinggi. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan memahami kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kurang control waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Presentase hasil belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran terlihat meningkat drastis. Para siswa lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih bersemangat, dan kreatif. Kemampuan dalam mengeja huruf menjadi suatu kata lebih meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam membaca permulaan. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan lebih menyenangkan. Dari analisis hasil test pada siklus 2 ini diketahui bahwa nilai rata-rata siswa adalah 67,5 dan siswa yang memperoleh nilai di bawah batas KKM sebanyak 1 siswa atau 10%.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui test akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas 67 dan presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 90%. Atas dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing siklus, maka pembelajaran membaca permulaan yang menggunakan media gambar yang dilaksanakan pada siklus 2 sudah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikut.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan sudah bisa dikatakan berhasil. Hal tersebut terbukti nilai membaca permulaan siswa dari sebelum tindakan sampai pelaksanaan siklus 2 terus meningkat, dan nilai rata-rata kelas pun naik. Semula sebelum tindakan, nilai bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan rata-rata kelasnya hanya 60.

Setelah diadakan tindakan , yaitu mengajar dengan menggunakan media gambar, pada siklus 1 nilai rata-ratanya naik menjadi 60. Pada siklus 1 ini masih terdapat 6 siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian siklus 2. Pada siklus 2 ini, nilai rata-rata kelas naik menjadi 67, 5. Maka, tidak dilanjutkan ke siklus 3 karena sudah mencapai 90% siswa yang berhasil. Pada siklus 3 ini, presentase siswa yang sudah berhasil pembelajaran membaca permulaannya adalah sebanyak 92, 3% dengan nilai rata-rata 78, 5%.

Pada penelitian ini, masih terdapat 1 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Hal tersebut terjadi karena faktor dari siswa itu sendiri. Siswa tersebut memiliki sifat yang pemalas, kurang motivasi dari orang tua, di rumah tidak ada yang mau membimbing belajar, dan pada saat mengikuti pelajaran selalu bermain sendiri. Setiap kali dinasehati guru, siswa tersebut diam, namun tidak menghiraukan. Siswa tersebut tetap bermain tanpa merespon pelajaran, karena dengan alasan malas belajar.

Mengajar dengan menggunakan media gambar ini mampu menumbuhkan siswa lebih mudah mengingat bentuk huruf, cara mengucapkan huruf, cara mengeja suku kata, dan cara membaca suatu kata, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan tertarik dalam pelajaran membaca permulaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Gentan 02 dibandingkan dengan pembelajaran yang sebelum menggunakan media gambar. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata prestasi belajar siswa yang relatif lebih tinggi bila proses pembelajarannya menggunakan media gambar dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum menggunakan media gambar. Nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya menggunakan media gambar adalah 67, 5, sedangkan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum menggunakan media gambar adalah 59. Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gentan 02 kecamatan Susukan kabupaten Semarang. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar dapat mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Gentan 02.

Saran

Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka dapat dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Bagi sekolah

Oleh karena penggunaan media gambar dapat mengatasi kesuliltan belajar membaca permulaan siswa kelas I SD, maka seharusnya sekolah sebagai penentu kebijakan untuk menganjurkan para guru kelas rendah, khususnya guru kelas I menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran membaca permulaan. Hal ini dimaksudkan agar prestasi belajar membaca permulaan siswa dapat maksimal, serta mengurangi jumlah siswa yangmengalami kesuliltan belajar membaca permulaan siswa.

Bagi guru

Mengingat bahwa kelas rendah khususnya kelas I SD merupakan dasar penentu keberhasilan pembelajaran kelas-kelas di atasnya, maka proses pembelajaran harus matang dan lancar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Untuk itu guru SD khususnya guru kelas I hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode dan media dalam pembelajaran membaca permulaan. Salah satunya adalah dalam penggunaan media gambar. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar memang agak menyita waktu, tenaga, maupun biaya. Namun bila dilaksanakan dengan baik, maka proses pembelajaran membaca permulaan akan berhasil dan mampu mengurangi tingkat siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan.

Bagi siswa

Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan,hendaknya dalam belajarnya menggunakan alat bantu yang konkret, contohnya seperti macam-macam gambar, kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat. Karena dengan alat bantu yang konkret, maka siswa akan lebih mudah dalam belajar membaca permulan karena tertarik oleh gambar-gambar yang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Djauzak. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2000. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak.

Jakarta: Depdiknas.

Djago Tarigan. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan Wallinomo. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di SD.

Jakarta: Dekdikbud.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42296

http://stjenab.blogspot.com/2013/10/peningkatan-kemampuan-membaca-permulaan.html

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/viewFile/1705/1474

http://www.anneahira.com/kartu-huruf-bergambar.htm

http://retnonewsblog.blogspot.com/2012/03/upaya-meningkatkan-minat-baca-melalui.html