Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Kain
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE KAIN PERCA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MENTARI SUMBEREJO MONDOKAN
SEMESTER I TAHUN 2018/2019
Dwi Rohayatun
TK Mentari Sumberejo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Mentari Sumberejo Mondokan tahun 2018/2019 melalui kegiatan kolase kain perca, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Mentari Sumberejo Mondokan tahun 2018/2019 melalui kegiatan kolase kain perca. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Mentari Sumberejo Mondokan tahun 2018/2019 melalui kegiatan kolase kain perca. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan kolase kain perca dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 25% atau 5 anak, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65% atau 13 anak, kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 90% atau 18 anak dari 20 anak.
Kata Kunci: kemampuan motorik halus, kolase, anak
PENDAHULUAN
Pada umumnya taman kanak-kanak merupakan tempat bermain untuk anak-anak, dalam arti “ Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain”. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tugas utama taman kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dengan berbagai ketrampilan, pengetahuan, perilaku anak, kecerdasan anak agar anak dapat berekspresi sesuai dengan keinginan anak.
Pendidikan di taman kanak-kanak mengembangkan segala aspek perkembangan anak. Diantara aspek perkembangan itu adalah kemam- puan nilai agama dan moral, kemampuan bahasa, kemampuan fisik motorik, kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial emosional, serta kemampuan seni yang diintegrasikan dengan aspek kemampuan lainnya. Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak karena akan mempe- ngaruhi perkembangan aspek yang lainnya. Pengembangan kemampuan bahasa dilakukan dengan berbagai media, metode, kegiatan, dan eksplorasi pengalaman anak
Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Menurut peraturan peperintah Nomor 27 tahun 1990, tentang Pendidikan Pra Sekolah Bab I pasal 1 ayat (2) Pendidikan dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Pendidikan anak usia dini meliputi bidang pengembangan nilai moral agama, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosional. Sedangkan pengembangan fisik motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.
Selama ini di TK Mentari anak – anak kurang termotivasi dalam kemampuan motorik halusnya. Sebagian besar anak-anak TK Mentari kurang rapi dalam membuat kolase dan kurang tertarik dengan kegiatan tersebut. Padahal dalam perkembangan motorik halus membutuhkan stimulus menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Mereka perlu perlu diberi tugas- tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, membuat kolase, merajut, menulis dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengembangan di kelas ditemukan beberapa masalah terutama dalam kegiatan membuat kolase, diantara 20 anak hanya 5 anak atau 25% yang dapat membuat kolase dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi guru dan kurangnya kegiatan kolase dalam pembelajaran sehingga dalam kegiatan membuat kolase hasil yang diperoleh belum sesuai dengan harapan guru.
Kegiatan membuat kolase merupakan kegiatan yang melatih motorik halus pada anak dan dapat meningkatkan fisik motorik halusnya dimana anak menyesuaikan guntingan dengan bentuk yang diharapkan, motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. (Junita Dwi Wardani, 2011:47) Sehingga pengembangan motorik halus sangat penting untuk perkembangan selanjutnya.
Dari uraian diatas penulis akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Kain Perca Pada Anak Kelompok B di TK Mentari Sumberejo Mondokan Semester I Tahun 2018/2019.
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dirumuskan masalah: (1) Apakah melalui Kegiatan Kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Mentari Tahun Pelajaran 2018/2019?, (2) Hal apakah yang menjadi kendala dalam mengembangkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase pada anak kelompok B di TK Mentari Tahun Pelajaran 2018/2019?
Tujuan penelitian ini: (1) Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Mentari Tahun pelajaran 2018/2019. (2). Untuk mendiskripsikan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase anak kelompok B di TK Mentari Tahun Pelajaran 2018/2019
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan
Menurut Shaley dalam Irina V. Skolova (2008:142) bahwa kemampuan adalah pengetahuan mengenai area yang di dalamnya seorang individu bekerja dan memerlukan ketrampilan untuk memproses informasi secara kreatif dalam menghasilkan berbagai respon yang baru dan sesuai.
Kemampuan Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengarihi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal. Ketrampilan motorik halus atau ketrampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda- benda atau alat mainan termasuk pula menggunting. (Tri Asmawulan 2011: 49).
Menurut Junita Dwi Wardani (2011:47) kemampan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak – anak menggali pasir dan tanah, menuang air mangambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda – benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis.
Menurut Tri Asmawulan (2011: 45) pada anak usia 4 tahun motorik halus mulai berkembang, pengendalian otot- otot tangan dan jari – jari yang diperlukan untuk menulis simbol-simbol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ organ bicara yang dibutuhkan untuk perkembangan bahasanya. Bisa menggunting, dapat menggambar dan mencoret–coret huruf meski dalam bentuk kasar, mampu mengenakan baju sendiri, senang melakukan permainan seperti menyelesaikan puzzle.
Pada umur 5 tahun anak mampu melipat kain perca, dapat secara tepat menggambar bentuk kotak, huruf, dan angka. Sudah bisa menangkap bola kecil dan melemparkannya kembali dengan baik.
Pada umur 6 tahun, kemampuan motorik halus anak sudah dapat menggambar sesuatu yang berarti, menggunakan gerakan jari- jemari, menjiplak gambar kotak, menulis beberapa huruf, bahkan beberapa anak sudah dapat menulis dengan baik.
Studi yang dilakukan mengenai umur dan urutan perkembangan menghasilkan 5 prinsip perkembangan motorik anak yaitu: (1) Perkembangan Motorik Bergantung pada Kematangan Otot dan Saraf, (2) Belajar Ketrampilan Motorik Tidak Akan Terjadi sebelum Anak Matang, (3) Sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk melatih gerakan termpil bagi anak akan sia-sia maskipun bila upaya tersebut diprakarsai anak sendiri. Pelatihan (4) Perkembangan Motorik Mengikuti Pola yang dapat Diramalkan, (5)Perkembangan Motorik Dimungkinkan untuk dapat Ditentukan, (6) Perbedaan Individu dalam Laju Pertumbuhan Motorik
Hurlock (1978:157) memaparkan bahwa ada 8 hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik diantaranya yaitu kesiapan belajar, Kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, Motivasi, setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, dan Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu. Ketika mengembangkan motorik anak harus memperhatikan ke delapan cara mempelajari motorik anak diatas, sehingga perkembangan keterampilan motoriknya tidak terlambat anak bisa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan tahapan usianya. Jika salah satu dari delapan kondisi tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan anak akan berada di bawah kemampuannya.
Kegiatan Membuat Kolase Kain Perca
Pengertian Kolase
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kain perca, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. Dari definisi diatas dapat diuraikan pengaertian kolase tersebut merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam macam selama bahan dasar dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dirangkum (dikolaburasikan) sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi, dapat digolongkan bahan kolase. (Pamadi, 2008:5.4).
Unsur seni kriya dalam kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan ketrampilan menyusun, menempel, merangkai dan lain sebagainya adalah membutuhkan ketrampilan motorik halus. (Pamadi, 2008:5.5)
Manfaat Kolase
Bermain adalah naluri anak pada usia dini yang akhirnya dapat ikut serta dalam mematangkan emosional bagi anak sehingga dapat memenuhi kebutuhan setiap fase perkembangan psikologi anak. Ketrampilan, pengalaman, dan pengetahuan kolase lebih didominasi bermain bagi anak usia dini. (Pamadi, 2008:5.3) Dengan berkolase anak dapat membuat macam-macam mainan yang menyenangkan bagi anak.
Menurut Arsyad (2011: 10) hasil belajar seseorang yang diperoleh dari pengalaman langsung (konkret) akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, yang kesemuanya itu dapat memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Bahan – bahan yang akan ditempel anak dapat digunting ataupun disobek sehingga dapat merangsang motorik halus anak dapat lebih terlatih. Dalam kegiatan menempel bahan kolase anak juga berlatih kejelian mengembangkan kreatifitas dan berlatih kesabaran serta dapat mengekspresikan perasaannya.
Bahan Kolase Kain Perca
Kegiatan membuat kolase dapat dilakukan dengan cara menggunting bahan seperti kain perca, kain, daun, plastik dan lain- lain, dan menempelkan sesuai dengan gambar yang dibuat. Kegiatan kolase sering berpadu dengan menyobek, mengguntung dan menempel. Peneliti memilih bahan kain perca untuk membuat kolase karena disekitar sekolah banyak penjahit yang mempunyai limbah kain perca dan bisa dimanfaatkan untuk membuat kolase yang menarik bagi anak.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang diperoleh meningkatkan kemampuan motorik halus memerlukan berbagai alat peraga atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan motorik halus yang maksimal, misalnya dengan membuat kolase dengan berbagai media yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Kegiatan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus karena kegiatan kolase melibatkan koordinasi mata, otot dan otak.Dengan kegiatan pembelajaran dengan kolase kain perca diharapkan dapat meningkatkan kemempuan motorik halus anak TK Mentari Mondokan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan (1) Dengan Kegiatan membuat kolase kain perca dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Mentari Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Hal Yang menjadi kendala dalam menerapkan kegiatan membentuk kolase karena anak kurang sabar dalam menempelkan.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Mentari Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen yang terletak di Dukuh Sumberejo, Desa Sumberejo, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen.
Waktu Penelitian
Penelitian di TK Mentari pada bulan Juli 2018 sampai bulan Desember 2018 Rincian kegiatan penelitian sebagai berikut: Bulan Juli dan Agustus 2018 kegiatan persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, bulan September 2018 pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), bulan Oktober samapai Nopember 2018 penyusunan laporan penelitian, bulan Desember 2018 seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan, serta penggandaan dan pengiriman laporan.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Mentari Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen semester II Tahun 2018/2019.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan pada anak TK Mentari Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen kelompok B dengan jumlah anak terdiri dari 20 anak terdiri dari 7 anak laki-laki, 13 anak perempuan, dan guru Kelas B yang terdiri dari 2 guru.
Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran motorik halus dengan kolase, motivasi siswa dalam kegiatan kolase, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Sumber data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: Informan atau nara sumber, yaitu siswa, guru dan kepala sekolah TK Mentari, Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran membuat kolase, dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil kolase anak, dan buku penilaian.
Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan
Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru di kelas.
Wawancara atau diskusi
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Diskusi antaranggota tim peneliti dapat dilakukan di sekolah. Kegiatan diskusi itu dipimpin oleh peneliti. Dalam kegiatan diskusi itu, pemimpin diskusi melakukan hal-hal berikut: (1) meminta pendapat guru tentang penampilannya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, yang antara lain adalah mengungkapkan kelebihan dan kekurangannya serta perasaan-perasaan yang bersangkut-paut dengan kegiatan itu; (2) mengemukakan catatan tentang hasil pengamatannya terhadap KBM yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan segi-segi kelebihan dan kekurangannya; (3) mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan baik oleh guru maupun peneliti untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Kajian dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil unjuk kerja bermotorik halus anak, dan buku penilaian yang dibuat guru.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Kurt Levin (dalam Beny Iskandar, 2016:15) mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik Pemeriksaan Validitas Data
Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam kegiatan bermotorik halus dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tugas bermotorik halus kepada anak selanjutnya menganalisis hasil motorik halusnak mengidentifikasi kesulitan mereka dalam bermotorik halus (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami anak dalam bermotorik halus, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran bermotorik halus di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan sebagainya
Teknik Analisis Data
Menganalisis data bentuknya beraneka ragam merupakan tugas besar bagi peneliti kualitatif menurut Patton dalam Moleong (1989:112) analisis data adalah sebagai suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan analisis data adalah suatu upaya untuk menata secara sistematis data hasil observasi, wawancara dan lain sebagainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya dalam bentuk suatu temuan (Suyadi, 2000:50).
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data tertentu untuk menafsirkan data yang sudah diperoleh sehingga peneliti dapat menemukan makna dari data dalam penelitian. Dalam penelitian ini data yang didapat dari siklus 1 menjadi acuan dalam pengembangan siklus 2. Jika siklus 1 belum ada peningkatan yang berarti perlu diadakan perencanaan tindakan ulang, begitu selanjutnya sehingga didapat peningkatan yang berarti dalam kemampuan anak.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dari penelitian ini adalah Peningkatan pengembangan motorik halus anak dengan kegiatan kolase anak Yang mendapatkan nilai BSB (cepat menempel bahan kolase dan hasilnya rapi) dan Yang mendapat nilai BSH(menempel bahan kolase dengan sedikit bimbingan guru) 80%, atau 16 anak didik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskrisi Pra Siklus
Sebelum diberikan tindakan penelitian, dilakukan penilaian terhadap kemampuan membuat kolase kain perca, anak–anak diberikan kegiatan membuat kolase dengan potongan kain perca bentuk segitiga dan segi empat dalam prasiklus. Hasil penilaian terlihat yang tuntas mendapat nilai BSH hanya 5 anak, atau 25%. Yang 75% atau 15 anak mendapat nilai MB belum tuntas. Karena itu perlu diadakan perbaiakn pembelajaran motorik halus dengan kolase kain perca. Pelaksanaannya disepakati pada hari Rabu sampai Jum’at tanggal 5 sampai 7 September 2018.
Deskripsi Siklus Pertama
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kolase dengan media potongan kain perca lipat. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak cukup mampu menempel sesuai gambar 2)Anak cukup sabar menempel sesuai gambar, 3)Anak belum cukup rapi dalam menempel, 4)Anak sudah belum cepat dalam kegiatan kolase.- masih ada yang belum selesai menempelnya.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak dari pra siklus yang hanya 25% setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke -1, menjadi 40%. Dalam siklus I hali ke-1 ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena sebagian anak belum dapat menempel dengan rapi, sehingga guru perlu menambah kegiatan kolase dengan media dan gambar yang lebih menarik. Pada hari ke-2, ketuntasan anak baru 50% atau 10 anak, dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 50% atau 10 anak. Pada hari ke-3 keberhasilan 65% atau 13 anak. Dalam siklus I hari ke-3 ini sudah tambah peningkatan tapi belum maksimal karena sebagian anak belum dapat menempel dengan rapi, sehingga guru perlu menambah kegiatan kolase dengan media dan gambar yang lebih menarik.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus ke II, yang disepakati pada hari Rabu sampai Jum’at tanggal 12 sampai 14 September 2018.
Siklus Kedua
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermotorik halus dengan motorik halus bergambar. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1)Anak sudah mampu menempel sesuai gambar 2)Anak cukup sabar menempel sesuai gambar, 3)Anak belum cukup rapi dalam menempel, 4)Anak sudah cepat dalam kegiatan kolase, sudah selesai semua menempelnya.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan bahasa terutama kemampuan bermotorik halus anak yang meningkat. Keberhasilan pembelajarannya dari pra siklus yang hanya 25% setelah diadakan perbaikan pada siklus I ketuntasan belajar anak menjadi 65%, kemudian dilanjutkan dengan siklus II Hari Ke-1 ketuntasan belajar meningkat menjadi 70% atau 14 anak. Dalam siklus II Hari ke-1, ini sudah banyak peningkatan namun belum maksimal karena anak sudah dapat membuat kolase tapi masih 6 anak yang belum rapi kolasenya. Pada Siklus II hari ke-2 meningkat menjadi 75% atau 15 anak.Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan bermotorik halus anak melalui kegiatan kolase sudah banyak peningkatan, tapi belum berhasil karena belum memenuhi syarat ketuntasan 80%. Siklus II hari ke-3, keberhasilan belajar mencapai 18 anak, atau 90%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan kolase sudah banyak peningkatan, dan sudah berhasil karena sudah melebihi syarat ketuntasan 80%. Sehingga penelitian ini dicukupkan pada Siklus II hari ke-3.
Berdasarkan hasil tersebut, kegiatan pembelajaran motorik halus dengan kegiatan kolase di TK Mentari, Mondokan, Sragen dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan ini didukung oleh usaha guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode dan media, serta kegiatan yang tepat serta dengan memotivasi anak secara intensif sehingga anak senang dan bersemangat dalam bermain dan belajar.
Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai dengan kegiatan bermain melalui kegiatan kolase. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan hasil kegiatan pada pra siklus. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat membuat kolase dengan rapi.
Pada siklus I hari ke-1 ketuntasan baru 40% atau 8 anak dengan nilai BSH, dan12 anak atau 60% belum tuntas dengan nilai MB. Pada hari ke-2 ketuntasan baru 50% atau 10 anak dan belum tuntas 50% atau 10 anak. Pada hari ke-3 ketuntasan 65% atau 13 anak, dan masih 7 anak atai 35% yang belum tuntas dengan nilai MB, sehingga belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80% harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan motorik halus membuat kolase dengan kain perca warna warni dan gambar yang lebih menarik agar anak lebih tertarik. Pada perbaikan siklus II ini sudah mengalami peningkatan. Peningkatan ini sudah maksimal karena anak belum dapat membuat kolase dengan rapi tinggal 2 anak yang belum selesai, sehingga sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada hari ke-1 ketuntasan 70% atau 14 anak, hari ke-2 ketuntasan 75% atau 15 anak dan hari ke-3 ketuntasan 18 anak atau 90%. Hal ini sudah memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80% dan sudah tidak perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pengembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase kain perca dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, guru yang selalu memotivasi murid, kreatif dan inovatif
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
- Melalui kegiatan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran hanya 25%, kemudian pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65%, dan pada siklus kedua meningkat menjadi 90%.
- Pengembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase kain perca dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, guru yang selalu memotivasi murid, kreatif dan inovatif.
Saran
Bagi Guru TK
- Guru hendaknya mengetahui dan dapat memberikan solusi pada masalah yang timbul dalam pembelajaran motorik halus.
- Guru hendaknya meningkatkan kinerjanya dalam mendidik agar semua kompetensi anak didik dapat tercapai dengan baik.
- Guru hendaknya memberikan kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan, bervariasi dan dapat memanfaatkan barang limbah untuk media pembelajaran.
Bagi Sekolah
- Sekolah hendaknya menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam berbagai kegiatan bermain sambil belajar maupun belajar seraya bermain.
- Sekolah hendaknya memberikan fasilitas APE, sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak secara memadai untuk keberhasilan pendidikan.
Bagi Orang tua
- Karena orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya maka hendaknya ia membimbing, mengarahkan, mengawasi dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajarnya, selain itu juga harus membiasakan anak untuk menyelesaikan tugas
- Diharapkan orang tua dapat merangsang kreatifitas anak dan melanjutkan pendidikan di sekolah untuk diterapkan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad MA. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta. Gramedia
Asmawulan Tri, Wardani Junita Dwi 2011. Perkembangan Fisik Motorik dan
Bahasa. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta- Qinant.
Beny Iskandar, Rahmat Hidayat. 2016. Penelitian Tindakan Kelas di TK (Modul PKB TK). PPPTK TK & PLB. Bandung
D Wijana Widarmi, 2009. Kurikulum Pendidikan Anak usia Dini Departemen
Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka
Hajar Pamadi, Sukardi Evan. 2008. Seni Ketrampilan Anak. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka
Hurlock.1996.Pendidikan Anak Usia Dini. New York:Ideas Publication.
Irina V. Sokolova (2008). Kepribadian anak. Sehatkah Kepribadian Anak Anda?. Penerbit Kata Hati. Jogjakarta.
Moleong, J. Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Rosdakarya
Permendikbud no 137 tahun 2014 tentang Standar PAUD Lampiran 1
Sukardi Evan, Hajar Pamudi, 2008. Seni Ketrampilan Anak Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka
Suyadi (2000).Teori Pembelajaran Anak Usia Dini.Bandung. PT Remaja Rosdakarya