Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi Membatik
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
MELALUI METODE DEMONSTRASI MEMBATIK
PADA ANAK KELOMPOK B DI TK BINA DHAKTI JUWOK
SEMESTER I TAHUN 2019/2020
Endang Suhartini
TK Bina Bhakti Juwok
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Bina Dhakti Juwok semester I tahun 2019/2020 melalui metode demonstrasi membatik, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Bina Dhakti Juwok semester I tahun ajaran 2019/2020 melalui metode demonstrasi membatik.3) Meningkatkan mutu pembelajaran di TK Bina Dhakti Juwok. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Bina Dhakti Juwok KecamatanSukodono Kabupaten Sragen Semester I Tahun 2019/2020. Pertama identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1pada tanggal 4 sampai dengan 6 September 2019, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2 pada tanggal 11 sampai dengan 13 September 2019. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi membatik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Pada pra siklus hanya 5 anak atau 27,8% anak yang mampu membatik, siklus I meningkat menjadi 11 anak atau 61% dan pada siklus II meningkat menjadi 16 anak atau 88,9% dari 18 anak.
Kata Kunci: kemampuan motorik halus, metode demonstrasi membatik, anak TK
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai
fase “Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting
untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini
mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan
kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelainan yang bersifat
permanen dapat dicegah. Masa peka merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan seluruh potensi anak termasuk pula minat dan bakat dalam motorik halus.
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial.
Perkembangan kemampuan dasar anak terdiri dari kemempuan nilai moral agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik dan seni. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan lain yang berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah anak akan semakin cepat bereaksi, semakin baik koordinasi mata dan tangannya, dan anak semakin tangkas dalam bergerak. Jadi seorang guru perlu mengembangkan kemampuan motorik anak tersebut agar anak dapat tumbuh dengan baik.
Didalam kegiatan pembelajaran di TK Bina Bhakti Juwok, Anak Usia Dini untuk mengasah kemampuan motorik halus anak, anak diperkenalkan dengan seni membatik. Sebagai anak bangsa, sejak dini anak – anak mulai ditanamkan Pendidikan Karakter Bangsa salah satunya dengan mencintai kebudayaan Bangsa Indonesia yaitu Batik.
Tetapi berdasarkan pengalaman guru di kelas, kegiatan pengembangan kemampuan motorik halus membatik di TK Bina Bhakti Juwok ditemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak terhadap kegiatan tersebut. Dari 18 anak didik kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok hanya 5 anak yang mampu menyelesaikan kegiatan atau 27,8% yang dapat membatik dengan lancar, sedangkan sisanya masih memerlukan bantuan dalam mengerjakannya. Setelah mengamati hal tersebut, penulis mendiskusikan dengan Kepala Sekolah dan teman–teman sejawat tentang masalah yang teridentifikasi diatas, maka penulis akan mengatasi permasalahan rendahnya minat anak tentang membatik pada anak kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok. Sehingga perlu adanya upaya peningkatan kemampuan motorik halus melalui metode demostrasi membatik pada anak kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok.
Berdasarkan analisis masalah tersebut diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah melalui metode demonstrasi membatik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok? (2) Bagaimana cara penerapan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui metode demonstrasi membatik bagi anak Kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok?
Sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui metode demonstrasi membatik bagi anak Kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen. (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus melalui metode demonstrasi Membatik bagi anak Kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Motorik Anak
Menurut Diniwati dan Elis (2016:12) tertulis bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan kemampuan motorik dapat disebut sebagai kemampuan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Kemampuan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dn otot. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.
Menurut Hurlock (2008:22) kemampuan motorik berarti pengendalian gerak jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Kemampuan motorik anak erat kaitnnya dengan bermain. Melalui bermain, anak akan memahami akan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan disekitar tempat dia bermain. Melalui bermain pula, Anak akan mulai mencipta, berimajinasi, berekplorasi dengan bebas tanpa adanya paksaan dari orang lain.
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan anak, meliputi sistem komunikasi, sosial dan dunia fisik motorik anak. (Garvey,1990:23). Kemampuan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian keterampilan berfungsi membantu anak dalam kemandiriannya, sedangkan sebagian yang lain berfungsi membantu mendapatkan penerimaan sosial.
Motorik Halus Anak
Motorik halus adalah gerakan yang mengunakan otot – otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, membatik, mencetak dan lain lain.
Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira – kira 3 tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Selain itu, anak masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau crayon untuk menggambar.
Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memperlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematamgan mental, misalnya keterampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan keterampilan menggerakkan pergelangan dan jari–jari tangan, anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar sebagai contoh untuk menggambar lingkaran, anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menerjemahkan dalam bentuk gambar. (Moeslichatoen,1999:23)
Tujuan Perkembangan motorik halus di TK adalah sebagai berikut: (1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (2) Mampu memperkenalkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. (3) Mampu mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata.
Fungsi perkembangan motorik halus di TK adalah: (1) Alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (2) Alat untuk meningkatkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jarijemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. (3) Alat untuk melatih mengkoordinasikan kecepatan/ kecekatan tangan dengan gerakan mata. (4) Alat untuk melatih penguasaan emosi. (Diniwati dan Elis, 2016: 40-41)
Metode Demonstrasi
Metode adalah cara menyampaikan/mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Metode merupakan bagian dari strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan. Setiap guru akan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan gaya melaksanakan kegiatan. Namun pelaksanaanya di TK mempunyai cara yang khas, yaitu misalnya guru TK jarang menggunakan metode ceramah, karena metode ceramah menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih metode yang akan digunakan, guru TK perlu memilih alasan yang kuat dan memperhatikan faktor – faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik anak yang dibinanya.
Pengembangan Motorik anak dapat dikembangkan melalui metode – metode yang dapat menjamin anak tidak cidera. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menantang (Gordon dan Browne,1985). Bahan dan alat yang digunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan perasaan takut dan cemas dalam menggunakannya. Berbagai bahan dan alat yang dipergunakan juga menantang anak untuk melakukan berbagai aktivitas motorik.
Menurut Muhibbin Syah (2000:14), metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau meteri yang sedang disajikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2014:26) demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Guru dituntut mendemonstrasikan sesuatu harus jelas, alat peraga harus dipersiapkan terlebih dahulu, agar pada saat mendemonstrasikan tidak terhambat atau terganggu.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi: Pertama, dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Melalui metode ini kegiatan menjadi lebih menarik karena mereka dapat melihat secara langsung bagaimana suatu proses berlangsung. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK terutama daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, berpikir divergen dan berpikir evaluatif.
Langkah – langkah metode demonstrasi: memperagakan (showing), melakukan (doing), menyampaikan/menjelaskan (telling)
Membatik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Batik berasal dari bahasa jawa “amba” yang berarti menulis dan nitik. Membatik adalah seni melukis dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai pelindung atau untuk mendapatkan ragam rias diatas kain. Namun dijaman sekarang batik sudah berkembang dan dengan modifikasi yang beraneka ragam. Untuk menjaga kelestariannya sejak dini anak anak sudah diperkenalkan dengan seni membatik.
Membatik untuk anak TK dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk meningkatkan salah satu kemampuan motorik halus juga mengasah kreatifitas anak, Supriyadi (1994) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, bisa berupa agasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.Kegiatan membatik dilaksanakan secara bertahap, pada tahap awal membatik dilaksanakan dengan pola buatan guru kemudian pada tahap selanjutnya anak dapat membat sendiri pola untuk membatik sesuai dengan kemampuan dan kreasi anak masing – masing.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang diperoleh pengembangan kemampuan motorik halus memerlukan berbagai kegiatan, atau metode atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan motorik halus yang maksimal, misalnya dengan kegiatan membatik. Kegiatan membatik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Bina Bhakti Juwok Tahun Pelajaran 2019/2020
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: Dengan Kegiatan pembelajaran melalui metode demonstrasi membatik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Bina Bhakti Juwok Tahun Pelajaran 2019/2020. Melalui melalui metode demonstrasi membatik dapat meningkatkan motorik halus anak terutama kreatifitas dalam membatik, dan koordinasi tangan dan mata.
METODE PENELITIAN
Teknik Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Bina Bhakti Juwok Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2019/2020. Menurut Meleong, (1997:7) dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan untuk dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan treatment pada saat pembelajaran mengembangkan kemampuan motorik halus anak di TK Bina Bhakti Juwok semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 melalui metode demonstrasi membatik
Latar Penelitian
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Bina Bhakti Juwok, yang beralamatkan di Dukuh Sukodono Kelurahan Sukodono, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
Waktu Pelaksanaan
Dalam kegiatan pelaksanaan penelitian ini dari bulan Juli 2019 sampai bulan November 2019 ini dilaksakan dalam dua siklus yaitu: Siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu sampai pada hari Jum’at, tanggal 04 – 06 September 2019. Siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu sampai pada hari Jum’at, tanggal 11 – 13 September 2019.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berusia 5 – 6 tahun berjumlah 18 anak, terdiri dari 8 laki laki dan 10 perempuan.
Fokus Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan untuk memberikan solusi permasalahan kemampuan motorik halus yang belum mencapai tingkat pencapaian perkembangan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak terutama kemampuan membatik dengan berbagai media.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik, pendidik dan Kepala Sekolah TK Bina Bhakti Juwok. Sedangkan data yang dikaji yaitu: daftar Hadir Guru, Daftar Hadir Anak Didik, Buku Kurikulum TK. RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Observasi
Menurut Suharsini Arikunto, (2002:234) Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa bantuan alat standar untuk keperluan pengamatan. Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.
Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri suaranya sendiri. Melalui wawancara dapat diperoleh berbagai keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Metode wawancara ini dilakukan pada guru, orang tua murid, dan juga anak didik.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengambil dari dokumen catatan, foto, hasil tes atau benda yang dapat memberi informasi dengan lengkap. Metode pengumpulan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil sumber-sumber dokumen bahan yang dijadikan dokumen misalnya buku, foto, catatan dan sebagainya.
Keabsahan Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya / keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggung- jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong, (2002: 178) Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data – data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik diskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analitis kritis. Analisis data menurut L.J. Moeloeng, (2002: 178) dalam penelitian menggunakan trianggulasi untuk menguji vadilitas data yang diperoleh dalam penelitian, trianggulasi adalah teknik memeriksa keabsahan data yang menggunakan suatu yang lain diluar data itu untuk mengecek sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian ini mengggunakan trianggulasi teknik pengumpulan data dan trianggulasi sumber data.
Indikator Kinerja
Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian.
Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%. Untuk mengetahui prosentase ketuntasan pada hasil belajar anak adalah:
Rumus P=n/N x 100%
Keterangan:
P : Prosentase yang dicari
n : Jumlah nilai tuntas/tidak tuntas
N : Jumlah anak
100% : Angka konstan (100%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi Pra Siklus
Sebelum dilakukan tindakan penelitian diadakan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi anak dalam bidang kemampuan berbahasa anak dalam membatik.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus membatik pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak baru 27,8%, tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 72,2%. Pelaksanaannya disepakati pada hari Rabu, Kamis dan Jum’at tanggal 04, 05 dan 06 September 2019
Deskripsi Siklus Pertama
Peneliti merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melekukan refleksi terhadap pembelajaran membatik. Berdasarkan hasil observasi hari pertama, Rabu, 4 september 2019, peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus membatik anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus membatik baru 33,3% atau 6 anak, belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 66,7% atau 12 anak.
Pada hari kedua, Kamis, 5 September 2019 berdasarkan hasil observasi, ketuntasan anak baru 39% atau 7 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 61% atau 11 anak.
Pada hari ketiga Jum’at, 6 September 2019, berdasarkan hasil observasi, ketuntasan anak baru 61% atau 11 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 39% atau 7 anak. Balum mencapai keberhasilan 80%.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya yang disepakati pada hari Rabu, Kamis, Jum’at tanggal 11 s/d 13 September 2019.
Siklus Kedua
Peneliti merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melekukan refleksi terhadap pembelajaran membatik. Berdasarkan hasil observasi hari pertama, Rabu 11 September 2019, peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus membatik anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus membatik anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 72,2% atau 13 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 27,8% atau 5 anak.
Pada siklus II hari kedua Kamis, 12 September 2019, ketuntasan anak baru 77,8% atau 14 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 22,2% atau 4 anak.
Pada hari ketiga Jum’at, 13 September 2019, kemampuan motorik halus membatik anak sudah maksimal dibandingkan dengan keadaan pada pra siklus dan siklus I, dengan ketuntasan 88,9% atau 16 anak. Hal tersebut terlihat dari hasil ketuntasan anak yang pada pra siklus hanya 27,8% meningkat menjadi 61% pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan lagi pada siklus II hasilnya meningkat menjadi 88,9%. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui metode demonstrasi membatik berhasil karena sudah memenuhi syarat ketuntasan yaitu 88,9%. Sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil, kegiatan pembelajaran motorik halus dengan metode demonstrasi membatik di TK Bina Bhakti Juwok, Kec. Sukodono, Sragen dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan ini didukung oleh usaha guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode dan media yang tepat serta dengan memotivasi anak secara intensif sehingga anak senang dan bersemangat dalam bermain dan belajar.
Pembahasan
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas maka dapat ditentukan cara atau metode yang tepat utuk meningkatkan motorik halus anak yaitu melalui metode demonstrasi pada kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Kegiatan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dengan metode dmonstrasi dituangakan dalam membatik pola yang dibuat guru ataupun pola karya anak sendiri dan disesuaikan dengan tema. Dalam kegiatan membatik ini anak dapat mengekspresikan serta melatih kemampuan motorik halusnya, sehingga pembelajaran dapat ditingkatkan.
Dari data Siklus I dan Siklus II dapat diketahui bahwa pencapaian hasil anak semakin meningkat dari hari pertama Siklus I sampai hari ketiga Siklus II. Pada Pra Siklus keberhasilan pembelajaran Motorik halus membatik baru 27,8% atau 5 anak, pada Siklus Pertama Keberhasilan pembelajaran baru 61% atau 11 anak, dan pada akhir siklus II keberhasilan pembelajaran 88,9% atau 16 anak. Dari hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sehingga usaha peningkatan kemampuan motorik halus telah mencapai hasil yang diharapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada kelompok B di TK Bina Bhakti Juwok dapat disimpulkan sebagai berikut: Dengan metode demonstrasi membatik ternyata dapat meningkatkan hasil kemampuan motorik halus anak dan metode yang digunakan dapat membuat suasana pembelajaran lebih menarik. Hal ini terbukti dari 18 anak pada pra siklus hanya 5 anak atau 27,8% anak yang mampu membatik, siklus I meningkat menjadi 11 anak atau 61% dan pada siklus II meningkat menjadi 16 anak atau 88,9%. Dengan demikian ketuntasan belajar minimal 80% dapat diraih, sehingga hipotesis yang menyatakan penggunaan dengan metode demonstrasi membatik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus di TK Bina Bhakti Juwok terbukti kebenarannya.
Saran
Pendidik atau guru
- Guru hendaknya dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan melalui bermacam metode, misalnya metode demonstrasi membatik. Metode tersebut juga harus sesuai dengan kemampuan atau indikator yang diharapkan, sehingga anak mudah untuk menerima pembelajaran yang disampaikan. Metode ini juga diharapkan dapat memberikan inovasi baru cara pembelajaran.
- Membatik supaya dikenalkan kepada anak untuk mengembangkan motorik halus dan melestarikan budaya batik.
Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu mengetahui seberapa penting kemampuan motorik halus anak yang harus dimiliki sesuai usianya. Selain itu juga agar anak meningkatkan dan menggali potensi diri yang ada sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat memberikan arahan dan bimbingan dalam menggunakan metode pengajaran di sekolah tersebut dalam meningkatkan kemempuan motorik halus. Serta meningkatkan sarana dan prasarana yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
DAFTAR PUSTAKA
Catherin Garvey. 1990. The Developing Child. Oxford: Oxford University Press.
Diniwati, Elis Supartini. 2016. Karakteristik Anak Usia Dini (Modul PKB TK Kompetensi A) Bandung. PPPTK TK dan PLB
Gordon Anna Miles & Catrine William Brownie.1985. Begining and Beyond Fundation in Early Chilhood Education. New York ; mc. Grow Hill Book Company
Hurlock. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. New York:Ideas Publication.
Lexy J. Moleong. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya
Lexy J. Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya
Muhibin Syah.2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rajawali Pers
Moeslichatoen.1999. Metode Pembeljaran di TK. Jakarta: Rieneka Cipta.
Supriyadi.1994. Layanan Bimbingan Di Perguruan Tinggi. Bandung Rosda Karya
Syariful Bahri Jamarah. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.