UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN

DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING

PADA ANAK KELOMPOK B TK MARSUDISIWI 2 MAJENANG SUKODONO SRAGEN SEMESTER I TAHUN 2018/2019

 

Sri Rahayuningsih

TK Marsudisiwi 2 Majenang Sukodono Sragen

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dengan metode Cooperative Learning pada peserta didik Kelompok B TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono tahun 2018/2019. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Setelah dilaksanakan selama dua siklus, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemandirian peserta didik TK Marsudisiwi Majenang kecamatan Sukodono tahun 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning.

Kata Kunci: kemandiriaan, cooperative learning

 

PENDAHULUAN

Taman Kanak-kanak (TK) Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen merupakan salah satu lembaga PAUD formal yang berada pada pinggiran kota kecamatan sebelah Barat Laut, memiliki kemampuan yang hampir sama karena saat masuk memiliki umur yang hampir sama yakni antara 4-5 tahun dan 5-6 tahun. Namun demikian bila ditinjau dari kemandirian anak didik belum sesuai harapan guru maupun orang tua, berdasarkan pengamatan saat melakukan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang terjadi di TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen, yaitu adanya anak yang belum memahami untuk melakukan interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan anak yang baru.

Pada lembaga prasekolah inilah anak-anak dikenalkan proses kemandirian dan berinteraksi dengan pola permainan. Karena dunia anak adalah dunia bermain, maka dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan Kemandirian, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Dengan kegiatan bermain dengan berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. Hal ini terjadi karena bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

Salah satu kegiatan bermain yang dapat digunakan untuk membiasakan kemandirian anak adalah dengan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Salah satu pendekatan dalam rangka memberikan aktivitas kelompok adalah pendekatan pembelajaran Cooperative Learning, di mana siswa dikondisikan untuk aktif secara fisik dan mental.

Berpijak pada latar belakang masalah maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah dengan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kemandirian anak kelompok B TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen semester I tahun 2018/2019? (2) Bagaimanakah proses pembelajaran dengan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kemandirian anak kelompok B semester I TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen semester I tahun 2018/2019?

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: (1) Untuk mengetahui peningkatan kemandirian anak dengan metode Cooperative Learning di TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen tahun 2018/2019. (2) Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kemandirian anak kelompok B semester I TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen tahun 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Kemandirian

Menurut Miarso (2002: 32) “bahwa belajar mandiri prinsipnya sangat erat hubungannya dengan belajar menyelidik, yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan”. Pendapat ini berarti kemampuan ini penting karena keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari kesanggupan bertindak dan berpikir sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain. Paling sedikit ada 2 (dua) kemungkinan untuk melaksanakan prinsip ini, yaitu 1) digunakan program belajar yang mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik dengan bantuan guru yang minimal, dan 2) melibatkan anak dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan.

Menurut Good dalam Slameto (2005: 25), “kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak luar”. Dalam pendapat ini kemandirian belajar anak bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya. Di dalam perkembanganya kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.

Pembelajaran Metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif)

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua Cooperative Learning bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu: (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota, dan (5) Evaluasi proses kelompok.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian teoretis di atas maka dapat diajukan suatu kerangka pemikiran atau suatu anggapan dasar yang dapat melandasi kegiatan penelitian ini. Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk mewadahi teori-teori yang bisa seolah-olah lepas atau sama lain menjadi satu rangkaian untuk mengarah pada penemuan jawaban sementara. Kerangka pemikiran merupakan argumentasi-argumentasi yang rasional terhadap teori-teori yang digunakan untuk menjawab masalah. Karena penelitian dituntut untuk membuat penalaran yang menggunakan logika untuk sampai pada kesimpulan jawaban sementara masalahnya.

Kemandirian anak dalam arti mampu mencukupi sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif, percaya diri, dan mampu mengambil keputusan untuk memilih sesuatu yang dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Dengan kata lain apabila seorang anak memiliki kemandirian yang baik, maka pencapaian prestasi belajarnya juga akan baik.

Dengan metode Cooperative Learning anak akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya, sehingga ia akan mampu berpikir bahwa di sekitarnya ada orang lain yang perlu berkembang dan berkemandirian. Penggunaan metode Cooperative Learning untuk meningkatkan kemandirian anak mengandung arti belajar mewujudkan kemandirian untuk dapat membantu mengembangkan komonikasi dan membantu pribadi anak untuk dapat mengekspresikan kemandirian. Dengan menggunakan metode Cooperative Learning yang benar maka kemandirian anak akan meningkat sehingga dapat meningkatkan keberanian anak untuk melakukan segala sesuatu dengan mandiri.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2006: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan. Pedoman itu berupa jawaban sementara atau hipotesis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka didalam penulisan PTK ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Dengan Metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kemandirian anak usia dini TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen tahun 2018/2019.

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen. Penelitian dilaksanakan selama selama 6 bulan mulai bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Desember 2018. Subyek penelitian adalah Guru kelas serta siswa di Taman Kanak Kanak Marsudisiwi 2 Majenang, Sukodono Sragen tahun pelajaran 2018/2019. Obyek penelitian adalah kemandirian siswa serta pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning.

Jenis Penelitian

Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan dilapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian berupa penelitian tindakan kelas (PTK), yang menggunakan strategi penelitian dengan langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.

Sumber Data

Sumber data dapat ditemukan dengan pengamatan keseharian yang dilakukan pada anak, dimana anak sebelumnya masih pemalu dan penakut serta kurang dapat mandiri dalam aktifitas, setelah mengikuti metode Cooperative Learning mampu tumbuh keberaniannya, hilang rasa takutnya dan anak menjadi lebih aktif dan mampu berekspresi dengan leluasa.

Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), serta akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Kemmis dan Mc Taggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dipergunakan: (1) Teknik Wawancara, (2) Observasi, Metode Tes, dan Metode Catatan Lapangan.

Teknik Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistemtis dan disengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) atas kejadian – kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi (Walgito, 2004: 64).

Metode Dokumentasi

Studi dokumentasi ini sebagai pelengkap data, dan dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat menjadi nara sumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimungkinkan ditanyakan dengan wawancara atau observasi. Di dalam melakukan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berujud tulisan saja tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol (Sutopo, 2003: 149-150).

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder, baik yang diperoleh dari perpustakaan maupun warung internet. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa nama siswa, sejarah perkembangan TK Marsudisiwi 2 Majenang Kecamatan Sukodono Kabuapten Sragen.

Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkn data yang diperlukan. Pembuatan instrumen disusun sebelum peneliti terjun kelapangan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi peningkatan kemandirian. Lembar observasi peningkatan kemandirian berisi tentang catatan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang dicapai.

Keabsahan Data

Agar dapat memaknai kebenaran terhadap informasi yang diperoleh menunjukkan ketepatan atas hal yang dikaji, maka peneliti melakukan validasi. Dalam penelitian ini, kegiatan validasi data dilakukan dengan triangulasi yaitu melakukan komparasi pada jenis informasi yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda (observasi, wawancara dan dokumenter)

Selain itu peneliti juga melakukan cross-check terhadap informasi baik dengan sumber informasi awal maupun sumber informasi lanjutan. Teknik ini dinamakan validasi responden. Dalam melakukan validasi ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah,

1.       Informasi yang diteliti telah dibuat bervariasi jenisnya untuk semua domain yang ditemukan, yaitu setiap domain yang ditemukan dilakukan penelusuran variasinya secara kualitatif.

2.       Melakukan pencermatan yang lebih konkrit dengan menelusuri kembali pedoman observasi dan pedoman wawancara yang telah dibuat untuk menelusuri kembali struktur internal dari setiap domain yang ditemukan.

3.       Melakukan cross-check atas kebenaran dan kemantapan suatu informasi yang telah diperoleh dengan sumber informasi pelaku dan sumber informasi situasi lain (awal maupun lanjutan).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, kesulitan anak dalam kemampuan kemandirian melalui metode pembelajaran kooperatif berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah Peningkatan pengembangan kemandirian anak melalui metode pembelajaan kooperatif. Yang mendapatkan nilai BSB dan BSH yaitu anak yang dapat melaksanakan kegiatan kemandirian minimal 80% dari jumlah anak didik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Sebelum diberikan tindakan penelitian, dilakukan pengamatan terhadap kemampuan kemandirian, anak–anak diberikan kegiatan pengembangan kemandirian yaitu memakai baju sendiri, cuci tangan sebelum makan, makan sendiri, dan melepas dan memakai sepatu sendiri.

Berikut ini hasil penilaian masing-masing anak dalam prasiklus, dari sebanyak 20 peserta didik, yang sudah tuntas baru 7 anak (35%), sisanya sebanyak 13 peserta didik (65%) belum tuntas belajar.

Diskripsi Hasil Siklus I

Siklus I hari I

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah cukup mampu melepas sepatu dan memakai sepatu masih dibimbing, 2) Anak sudah cukup mampu memakai dan mengancingkan baju,3) Anak cukup mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak belum cukup mampu makan sendiri dengan baik.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan kemandirian anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 35% setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 menjadi 45%.

Siklus I hari Ke-2

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah cukup mampu melepas sepatu dan memakai sepatu masih dibimbing, 2) Anak sudah cukup mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak cukup mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak belum cukup mampu makan sendiri dengan baik.

 Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan Kemandirian anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 35% setelah diadakan perbaikan pada siklus I Hari ke -1 menjadi 45% dan hari ke-2 menjadi 55% atau 11 anak.

Siklus I hari Ke-3

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Anak sudah mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak cukup mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak belum cukup makan sendiri dengan baik.

 Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan Kemandirian anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 30% setelah diadakan perbaikan pada siklus I Hari ke -1 menjadi 45% dan hari ke-2 menjadi 55% atau 11 anak kemudian pada siklus I hari ke-3 65% atau 13 anak.

Refleksi

Penulis melakukan refleksi dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi pada kegiatan Kemandirian dengan metode pembelajaran kooperatif jika belum maksimal, dan baru ada sedikit peningkatan, penulis akan mencari permasalahannya dan mencari solusinya untuk melakukan kegiatan bermain di siklus kedua. Penulis melakukan refleksi dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi pada kegiatan Kemandirian dengan metode pembelajaran kooperatif pada siklus I belum cukup maksimal, perlu dikembangkan baik dari media, cara dan kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari siklus I diperoleh hasil antara lain: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Anak sudah mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak cukup mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak belum cukup mampu makan sendiri dengan baik.

Diskripsi Siklus II

Siklus II Hari Ke-1

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Masih ada anak yang belum mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak sudah mampu cuci tangan dengan benar, 4) Masih ada anak belum cukup mampu makan sendiri dengan baik.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan Kemandirian anak yang meningkat dari siklus I yang tuntas hanya 65% setelah diadakan perbaikan pada siklus II Hari ke-1 menjadi 70%

Berdasarkan tabel observasi diatas, kemampuan Kemandirian anak sudah meningkat dibandingkan dengan keadaan pada pra siklus dan siklus I. Hal tersebut terlihat dari hasil ketuntasan anak yang pada pra siklus hanya 35% meningkat menjadi 65% pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan lagi pada siklus II hari ke-1 hasilnya meningkat menjadi 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan Kemandirian anak melalui metode pembelajaran kooperatif meningkat tapi belum berhasil karena belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%. Sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya.

Siklus II Hari Ke-2

. Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Masih ada anak yang belum mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak sudah mampu cuci tangan dengan benar, 4) Masih ada anak belum cukup mampu makan sendiri dengan baik.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan Kemandirian anak yang meningkat dari siklus I hari ke-1 yang tuntas hanya 70% setelah diadakan perbaikan pada siklus II Hari ke-2 menjadi 75%

Berdasarkan tabel observasi diatas, kemampuan Kemandirian anak sudah meningkat dibandingkan dengan keadaan pada pra siklus dan siklus I. Hal tersebut terlihat dari hasil ketuntasan anak yang pada pra siklus hanya 35% meningkat menjadi 65% pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan lagi pada siklus II hari ke-1 hasilnya meningkat menjadi 70%, meningkat menjadi 75% pada hari ke-2. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan Kemandirian anak melalui pembelajaran kooperatif sudah meningkat tapi belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%. Sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya.

Siklus II Hari Ke-3

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam kegiatan kemandirian melalui pembelajaran kooperatif. Observasi dilakukan mulai dari awal pembelajaran sampai pada penilaian kegiatan anak. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Anak mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak sudah mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak mampu makan sendiri dengan baik. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan Kemandirian anak yang meningkat dari siklus I hari ke-1 yang tuntas hanya 70% setelah diadakan perbaikan pada siklus II Hari ke-1 menjadi 75% dan pada hari ke-3 tuntas 85%.

Berdasarkan tabel observasi diatas, kemampuan Kemandirian anak sudah meningkat dibandingkan dengan keadaan pada pra siklus dan siklus I. Hal tersebut terlihat dari hasil ketuntasan anak yang pada pra siklus hanya 35% meningkat menjadi 65% pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan lagi pada siklus II hari ke-1 hasilnya meningkat menjadi 70%, meningkat menjadi 75% pada hari ke-2 dan pada hari ke-3 meningkat menjadi 85% atau 17 anak.. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan Kemandirian anak melalui metode pembelajaran kooperatif meningkat, sudah berhasil karena telah memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%. Sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

 

 

Refleksi

Dari hasil observasi pada kegiatan Kemandirian dengan metode pembelajaran kooperatif dilaksanakan setelah selesai pembelajaran. Hasil pengumpulan data dari refleksi kemudian dianalisais secara deskriptif. Hasil evaluasi dari Siklus I dan II dibandingkan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan Kemandirian yang sudah dilaksanakan.

Penulis melakukan refleksi dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi pada kegiatan Kemandirian dengan metode pembelajaran kooperatif jika belum maksimal, dan baru ada sedikit peningkatan, penulis akan mencari permasalahannya dan mencari solusinya untuk melakukan kegiatan bermain di siklus kedua. Penulis melakukan refleksi dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi pada kegiatan Kemandirian dengan metode pembelajaran kooperatif pada siklus I belum cukup maksimal, perlu dikembangkan baik dari media, cara dan kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari siklus II Hari ke-3 diperoleh hasil antara lain: 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Anak mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak sudah mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak mampu makan sendiri dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan sudah berhasil sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Melalui metode pembelajaran kooperatif dapt meningkatkan kemampuan kemandirian anak terutama dalam 1) Anak sudah mampu melepas sepatu dan memakai sepatu, 2) Anak mampu memakai dan mengancingkan baju, 3) Anak mampu cuci tangan dengan benar, 4) Anak mampu makan sendiri dengan baik. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran hanya 35% atau 7 anak, kemudian pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65% atau 13 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 85% atau 17 anak.

2.     Pengembangan kemampuan kemandirian melalui metode cooperative learning dapat berhasil karena pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, guru yang selalu membimbing dan memotivasi, kerjasama yang baik antaranak, dan didukung yang memadai.

Saran-saran

Dari beberapa kesimpulan tersebut di atas, penulis menyumbangkan saran sebagai berikut:

Kepada Siswa

a.     Hendaknya mengusahakan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga anak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan kemandirian yang nyata.

b.     Hendaknya siswa mau dan mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik serta mampu mempraktekkan yang diperolehnya baik di rumah maupun dalam masyarakat dengan mandiri tanpa bantuan dari orang yang lebih dewasa.

Kepada Guru

a.     Agar senantiasa membiasakan anak memerankan tugas perkembangan anak dalam praktek di sekolah, sehingga anak mampu menjalankan tugas perkembangannya dengan mandiri..

b.     Memberikan dorongan/motivasi kepada siswa untuk memiliki sikap kemandirian yang kurang optimal sehingga ia dapat jalan tugas perkembangan dengan mandiri dan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaluddin, 2002 Outbound Management Training Yogyakarta: UII Press,

Astuti Wijayanti, 2009. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

____________, 2008. PTK. Jakarta: Bumi Aksara.

Corsini, 2006. Metode Mengajar di TK, Bagian 2. Jakarta: Rineka Cipta.

Dian Maharani, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

HB Sutopo, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Ika Budi Maryatun, 2011. Pemanfaatan Metode Cooperative Learning Untuk Melatih Kerjasama Anak Usia Dini. Surakarta: UNS

Juang Sunanto, 2011. Bermain & Kreativitas Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Dengan Kegiatan Bermain. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Lukman Ali dkk, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Lexy J. Moloeng, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Karya.

Magta, Mutiara Magta. 2005 “Pengembangan Konsep Diri dengan Kegiatan Outbound pada Anak 7-8 Tahun (Skripsi Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,)

Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi

Miles, Matthew B. dan A Michael Humberto. 2007. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Jtetjep Roehadi Rohidi.Pendamping, Mulyarto. Cet.1. Jakarta: UI Press

Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kank. Jakarta: Rineka Cipta.

Miarso, 2002. Pentingnya Pengembangan Sosial Emosional Pada Anak TK. Jakarta: Gramedia

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, 2002.. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Muhibbin Syah, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution,2003 Metode Research(Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 2003. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia