UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI MENULIS CERITA PENDEK

BERDASARKAN PERISTIWA YANG PERNAH DIALAMI

DENGAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING

PADA SISWA KELAS IXB SEMESTER 1 SMP NEGERI 3 KARTASURA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Endah Mustaqimah

SMP Negeri 3 Kartasura Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi menulis cerpen pada siswa kelas IXB semester 1 SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk KD “Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 40 menit. Dalam setiap pertemuan terdapat empat kegiatan utama, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Pada siklus I guru melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing. Dengan teknik ini siswa menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan mencapai kompetensi menulis cerpen. Siswa yang terlihat aktif belajar dengan kategori baik dan sangat baik sebanyak 25 orang dari 32 siswa. Selain itu, siswa yang tuntas sebanyak 25 orang dengan rerata kelas 81.  Pada siklus II jumlah siswa yang terlihat aktif belajar dengan kategori baik dan sangat baik sebanyak 30 orang dari 32 siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 30 orang dengan rerata kelas 91. Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif disimpulkan bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil belajar menulis cerpen. Persentase jumlah siswa dalam aktivitas belajar dengan kategori sangat baik dan sangat baik pada kondisi awal  31% (10 orang)  menjadi 78% (25 orang) pada siklus I dan pada siklus II menjadi 94% (30 orang). Rerata kelas dari hasil belajar menulis cerpen juga meningkat. Dari rerata kelas 50 pada kondisi awal menjadi 81 pada siklus I dan 91 pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang tuntas dalam mencapai kompetensi menulis cerpen meningkat dari 0% (0 orang) pada kondisi awal menjadi 78% (25 orang) pada siklus I  dan menjadi 94% (30 orang) pada siklus II.

Kata kunci: menulis cerpen, teknik latihan terbimbing

PENDAHULUAN

Kompetensi dasar “Menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami” merupakan salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum 2006 yang sudah diajarkan kepada siswa kelas IXB SMP N 3 Kartasura. Dalam pembelajaran menulis cerpen tersebut, terdapat beberapa kenyataan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis cerpen kurang dapat menumbuhkan minat siswa. Hal ini dapat dilihat dari sikap  siswa yang hanya duduk, mendengar, mencatat teori, bahkan sesekali justru berbincang dengan teman tentang hal di luar materi pembelajaran.

2. Siswa memiliki kesulitan dalam menentukan dan mengembangkan ide/gagasan untuk menulis cerpen. Kesulitan itu terutama ketika memulai menulis. Mereka merasa bingung dengan kata pertama yang akan digunakan saat menulis cerpen. Dalam kondisi seperti itu, mereka cenderung menggunakan kata-kata yang klise yang biasa dipakai dalam cerita-cerita lama. Mereka memulai menulis cerpen selalu terpaku pada kalimat “Pada suatu hari…”, “Hari itu …”atau “Matahari pagi bersinar …”.

3. Belum ada bimbingan intensif dari guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pembelajaran menulis cerpen tidak lebih dari sekadar penyampaian teori dengan sedikit praktik menulis.

4. Guru belum menunjukkan contoh cerpen yang baik, yang memenuhi prinsip-prinsip/kaidah cerpen/penulisan cerpen yang yang berfungsi sebagai model bagi siswa dalam menghasilkan cerpen.

Sejumlah kenyataan tersebut mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam menulis cerpen, sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kompetensi Dasar “Menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami” pada siswa SMP N 3 Kartasura khususnya kelas IXB masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata untuk KD ini adalah 50 padahal KKM untuk KD tersebut sebesar 77. Tak satu pun siswa yang dapat mencapai nilai 77. Hal ini merupakan permasalahan serius sehingga perlu diupayakan pemecahannya. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan penggunaan teknik latihan terbimbing.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah teknik latihan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IXB semester 1 SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017?

2. Apakah teknik latihan terbimbing dapat meningkatkan kompetensi menulis cerita pendek berdasarkan peristiwa yang pernah dialami pada siswa kelas IXB semester 1 SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi menulis cerpen pada siswa kelas IXB Semester 1 SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran bahasa Indonesia untuk KD “Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami”.

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Cerita Pendek

Cerita Pendek (selanjutnya disingkat cerpen) merupakan cerita yang berisi tentang kehidupan sehari-hari yang dikemas dalam sebuah cerita yang menarik dan penuh dengan konflik. Selain itu, cerpen merupakan cerita fiksi berbentuk prosa yang relatif pendek ruang lingkup permasalahannya. Cerpen menyuguhkan sebagian kecil kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang dan isi dari keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Dengan demikian, cerpen merupakan sarana mengekspresikan unek-unek atau rasa ketidakpuasan terhadap bermacam-macam permasalahan yang muncul (Nursito, 2000: 167).

Kencono (1992: 101) berpendapat bahwa “Cerpen atau cerita pendek adalah bentuk prosa baru yang berupa cerita fiksi atau cerita rekaan, dan menggambarkan sebagian kecil dari kehidupan seseorang. Bentuk cerpen lebih singkat daripada novel”. “Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama (dan yang terutama) dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita yang panjang, katakanlah ratusan halaman, jelas tak dapat disebut sebagai cerpen, melainkan lebih tepat sebagai novel.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita yang terlepas dari fakta, memiliki komposisi lebih sedikit daripada novel dari segi kependekan cerita, berpusat pada satu tokoh, satu situasi, dan satu alur yang lebih sederhana.

Menulis Cerita Pendek

Menulis cerpen pada dasarnya sama dengan menulis kreatif sastra yang lain. Menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Menurut Roekhan (1991: 1) menulis kreatif sastra merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut, mematangkan ide agar jelas dan utuh, membahasakan lalu menuliskan dalam bentuk karya sastra. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, imajinasi dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen. Penulisan cerpen berawal dari peristiwa yang menarik dan dimunculkan dalam tema. Agar dihasilkan cerpen yang baik diperlukan teknik menulis cerpen.

Nuryatin (2010: 2) mengemukakan langkah menulis cerpen  yaitu, (1) apersepsi: pada tahap ini guru menyampaikan teori tentang cerita pendek, pengalaman, dan proses penulisan cerita pendek;  (2) pengingatan peristiwa: mengingat peristiwa-peristiwa yang pernah dialami atau dirasakan atau diketahui oleh penulis; (3) pemilihan peristiwa: setelah mengingat peristiwa-peristiwa yang pernah dialami kemudian penulis atau siswa diajak untuk menentukan salah satu peristiwa yang paling mengesankan di antara sekian peristiwa yang pernah dialami; (4) penyusunan urutan peristiwa: peristiwa disusun tidak rinci dan mendetil akan tetapi hanya secara garis besarnya saja; (5) perangkaian peristiwa fiktif: merangkai peristiwa mengesankan yang nyata atau yang pernah dialami dengan peristiwa fiktif;  (6) penyusunan cerita pendek:  peristiwa atau kejadian mengesankan yang sudah terangkai disusun masing-masing individu sesuai dengan kreasi dan ekspresi yang berbeda-beda; dan (7) revisi dan penjadian cerita pendek:  rangkaian peristiwa yang sudah tersusun  diteliti kembali, diperbaiki atau ditambah dan sebagainya agar menjadi tulisan yang baik serta tujuan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada pembaca.

Teknik Latihan Terbimbing

Aqib (2002: 97) mengemukakan bahwa teknik latihan merupakan teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mendapatkan suatu keterampilan. Terbimbing artinya dalam proses belajar mengajar siswa  dibimbing berdasarkan petunjuk dan penjelasan guru. Melalui teknik ini dapat dikembangkan keterampilan melalui pembiasaan.

Arikunto (2012: 39) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan-bantuan atau tuntutan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar yang baik digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Teknik tersebut dilakukan sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan, dan keterampilan dengan proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Teknik latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi siswa yang aktif.

Kerangka Berpikir

Teknik latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis cerpen akan menciptakan kondisi siswa yang aktif dan antusias. Dengan keaktifan dan keantusiasan ini mereka akan lebih berminat mengikuti pembelajaran menulis. Dengan minat yang tinggi diharapkan kompetensi menulis cerpen juga akan tinggi. Kompetensi menulis cerpen yang tinggi tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan begitu saja. Namun, perlu adanya pelatihan  dan pembimbingan dari guru secara terus-menerus, teratur, dan intensif.

Hipotesis Tindakan

Setelah dilakukan pembelajaran menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing, kompetensi menulis cerita pendek berdasarkan peristiwa yang pernah dialami pada siswa kelas IXB semester I SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2016/2017  dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 selama lebih kurang tiga bulan dimulai pada minggu kedua September 2016 sampai dengan minggu kedua Desember 2016.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kompetensi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami pada siswa kelas IXB, dengan sumber data kelas IXB yang terdiri atas 32 siswa dengan jumlah siswa putra 14 orang dan jumlah siswa putri 18 orang.

Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel kompetensi menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami dan variabel teknik latihan terbimbing. Karena merupakan penelitian tindakan kelas kompetensi menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami merupakan masalah yang harus diperbaiki, sedangkan teknik latihan terbimbing merupakan tindakan yang diambil.

Indikator Kinerja

Terdapat dua indikator kinerja pada penelitian ini, yaitu indikator kinerja kuantitatif yang merupakan tolok ukur dalam melihat kompetensi siswa dalam menulis cerpen; dan indikator kinerja kualitatif yang merupakan tolok ukur keberhasilan aktivitas (proses) belajar.  Secara individual siswa dinyatakan berhasil atau tuntas jika dapat mencapai/melampaui KKM dengan skor ≥77. Keberhasilan/ketuntasan juga ditunjukkan dengan tingkat ketuntasan klasikal siswa mencapai 85%. Siswa dinyatakan berhasil dalam mengikuti pembelajaran ini apabila perilaku mereka dalam mengikuti pembelajaran setidaknya dalam kategori baik (B) sekurang-kurangnya 85% (27 orang).

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua bentuk, yaitu instrumen tes yang digunakan untuk mengungkapkan data kompetensi menulis cerpen dan nontes dan instrumen tes, yang digunakan untuk mengungkapkan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tes yang dimaksud adalah penilaian atas karya cerpen siswa secara individu. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan, pedoman jurnal, pedoman wawancara, kuesioner (guru dan siswa), dan dokumentasi (berupa foto).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes. Untuk mengumpulkan data tentang kompetensi menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami digunakan tes praktik menulis cerpen. Untuk mengumpulkan data tentang perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen digunakan teknik nontes melalui pengamatan, pengisian jurnal, pengisian kuesioner guru dan siswa, wawancara, dan pengambilan foto.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data nontes dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi menulis cerpen. Data kuantitatif diperoleh dari perolehan nilai menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing pada siklus I dan siklus II. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitataif yang bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan terhadap perilaku yang tampak pada diri siswa pada siklus I dan siklus II.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas atau biasa disebut Classroom Action Research yang bertujuan memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas. Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. (Arikunto, 2012:74). Setiap siklus dirancang dalam empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami  kurang diminati siswa. Sebagian besar siswa di kelas IX B kurang berminat mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan skoring terhadap ketertarikan siswa atas materi menulis cerpen diperoleh hasil bahwa dari 32 siswa, 10 siswa (31%) menjawab materi menulis cerpen menarik, 22 siswa (69%) lainnya menjawab materi menulis cerpen kurang/tidak menarik. Kondisi ini tentu dapat menyebabkan rendahnya kompetensi siswa dalam menulis cerpen.

Berdasarkan hasil wawancara klasikal juga dapat ditunjukkan bahwa 50% siswa menganggap menulis cerpen itu sulit. Kondisi tersebut mengakibatkan siswa kurang tertarik menulis cerpen. Anggapan siswa bahwa menulis cerpen itu sulit mengakibatkan rendahnya minat siswa mengikuti pembelajaran. Akibat lebih lanjut, kompetensi menulis cerpen juga rendah

Berdasarkan data pada daftar nilai diketahui bahwa rata-rata nilai menulis cerpen adalah 50. Hanya satu siswa (3%) yang memperoleh nilai 68, itu pun berkategori cukup. Tidak ada satu siswa pun yang mendapatkan nilai ≥77 atau tuntas belajar. Dengan demikian,  ketuntasan belajar pada kondisi awal 0%. Dari kenyataan tersebut,  perlu dilakukan upaya yang sangat serius agar pembelajaran menulis cerpen dapat mencapai tujuan seperti yang diamanatkan dalam KD 8.2 tersebut.

Tindakan Siklus I

Pembelajaran menulis cerpen pada Siklus I dilakukan dalam dua pertemuan (4 jam pelajaran). Alokasi waktu yang digunakan baik pada pertemuan pertama maupun kedua adalah 2 x 40 menit. Jadi, alokasi waktu pada siklus I adalah 4 x 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 7 Oktober 2016 dan pertemuan kedua pada 11 Oktober 2016. Setelah siklus I berakhir dilakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar. Kegiatan analisis ini dilaksanakan pada 12 – 20 Oktober 2016. Pembelajaran dilaksanakan berturut-turut dalam satu minggu agar kesinambungan dalam berpikir dan bekerja pada diri siswa lebih terjaga.

Pembelajaran menulis cerpen pada siklus I berjalan dengan baik dan lancar. Dengan kata lain, penerapan teknik latihan terbimbing juga mampu meningkatkan proses belajar. Peningkatan proses dan hasil belajar ditunjukkan dengan tingginya aktivitas siswa selama pembelajaran dan meningkatnya hasil belajar siswa. Selain perubahan nilai hasil belajar, minat dan antusiasme siswa untuk menulis cerpen juga meningkat secara signifikan. Sebagian besar siswa (28 orang) menyatakan berminat menulis cerpen. Setelah diberi tindakan, siswa tampak senang menulis cerpen. Siswa menganggap bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing cukup menarik. Siswa bersemangat dan antusias bekerja baik perseorangan maupun berpasangan.  Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang berminat menulis cerpen sudah meningkat menjadi 28 orang dan yang menyatakan sulit menulis cerpen turun menjadi 6 orang .

Teknik latihan terbimbing membantu siswa yang mengalami kesulitan menulis cerita pendek. Keceriaan terlihat selama pembelajaran. Kebosanan dan kesulitan tidak lagi menjadi kendala. Siswa aktif dan bekerja secara kolaboratif. Tingkah laku siswa selama pembelajaran interaktif. Respon siswa antusias terhadap pembelajaran menulis cerpen. Suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan.

Siswa yang menunjukkan perubahan dalam aktivitas pembelajaran pada siklus I dalam kategori baik dan baik meningkat menjadi 25 orang. Selain itu, siswa juga sudah mampu menulis cerpen dengan baik. Hasil belajar yang diperoleh dari nilai kompetensi menulis cerpen siklus I belum seperti yang diharapkan karena jumlah siswa yang sudah tuntas belajar baru mencapai 78% (25 siswa). Rata-rata nilai kelas 81, dengan nilai terendah 48 dan nilai tertinggi 96. Hasil belajar menulis cerpen pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Nilai Kompetensi Menulis Cerpen pada Siklus I

No

Kategori

Interval

¦

%

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

Sangat  Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

89-100

77– 88

65 –76

53—64

≤52

5

20

3

1

3

16

62

9

3

9

Nilai Rata-rata Kelas =  81

Jumlah

32

100

Meskipun pembelajaran menulis cerpen pada siklus I sudah berlangsung baik dan lancar tetapi kompetensi menulis cerpen pada diri siswa masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai kompetensi menulis cerpen pada siklus I  masih menyisakan tujuh siswa (22%) yang belum tuntas belajar. Selain itu, dilihat dari rata-rata nilai kompetensi menulis cerpen tersebut, ketuntasan belajar pada siklus I masih belum maksimal karena ketuntasan klasikal yang ditentukan adalah 85%. Untuk mencapai ketuntasan klasikal minimal 85% perlu dilakukan pembenahan dalam pembelajaran pada siklus II.

Tindakan  Siklus II

Pelaksanaan tindakan Siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi tindakan Siklus I. Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan , yaitu pada minggu ketiga dan keempat bulan Oktober, tepatnya tanggal 21 dan 25 Oktober 2016. Alokasi waktu yang digunakan sama seperti pada Siklus I, yaitu 4 x 40 menit.

Pada Siklus II, nilai pembelajaran menulis cerpen dengan menerapkan teknik latihan terbimbing mengalami peningkatan signifikan. Seperti pada siklus I, hasil nontes juga menunjukkan bahwa siswa aktif dan bekerja secara kolaboratif selama proses pembelajaran. Tingkah laku siswa selama pembelajaran tetap interaktif. Respon siswa semakin antusias terhadap pembelajaran menulis cerpen. Hasil wawancara pada siklus ini menunjukkan bahwa semua siswa di kelas IX B (100%) berminat menulis cerpen. Meskipun masih terdapat dua siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun cerpen tetapi dengan bantuan guru, pada  akhir siklus yang kedua, kedua siswa tersebut dapat menyempurnakan cerpen mereka.

Siswa yang menunjukkan perubahan dalam aktivitas pembelajaran pada siklus I dalam kategori baik dan baik meningkat menjadi 30 orang. Selain itu, siswa juga sudah mampu menulis cerpen dengan baik. Dengan teknik latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa dapat menghasilkan cerpen yang baik. Kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tulisan/cerpen dapat ditunjukkan oleh teman. Selanjutnya siswa berkesempatan memperbaiki kekurangan-kekurangan itu.

Peningkatan kompetensi atau hasil belajar semakin tampak pada siklus II. Siswa sudah mampu menulis cerpen dengan baik. Sama seperti pada siklus I, kemampuan individual pada siklus II diukur dari cerpen yang dihasilkan pada akhir siklus II. Nilai kompetensi menulis cerpen yang diperoleh pada akhir siklus II menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Rata-rata nilai kompetensi menulis cerpen mencapai 91, dengan nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 96. Nilai kompetensi  menulis cerpen pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai Kompetensi Menulis Cerpen pada Siklus II

No

Kategori

Interval

¦

%

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

89-100

77 – 88

65 –76

53—64

≤52

22

8

2

0

0

69

25

6

0

0

Nilai Rata-rata Kelas = 91

Jumlah

32

100

Berdasarkan hasil observasi, peningkatan perilaku positif siswa diikuti pula dengan peningkatan kompetensi menulis cerpen. Keberhasilan pembelajaran pada siklus II ini dilihat dari perolehan nilai kompetensi menulis cerpen. Dilihat dari rata-rata siswa, ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada siklus I persentase ketuntasan adalah 78% (25 siswa dari 32 siswa), sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan adalah 94% (30 siswa dari 32 siswa). Dengan demikain, pada siklus II pembelajaran sudah melebihi ketuntasan klasikal karena ketuntasan klasikal minimal yang ditentukan adalah 85%.

Pembahasan

Kondisi Awal

Pada kondisi awal hasil pembelajaran menunjukkan kemampuan menulis cerpen siswa Kelas IX B SMP Negeri 3 Kartasura masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata nilai tes di bawah KKM yaitu 50 dari KKM untuk KD ini yaitu 77.

Melihat fakta tersebut, guru melaksanakan sebuah tindakan untuk meningkatkan aktivitas, kompetensi atau hasil belajar menulis cerpen. Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan, sedangkan siklus II juga dilaksanakan dalam dua pertemuan. Agar pelaksanaan tindakan tepat sasaran, guru dan kolaborator mempersiapkan instrumen penelitian bersama-sama. Instrumen yang disusun adalah RPP, LKS, pedoman wawancara, jurnal, lembar observasi, kuesioner, rubrik penilaian, dan lembar pengamatan.

Siklus I

Kompetensi menulis cerpen pada siklus I sebetulnya sudah baik karena reratanya mencapai 81. Walaupun demikian, masih ditemukan kekurangan yang cukup banyak. Secara umum, siswa sudah mampu menentukan sebuah peristiwa dan membuat kerangka cerpen/draft. Namun, ketika mengembangkan kerangka cerpen/draft menjadi cerpen utuh, masih terdapat beberapa kekurangan .

Setelah mencermati beberapa kekurangan yang dilakukan siswa pada siklus I, selanjutnya direncanakan perbaikan pada siklus II.

Siklus II

Pada siklus II kekurangan-kekurangan yang dilakukan siswa pada siklus I diperbaiki. Selain memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, kekurangan-kekurangan yang belum sempat diperbaiki pada siklus I juga diperbaiki pada siklus II. Meskipun kekurangan yang ada berkategori “bukan kekurangan yang besar”, tetapi kekurangan-kekurangan tersebut tetap harus mendapat perhatian supaya pada kesempatan yang akan datang dapat dihasilkan cerpen yang berkualitas maksimal. Kekurangan ini biasanya dalam hal penulisan ejaan dan tanda baca. Siswa tetap harus dipahamkan penulisan yang benar dan salah.

Pembahasan Antarsiklus

Penerapan teknik latihan terbimbing mampu meningkatkan aktivitas, kompetensi/hasil belajar siswa. Berdasarkan perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dijabarkan dalam pembahasan dapat disimpulkan tindakan yang dilakukan telah membawa peningkatan aktivitas belajar (proses)  dan  kompetensi menulis cerpen (hasil). Persentase jumlah siswa dalam kategori aktivitas belajar sangat baik dan baik pada  kondisi awal 31%  (10 orang)   pada siklus I menjadi  78% (25 orang);  pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 94% (30 orang).

Terjadi  peningkatan hasil belajar menulis cerpen dari rerata kelas 50 pada kondisi awal menjadi 81 pada siklus I dan 91 pada siklus II atau meningkat 12%.  Persentase jumlah siswa yang tuntas dalam mencapai kompetensi menulis cerpen meningkat dari 0% (0 orang) pada kondisi awal menjadi  78% (25 orang) pada siklus I menjadi 94% (30 orang) pada siklus II atau meningkat 21%.

Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan teknik latihan terbimbing meningkatkan kompetensi menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami kelas IXB SMP Negeri 3 Kartasura semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dapat terbukti.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Teknik latihan terbimbing mampu meningkatkan aktivitas belajar (proses)  dan  kompetensi menulis cerpen (hasil).

1. Persentase jumlah siswa dalam kategori aktivitas belajar sangat baik dan baik pada  kondisi awal 31% (10 orang);  pada siklus I menjadi  78% (25 orang);  dan pada siklus II menjadi 94% (30 orang).

2. Hasil belajar (kompetensi menulis cerpen )mengalami peningkatan;  dari rerata 50 pada kondisi awal menjadi 81 pada siklus I dan menjadi 91 pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang tuntas dalam mencapai kompetensi menulis cerpen meningkat dari  0% (0 orang) pada kondisi awal, menjadi 78% (25 orang) pada siklus I,  menjadi 94% (30 orang) pada siklus II.

Saran

1) Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan teknik latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen. sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis cerpen karena teknik tersebut dapat meningkatkan minat/ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.

2) Penerapan teknik latihan terbimbing diharapkan dapat digunakan sebagai masukan peneliti lain dalam melakukan penelitian yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Kencono, Retno, D., dkk. 1992. Pelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP. Surabaya: Kendang Sari.

Nursito. 2000. Ikthisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Nuryatin, A. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang: Yayasan Adhigama.

Roekhan. 1991. Menulis Kreatif, Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang: YA3 Malang.

Â