UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL

DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU SMP NEGERI 3 MRANGGEN

SEBAGAI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

 

Sofwan

SMP Negeri 3 Mranggen Demak

 

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apa model penyajian materi nilai dan norma sosial berkepribadian, uji kompetensi, pengarahan, pembinaan, dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara kontekstual dapat meningkatkan kompetensi sosial dan kepribadian guru dalam kehidupan sehari-hari; (2) Berapa persen besarnya peningkatan pemahaman materi nilai dan norma sosial berkepribadian yang dimiliki guru SMP Negeri 3 Mranggen jika dibandingkan dengan sebelumnya? Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menerapkan pembelajaran berdasarkan nilai dan norma kehidupan sosial yang berkepribadian; (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam memberi pelayanan berdasarkan nilai dan norma kehidupan sosial yang berkepribadian; (3) Mengetahui besarnya peningkatan pemahaman guru terhadap materi interaksi sosial dan kepribadian pada pembelajaran jika dibandingkan dengan sebelumnya; (4) Memelihara kondisi interaksi sosial berdasarkan nilai dan norma sosial yang berkepribadian.Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah model pendampingan dilaksanakan dengan dua siklus terdiri atas empat tahap meliputi persiapan tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), pemantauan dan evaluasi (observing) serta analisis refleksi (reflecting). Subjek dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah semua guru SMP Negeri 3 Mranggen berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sejumlah 41 orang. Hasil penelitian pada uji kompetensi prasiklus kompetensi sosial nilai terendahnya 76,67; nilai tertinggi 81,67; nilai rata-rata 79,07. Nilai kompetensi kepribadian terendah 76,67; nilai tertinggi 80,00; nilai rata-rata 78,78. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 85,00. Nilai hasil uji kompetensi Siklus I dari kompetensi sosial rata-rata 85,57, terdapat peningkatan 8,22%. Nilai kompetensi kepribadian rata-rata 83,21, terdapat peningkatan 5,62%. Nilai hasil uji kompetensi Siklus II dari kompetensi sosial rata-rata 91,02, terdapat peningkatan 6,37%. Nilai kompetensi kepribadian rata-rata 91,14, terdapat peningkatan 9,53%.

Kata Kunci:     pemahaman sosial, kepribadian guru, Kompetensi Sosial, Kompetensi  Kepribadian, Aparatur Sipil Negara (ASN)

 

PENDAHULUAN

Guru berkewajiban membimbing peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dengan demikian rumusan tujuan pendidikan nasional dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian

Kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian merupakan materi yang perlu diterapkan bagi guru maupun peserta didik, maka diperlukan kegiatan sosialisasi oleh kepala sekolah dalam bentuk penyajian materi, pengarahan, uji kompetensi, pengamatan, pendampingan, dan supervisi yang yang hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru-guru di SMP Negeri 3 Mranggen telah menyusun perangkat pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dimulai pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. Sebelumnya guru-guru diberi sosialisasi tentang kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian, telah dilaksanakan uji kompetensi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Dari hasil uji kompetensi materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Juli 2018 diperoleh data nilai uji kompetensi guru di bidang sosial dalam kehidupan sehari-hari sebesar 79,07. Sedangkan hasil uji kompetensi materi kepribadian adalah sebesar 78,78

Berdasarkan nilai hasil uji kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian menunjukkan bahwa pemahaman guru mengintegrasikan materi dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran belum maksimal yaitu rata-rata 78,92%. Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa rendahnya kompetensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru SMP Negeri 3 Mranggen dalam mengintegrasikan kompetensi sosial dan kepribadian pada proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tindakan sekolah perlu dilaksanakan agar pemecahan masalah tersebut dapat diatasi. Jika masalah ini tidak segera diatasi dikhawatirkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa hanya akan menjadi slogan semata tanpa ada tindakan nyata dalam setiap pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apa model penyajian materi nilai dan norma sosial berkepribadian, uji kompetensi, pengarahan, pembinaan, dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara kontekstual dapat meningkatkan kompetensi sosial dan kepribadian guru dalam kehidupan sehari-hari? (2) Berapa persen besarnya peningkatan pemahaman materi nilai dan norma sosial berkepribadian yang dimiliki guru SMP Negeri 3 Mranggen jika dibandingkan dengan sebelumnya?

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menerapkan pembelajaran berdasarkan nilai dan norma kehidupan sosial yang berkepribadian sebagai aparatur sipil negara di SMP Negeri 3 Mranggen; (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam memberi pelayanan berdasarkan nilai dan norma kehidupan sosial yang berkepribadian sebagai aparatur sipil negara di SMP Negeri 3 Mranggen; (3) Mengetahui besarnya peningkatan pemahaman guru terhadap materi interaksi sosial dan kepribadian pada pembelajaran jika dibandingkan dengan sebelumnya; (4) Memelihara kondisi interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok belajar peserta didik dengan segenap potensinya berdasarkan nilai dan norma sosial yang berkepribadian.

Manfaat hasil penelitian ini bagi sekolah untuk (1) Meningkatkan kualitas nilai hasil evaluasi belajar siswa baik di bidang akademik maupun non akademik; (2) Meningkatkan kinerja sekolah sebagai sarana untuk mencapai visi dan misi sekolah yang telah disepakati bersama. (3) Meningkatkan kinerja sekolah untuk menekan tingkat penyimpangan terhadap nilai dan norma sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. (4) Meningkatkan kualitas hubungan kerjasama di bidang sosial terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Sedangkan manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah untuk bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini.

LANDASAN TEORETIS

Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah Buchari Alma (2008:142). Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:(1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat; (2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) Bergaul secara efektif dengan semua peserta didik, sesama pendidik, semua tenaga kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik; (4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Kompetensi Kepribadian

Pada Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:

  1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
  3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
  4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional.
  5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru.

 

Perilaku Guru

Perilaku dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu hal yang dapat diketahui. Perilaku merupakan suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan meliputi mengamati, memahami, dan memikirkan ide-ide yang terkandung di dalam tanda-tanda yang tertulis (Tarigan 1989:7). Upaya untuk memahami informasi diperlukan sejumlah keterampilan pemahaman, baik yang sederhana sifatnya maupun yang kompleks.

Peranan Guru dan Kinerja Guru

Guru memiliki peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik. Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru.

Kinerja adalah suatu bentuk hasil kerja atau hasil usaha atau berupa tampilan fisik, maupun gagasan. Kinerja sering dihubungkan dengan kompetensi pelaksana pekerjaan itu. Mangkunegara (2008) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja atau hasil kerja dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penampilan kinerja berhubungan erat dengan kinerja yang dihendaki.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian di SMP Negeri 3 Mranggen mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2010/2011, tetapi kompetensi guru dalam menerapkan dalam kehidupan sehari-hari secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kompetensi guru guna menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan dengan model penyajian materi, uji kompetensi, pengarahan, pembinaan, dan supervisi secara kontekstual.

METODE PENELITIAN

Rancangan dan Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan sekolah (Action Research) ini menggunakan model penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, dan tindak lanjut dilaksanakan dengan dua siklus terdiri atas empat tahap meliputi persiapan tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), pemantauan dan evaluasi (observing) serta analisis refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Mranggen Jalan Pucanggading Raya Batursari, Mranggen semester gasal Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan sekolah untuk siklus pertama dilaksanakan mulai tanggal 11 Juli 2018 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2018 dan siklus kedua dilaksanakan mulai tanggal 5 September 2018 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2018.

Subjek penelitian ini adalah semua guru SMP Negeri 3 Mranggen sejumlah 41 orang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research), yang kegiatannya dilakukan secara siklus. Penelitian ini terdiri atas dua siklus dan setiap siklus yang terdapat dalam penelitian ini memiliki suatu refleksi dan upaya untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi. Beberapa hal yang dapat diobservasi adalah motivasi guru, faktor penyebab kesulitan guru, kemampuan kerjasama guru terhadap kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, dan ketersediaan media kontekstual atau sarana prasarana terutama di bidang kompetensi sosial dan kepribadian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Tindakan Siklus I dan II direncanakan serangkaian kegiatan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru-guru, dan observer dengan kegiatan (1) Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan guru dalam pengembangan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian pada proses belajar mengajar; (2) Berdiskusi dengan guru-guru tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan pendidikan yag mendukung interaksi sosial dan kepribadian sesuai dengan materi dan kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran; (3) Menyiapkan jadwal penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, tindak lanjut, dan pembinaan dan pendampingan baik secara umum maupun pada saat diskusi kelompok di lingkungan MGMP sekolah; 4. Menyiapkan materi dan sarana prasanara yang dibutuhkan dalam pendampingan.

Implementasi tindakan dilaksanakan model penyajian materi, pembimbingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, tindak lanjut, dan pembinaan dan pendampingan berdasarkan skenario yang telah disusun dan sesuai dengan jadwal pembinaan dan pendampingan yang telah direncanakan. Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan tindakan. Temuan dan hal-hal yang terjadi pada saat kegiatan tersebut dicatat sebagai hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian.

Pada akhir setiap siklus penelitian ini diadakan analisis refleksi berdasarkan data observasi. Tujuan refleksi ini dilaksanakan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran berorientasi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Selain itu juga untuk mengetahui kendala-kendala apa yang menjadi penghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa yang dapat digunakan sebagai solusinya. Hasil yang diperoleh dalam setiap pengamatan dan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar dapat dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis yang dibuat oleh peneliti berdasarkan fakta di lapangan dapat direfleksi dengan tujuan untuk melihat apakah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sudah tercapai atau sesuai dengan rencana atau belum. Refleksi kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama dapat digunakan sebagai acuan pada perencanaan siklus berikutnya.

Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah (1) Meningkatkan pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian; (2) Besarnya tingkat peningkatan kinerja guru dalam mengintegrasikan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian serta masing-masing mampu mengatasi kesulitan.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari guru-guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dan sumber data lainnya yang dapat mendukung dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas empat kegiatan pokok yaitu pengumpulan data awal, data hasil analisis setiap akhir siklus, jurnal kegiatan belajar mengajar guru, dan tanggapan guru terhadap model penyajian materi, pembimbingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, tindak lanjut, dan pembinaan dan pendampingan.

Instrumen dan Teknik Analisis Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah (1) Lembar observasi aktivitas guru dalam mengintegrasikan kompetensi sosial dan kepribadian pada pembelajaran; (2) Lembar instrumen penilaian kinerja guru untuk melihat kinerja guru; (3) Lembar instrumen penilaian untuk melihat perkembangan nilai-nilai interaksi sosial dan kepribadian yang dikembangkan dalam pembelajaran.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian sekolah ini adalah analisis deskriptif persentase dan deskriptif kualitatif. Analisis deskriftif kualitatif digunakan untuk menganalisis data sekunder melalui refleksi dari beberapa temuan dalam proses belajar mengajar. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengolah datanya menggunakan statistik non parametrik.

Indikator Kinerja

Berdasarkan refleksi awal guru-guru SMP Negeri 3 Mranggen, rata-rata nilai pemahaman guru terhadap kompetensi sosial adalah 79,07 dan nilai pemahaman guru terhadap kompetensi kepribadian adalah 78,78. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi social dan kepribadian minimal 85.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil Penelitian Prasiklus

Sebelum persiapan tindakan (planning) siklus I dimulai, telah dilaksanakan uji kompetensi (pra siklus) untuk semua guru pada hari Jumat tanggal 9 Juli 2018 pukul 14.00-15.30 setelah jam pelajaran selesai. Hasil nilai yang diperoleh guru sebagai berikut: nilai kompetensi sosial terendah 76,67 dan nilai tertinggi 81,67 dengan nilai rata-rata 79,07. Nilai kompetensi kepribadian terendah 76,67 dan nilai tertinggi 80,00 dengan nilai rata-rata 78,78. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 85,00. Dengan demikian nilai yang diperoleh guru masih relatif rendah dan perlu pemecahan lebih lanjut. Solusi yang digunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman guru berdasarkan rendahnya rata-rata nilai hasil uji kompetensi guru adalah penggunaan model penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, dan tindak lanjut serta dilakukan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).

Hasil Penelitian Siklus I

Pada tanggal 11 Juli 2018 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2018 dilaksanakan supervisi kunjungan kelas sebagai kontrol pelaksanaan perangkat yang telah dibuat oleh guru. Supervisi dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Setiap supervisi Kepala Sekolah didampingi oleh satu orang guru mata pelajaran sebagai observer untuk mengamati jalannya pembelajaran. Hasil supervisi ditindaklanjuti pada kegiatan MGMP tingkat sekolah. Kepala Sekolah dan guru-guru berdiskusi tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan melakukan perbaikan dan pembenahan untuk pertemuan berikutnya.

Pada akhir siklus I yaitu hari Selasa tanggal 13 Agustus 2018 dilaksanakan pembinaan umum untuk mengidentifikasi kembali setiap permasalahan yang muncul selama siklus I. Pembahasan difokuskan pada implementasi kompetensi social dan kompetensi kepribadian dalam pembelajaran dan penilaiannya. Selain itu menyusun kembali perangkat pembelajaran berorientasi kompetensi sosial dan kepribadian pada Kompetensi Dasar berikutnya. Perangkat pembelajaran yang dibuat berdasarkan refleksi dari pelaksanaan pembelajaran yang telah disupervisi. Suatu hal yang penting adalah catatan observer tentang keterlaksanaan pembelajaran merupakan masukan yang penting dalam memperbaiki perangkat pembelajaran berikutnya.

Pemantauan dan evaluasi (observing) dilakukan dengan cara mengamati terhadap atau keaktivan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan skenario belajar mengajar berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat proses diskusi kelompok terdapat beberapa guru yang pasif, bahkan terkesan belum memahami tentang kegiatan yang semestinya dilakukan.

Pada akhir presentasi penyajian hasil diskusi siklus I, Kepala Sekolah meminta tagihan hasil diskusi kelompok secara tertulis kepada guru. Tagihan yang diserahkan oleh guru kepada Kepala Sekolah dari hasil siklus pertama terdapat sebagian besar guru yang telah mengerjakan.

Analisis refleksi (reflecting)

Analisis refleksi (reflecting) dilakukan dengan cara memikirkan atau merenungkan kembali untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan tindakan pada siklus I. Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilaksanakan refleksi yang materi temuannya dapat digunakan untuk perencanaan tindakan pada siklus II. Beberapa temuan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat direfleksikan sebagai berikut: (1). Masih terdapat sebagian besar guru dalam kegiatan belajar mengajar belum menerapkan kompetensi sosial dan kepribadian. (2). Belum semua guru terbiasa atau terlatih untuk menerapkan aplikasi kompetensi sosial dan kepribadian.(3). Guru yang berinisiatif mengajukan pertanyaan kepada Kepala Sekolah jumlahnya masih belum maksimal. (4). Keaktifan guru dalam diskusi sudah mulai muncul, tetapi para guru dalam mengemukakan pendapatnya masih terlihat belum maksimal. (5). Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar telah sesuai dengan skenario, tetapi masih mendominasi proses kegiatan belajar.

Frekuensi pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian pada pelaksanaan siklus I masih perlu ditingkatkan. Tingkat pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian pelaksanaan siklus I dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tingkat Pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian Siklus I.

Nilai rata-rata kompetensi sosial Nilai rata-rata kompetensi sosial
Pra siklus Siklus I Peningkatan Pra siklus Siklus I Peningkatan
79,07 85,57 8,22% 78,78 83,21 5,62%

 

Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II dilaksanakan dari tanggal 5 September 2018 sampai dengan 8 Oktober 2018. Pembinaan umum dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 September 2018 pukul 14.00-15.30. Pada kegiatan pembinaan umum ini difokuskan untuk membicarakan materi berdasarkan refleksi hasil tindakan pada siklus I. Supervisi dilaksanakan antara tanggal 8 September 2018 sampai 8 Oktober 2018 sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku. Pelaksanaan supervisi menggunakan pola yang sama seperti pada siklus I. Hasil supervisi pada siklus II berkaitan dengan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran berorientasi kompetensi social dan kompetensi kepribadian. Data dan nilai hasil penelitian siklus kedua ini dalam bentuk nilai uji kompetensi dan data skala pemahaman guru. Data dan nilai uji kompetensi siklus kedua diperoleh berdasarkan aspek penerapan konsep.

Persiapan/persiapan tindakan (planning): Menyusun rencana (skenario) pelaksanaan pembinaan; serta Menyusun rencana pembentukan kelompok;

Implementasi/pelaksanaan tindakan (acting): Kepala Sekolah selaku peneliti menyajikan materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang pernah disampaikan pada tanggal 5 September 2018. Kepala Sekolah membantu guru-guru menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi mulai dari perencanaan menyusun silabus dan RPP, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber belajar media, penilaian hasil belajar, dan mengintegrasikan kompetensi social dan kepribadian pada perangkat pembelajaran. Setiap langkah dibimbing dan diidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru pada masing-masing mata pelajaran, selanjutnya diberikan solusi-solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi guru, diberikan arahan-arahan yang operasional dan mudah dilaksanakan oleh guru.

Proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai Rencana yang telah dipersiapkan meliputi: (1). Memberikan penjelasan model penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, dan tindak lanjut dan beberapa hal yang akan dilaksanakan dalam kegiatan guru; (2). Membentuk kelompok-kelompok kecil masing-masing terdiri atas guru mata pelajaran, sehingga secara keseluruhan menjadi sebelas kelompok; (3). Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa lengkap dengan panduannya tentang materi perubahan sosial masyarakat dan bentuk perubahan sosial masyarakat yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Semua kelompok disediakan waktu untuk menyelesaikan tugas dengan menggunakan metode diskusi; (4). Melakukan pemantauan dan bimbingan terhadap seluruh kelompok; (5). Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentasi kelompok, Kepala Sekolah memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas.

Pemantauan dan evaluasi (observing)

Pada tanggal 5 September 2018 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2018 dilaksanakan supervisi kunjungan kelas sebagai kontrol pelaksanaan perangkat yang telah dibuat oleh guru. Supervisi dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Setiap supervisi Kepala Sekolah didampingi oleh satu orang guru mata pelajaran sebagai observer untuk mengamati jalannya pembelajaran. Hasil supervisi ditindaklanjuti pada kegiatan MGMP tingkat sekolah. Kepala Sekolah dan guru-guru berdiskusi tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan melakukan perbaikan dan pembenahan untuk pertemuan berikutnya.

Pada akhir siklus II yaitu hari Jumat tanggal 8 Oktober 2018 dilaksanakan pembinaan umum untuk mengidentifikasi kembali setiap permasalahan yang muncul selama siklus II. Pembahasan difokuskan pada implementasi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dalam pembelajaran dan penilaiannya. Selain itu menyusun kembali perangkat pembelajaran pada Kompetensi Dasar berikutnya. Perangkat pembelajaran yang dibuat berdasarkan refleksi dari pelaksanaan pembelajaran yang telah disupervisi. Suatu hal yang penting adalah catatan observer tentang keterlaksanaan pembelajaran merupakan masukan yang penting dalam memperbaiki perangkat pembelajaran berikutnya.

Pemantauan dan evaluasi (observing) dilakukan dengan cara mengamati terhadap keaktivan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan skenario belajar mengajar berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Hasil dari pelaksanaan proses diskusi kelompok oleh guru dapat diuraikan sebagai berikut: (a). Seluruh guru telah berperan aktif mengikuti kegiatan diskusi kelompok dan secara indivual telah terlihat memiliki motivasi diri yang lebih baik; (b). Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok terlihat sudah terbiasa untuk menyajikan materi diskusi sesuai yang diharapkan, sehingga hanya memerlukan waktu persiapan yang singkat;

(c). Kegiatan belajar mengajar pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, semua guru telah berperan aktif dengan penampilan dan menggunaan skenario yang sudah lancar; (d). Ketika proses diskusi kelompok semua guru telah mengikuti dengan baik, bahkan sudah terkesan mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang semestinya dilakukan.

Pada akhir presentasi penyajian hasil diskusi siklus II, Kepala Sekolah meminta tagihan hasil diskusi kelompok secara tertulis kepada guru. Tagihan dari Kepala Sekolah pada siklus kedua dapat diketahui bahwa semua guru telah mampu mengerjakan secara mandiri dan menyerahkan hasil kerjanya kepada Kepala Sekolah.

Nilai hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan pemahaman guru dengan model penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, dan tindak lanjut dapat diuraikan sebagai berikut: (a). Aktivitas guru yang mengerjakan tugas individual sebagai anggota sebanyak 41 guru dari sejumlah 41 guru atau telah mencapai 100,00%. Dengan demikian seluruh guru telah mampu mengerjakan tugas. (b). Guru yang antusias untuk menjawab pertanyaan terhadap sesama guru sebanyak guru dari sejumlah 41 guru atau rata-rata 97,56%. Guru yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama guru sebanyak 2,44% (c). Dari sejumlah 20 (dua puluh) pertanyaan yang disampaikan oleh Kepala Sekolah kepada guru, terdapat 39 guru dari sejumlah 41 guru atau rata-rata 95,12% yang menjawab pertanyaan secara benar dari guru. Guru yang belum dapat menjawab pertanyaan secara benar dari guru sebanyak 4,88% (d). Guru yang berminat mengajukan pertanyaan kepada Kepala Sekolah sebanyak 35 guru dari sejumlah 41 guru atau rata-rata 85,37,24%. Guru yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada Kepala Sekolah sebanyak 14,63% (e). Aktivitas guru yang berminat mendiskusikan materi pembinaan sebanyak 41 guru dari sejumlah 41 guru atau rata-rata 100,00%. Dengan demikian seluruh guru telah berminat mendiskusikan materi pembinaan.

Frekuensi pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian pada pelaksanaan siklus II sudah baik. Tingkat pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian pelaksanaan siklus II dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tingkat Pemahaman guru terhadap materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian Siklus II.

Nilai rata-rata kompetensi sosial Nilai rata-rata kompetensi sosial
Siklus I Siklus II Peningkatan Siklus I Siklus II Peningkatan
85,57 91,02 6,37% 83,21 91,14 9,53%

 

Analisis refleksi (reflecting)

Pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilaksanakan refleksi yang materi temuannya dapat digunakan untuk pengembangan perencanaan tindakan selanjutnya. Beberapa temuan pada pelaksanaan tindakan siklus II dapat direfleksikan sebagai berikut: (1). Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih mantap dalam berinteraksi antar-individu dengan individu, antar-individu dengan kelompok, dan antar-kelompok dengan kelompok. (2). Seluruh guru untuk menyampaikan pendapatnya dalam diskusi sudah baik, kerangka berpikir guru sudah mulai terbentuk, pemahaman guru terdapat peningkatan yang signifikan. (3). Guru sudah terbiasa melaksanakan proses belajar dengan menggunakan penyajian materi, pembibingan, pengarahan, uji kompetensi, supervisi, refleksi, dan tindak lanjut yang hasilnya jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan penggunaan model dan metode pembelajaran sebelumnya. (4). Guru sudah terbiasa atau terlatih menggunakan model pembelajaran berorientasi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

Pembahasan

Setelah penelitian tindakan dari masing-masing siklus ini dilaksanakan, dapat diketahui bahwa pemahaman guru SMP Negeri 3 Mranggen dalam memahami kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan atau lebih tinggi dari hasil supervisi sebelumnya.

Pada tindakan siklus I dimulai tanggal 11 Juli 2018 sampai dengan 13 Agustus 2018 hasilnya dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan nilai pemahaman guru terhadap kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang dilaksanakan pada siklus I jika dibandingkan dengan pelaksanaan prasiklus. Nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi sosial sebelumnya 79,07 menjadi 85,57 atau terdapat peningkatan 8,22%; Nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi kepribadian sebelumnya 78,78 menjadi 83,21 atau terdapat peningkatan 5,62%; Nilai tersebut meskipun secara kuantitas telah terjadi peningkatan secara signifikan namun sesungguhnya nilai yang diperoleh guru tersebut masih relatif rendah secara individual dan kelompok.

Pada tindakan siklus II dimulai tanggal 5 September 2018 sampai dengan 8 Oktober 2018 hasilnya dapat diketahui bahwa telah tejadi peningkatan nilai pemahaman guru terhadap kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang dilaksanakan pada siklus II jika dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi sosial sebelumnya 85,57 menjadi 91,02 atau terdapat peningkatan 6,37%; Nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi kepribadian sebelumnya 83,21 menjadi 91,14 atau terdapat peningkatan 9,53%; Dengan demikian telah terjadi peningkatan nilai pemahaman guru terhadap kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang dilaksanakan pada siklus II jika dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I secara kuantitas telah menunjukkan peningkatan yang signifikan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah (PTS) dan pembahasannya yang dilaksanakan oleh peneliti, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Semua guru menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam memahami materi kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian; (2). Penerapan pembelajaran berdasarkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dapat membantu guru untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapatnya, menghormati pendapat orang lain, menghargai prestasi orang lain, dan lebih termotivasi semangat kinerjanya; (3). Hasil tindakan guru dalam siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebelum dilaksanakan tindakan (prasiklus) nilai rata-rata untuk (1) nilai kemampuan guru dalam memahami kompetensi sosial adalah sebesar 79,07; dan (2) nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi kepribadian adalah sebesar 78,78

Setelah dilakukan tindakan siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi (1) nilai kemampuan guru dalam memahami kompetensi sosial adalah sebesar 85,57 atau meningkat 8,22%; dan (2) nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi kepribadian adalah sebesar 83,21 atau meningkat 5,62% Nilai tersebut meskipun secara kuantitas telah terjadi peningkatan secara signifikan namun sesungguhnya nilai yang diperoleh guru tersebut masih relatif rendah secara individual dan kelompok.

Pada tindakan siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi (1) nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi sosial sebelumnya 85,57 menjadi 91,02 atau terdapat peningkatan 6,37%; (2) nilai rata-rata kemampuan guru dalam memahami kompetensi kepribadian sebelumnya 83,21 menjadi 91,14 atau terdapat peningkatan 9,53%; Nilai tersebut secara kuantitas telah menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah dan pembahasannya yang dilaksanakan oleh peneliti, dapat disajikan beberapa saran sebagai berikut: (1). Setiap proses belajar mengajar berlangsung hendaknya guru menggunakan kompetensi sosial dan kepribadian dalam berinteraksi antar-individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antar-kelompok dengan kelompok. (2). Setiap proses belajar mengajar berlangsung perlu diterapkan dalam pembelajaran kontekstual di lapangan dan dapat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari; (3). Setiap proses belajar mengajar berlangsung, peserta didik selalu dilibatkan secara aktif dan diperlakukan sebagai subjek didik sesuai dengan proporsi dan potensinya; (4). Upaya untuk mencapai kebenaran dan kesempurnaan dalam penelitian, maka penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan subjek lain dan dalam waktu yang berbeda.

 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Standar Pendidikan. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Dhari, Aboe. 1997. Metodologi Pembelajaran. Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and LearningCTL). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Hasan, Zaini. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Lawang, Robert. 1995. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Depdiknas.

Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press.

Siswanto. 1997. Penilaian Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: Pusat Pengembangan Penataran

Guru IPS.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soemardjan, Selo. 1984. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Soeprapto. 1996. Pengantar Pendidikan. Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru

Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang.

Suprobo, Bambang. 2004. Pemahaman Siswa SMP dalam Membaca dan Menafsirkan Peta.

Laporan Hasil Penelitian. Semarang:Dinas Pendidikan Kota Semarang.

Suryobroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, H.G. 1989. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Usman, Moch User. 1990. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Wiryodijoyo, Sumaryono. 1989. Membaca: Strategi, Pengantar dan Tekniknya. Bandung: Tarsito.

Zahit,M. 2002. Pembelajaran Mata Pelajaran IPS SMP di Jepara. Tesis. Semarang: Program

Pasca Sarjana Unnes.