Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Membaca Permulaan
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE KOMUNIKATIF
PADA SISWA KELAS I SEMESTER 2 SDN HADILUWIH 1
KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Endang Suprihatin
SDN Hadiluwih 1, UPT Dinas Pendidikan Kec. Siumberlawang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar melalui metode Komunikatif dalam materi Membaca Permulaan siswa kelas I Semester 2 di SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang berjumlah 19 siswa. Metode pengumpulan data, observasi, tes dan catatan lapangan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas I, dengan menjaga validitas isi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif,untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Analisis kualitatif dengan metode alir, yaitu perbaikan Siklus 1 dan Siklus 2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas adalah, (1) Pembelajaran melalui metode Komunikatif dapat meningkatkan prestasi belajar Membaca Permulaan siswa SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kemampuan Membaca Permulaan siswa, diamati dari indikator (a) kemampuan menyatakan ulangan sebuah konsep, (b) kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu, dan (c) kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, dan (2) Model pembelajaran melalui metode Komunikatif dapat meningkatkan prestasi belajar Membaca Permulaan siswa SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Kata kunci: Metode Komunikatif, Membaca Permulaan, dan Prestasi belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, terutama bagi anak usia Sekolah Dasar yang berada pada masa perkembangan anak. Pada dasarnya pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk manusia dengan unsur-unsur hakiki yang seimbang. Unsur-unsur terse-but meliputi cipta, rasa, dan karsa. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya bertuju-an untuk membentuk manusia dengan pemikiran yang cemerlang, tetapi juga manusia yang bermoral yang memiliki seperangkat sifat dan kepribadian yang baik. Dalam GBHN disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani. Terlepas dari uraian di atas, fenomena yang ada saat ini menunjukkan hal yang sebaliknya. Pendidikan di Indonesia dikatakan belum berhasil mencapai tujuannya. Adanya krisis multidimensional yang berakar dari krisis moral merupakan bukti nyata belum tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
Untuk memotivasi dan mewujud-kan tercapainya kemampuan dasar berba-hasa dalam membaca siswa, guru perlu bertindak hati-hati dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Apabila guru kurang tepat menggunakan metode pembelajaran maka tujuan pengajaran bahasa yang terfokus pada keterampilan tidak akan mencapai sasaran yang ditentukan oleh kurikulum.
Di Sekolah Dasar Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang , Kabupaten Sragen siswa mengenal membaca dan menulis secara bertahap. Pengenalan itu dimulai dari huruf demi huruf yang kemudian dirangkai menjadi kata. Apalagi siswa dapat membaca dan menulis, maka dengan sendirinya siswa dapat memahami akan apa yang dimaksud dalam bacaan dan tulisan yang dipilih oleh guru tersebut.
Dengan alasan Sekolah SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang , Kabupaten Sragen tempatnya strategis tidak terlalu ramai belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian tentang pelaksa-naan pembelajaran membaca dan selain itu akan memberikan kesempatan untuk me-ningkatkan motivasi belajar bagi siswa dalam pembelajaran membaca serta merupakan dasar awal permulaan anak masuk pendidikan formal. Data awal pengamatan peneliti saat mengadakan wawancara dengan siswa SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen menyatakan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pembelajaran membaca masih rendah.
Berdasar pada latar belakang masalah yang dikemukakan dalam uraian di atas, permasalahan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1).Apakah kualitas pembelajaran memba-ca dapat meningkat setelah metode komu-nikatif diterapkan? (2). Apakah kemampu-an membaca siswa dapat meningkat setelah metode komunikatif diterapkan?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dica-pai dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis dengan penerapan metode komunikatif pada siswa SD Negeri Hadiluwih 1 Tahun Ajaran 2014/2015. 2). Meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan penerapan metode komunikatif pada siswa SD Negeri Hadiluwih 1 Tahun Ajaran 2014/2015.
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalam-an (Oemar Hamalik, 2005: 36). Senada dengan definisi tersebut, Max Darsono (tt: 4) menyatakan bahwa belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Lebih lanjut, Winkel (2005: 36) menyata-kan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keteram-pilan dan nilai sikap. Adapun pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2005: 57).
Pembelajaran Membaca
Menurut Gagne, (dalam Pribadi, 2009:9) istilah pembelajaran sebagai akti–vitas “a set of events embed ded in purpo–seful activities that facilitate learning”. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar antara siswa dan guru di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Miarso (dalam Pribadi 2005:144) memakai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus dan kepentingan pembelajaran (learner centered). Menurut Tarigan, (2008:58) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional. Pembelajaran berbeda dari pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. Pada proses pengajaran biasanya ada guru yang mengajar siswa, sedangkan dalam proses pembelajaran di kelas tidak selalu demikian. Jadi pembela-jaran bahasa adalah proses memberi rang-sangan belajar berbahasa kepada siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan tercapainya tujuan pembelajaran dalam kemampuan membaca dengan berbahasa yang baik dan benar
Hakikat Membaca Permulaan
Membaca permulaan adalah kegi-atan belajar membaca huruf-huruf yang tersusun dalam sebuah kata dan kalimat. Mengajarkan membaca permulaan memer-lukan strategi tersendiri, karena mengajar-kan membaca permulaan sangat berat, harus memerlukan kesabaran dan keteliti-an. Disebut membaca permulaan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian hu-ruf menjadi rangkaian bunyi bermakna. (b) Melancarkan teknik membaca pada anak (Tarigan, 2008:29).Berdasarkan ciri-ciri ter-sebut, maka membaca permulaan merupa-kan pembelajaran yang harus dilaksanakan di SD, karena membaca merupakan modal utama bagi seorang siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Membaca permulaan termasuk membaca tehnik. Tujuannya agar siswa memiliki keterampilan membaca dengan lagu kalimat, intonasi kalimat, pemeng-galan kata atau kalimat serta pengucapan fonem yang benar dan tepat. Selain itu, diharapkan dapat membaca kalimat de-ngan lancar tanpa cacat baca. Oleh karena itu, seseorang akan membaca teknik agar dapat menangkap maksudnya. Jadi membaca permulaan adalah menyuarakan lambang-lambang dan kata-kata sederhana yang meliputi sekitar pengalaman anak dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat
Jadi membaca permulaan adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang merupa-kan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasa-an seseorang pengarang. Orang membaca permulaan pertama-tama haruslah me-ngerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.
Hakekat Pendekatan Komunikatif
Ciri-ciri utama pendekatan komuni-katif adalah adanya dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adnya kegiat-an-kegiatan komunikasi fungsional dan kegiatan-kegitan yang sifatnya enteraksi sosial. Kegiatan komunikasi fungsional terdiri atas 4 hal, yakni mengolah informa-si, berbagi dan mengolah informasi, berba-gi informasi dengan kerjasama terbatas, dan berbagi informasi dengan kerjasama tak terbatas, sedangkan kegiatan interaksi sosial terdiri atas 6 hal, yakni improfisasi, lakon-lakon pendek yang lucu, aneka simolasi, dialog dan bermain peran, sidang-sidang konfersasi dan diskusi, serta berdebat.
Penerapan pendekatan Komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indone-sia
Pendekatan komunikatif ini, boleh dikatan merupakan pendekatan yang sa-ngat tepat, digunakan dalam pembelajaran bahasa, termasuk bahasa indonesia. Kete-patan ini sangat berkaitan dengan pan-dangan-pandangan ilmu bahasa yang menggarisbawahi bahwa belajar bahasa pada intinya belajar berkumunikasi. Arti-nya, dalam proses tersebut pemakaian bahasa sesuai dengan fungsinya adalah hal yang sangat esensial dalam sebuah proses pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran bahasa, yang dimaksud dengan pendekat-an adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Di dalamnya mencakup hakekat bahasa, pembelajaran bahasa, serta belajar bahasa. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Artinya, kebenaran konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai asumsi-asumsi, kebenarannya.
Tting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberla-wang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013. Peneliti mengambil tempat ini karena kelas ini mempunyai permasalahan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Disamping itu juga peneliti sebagai pengajar di SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2013 dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan April 2013.
Prosedur Penelitian
Penelitian di SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dilakukan dengan mengguna-kan Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus. Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari planning, acting, observing, dan reflecting.
a. Siklus 1
1). Perencanaan tindakan ( Planning )
Pada siklus pertama perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah merencanakan implementasi lang-kah-langkah membuat RPP beserta keleng-kapannya, mempersiapkan metode yang akan digunakan, analisis data kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan siswa, prediksi perkembangan masalah, pemecah-an masalah, tindak lanjut, peninjauan hasil-hasil bimbingan individual terhadap siswa berdasarkan permasalahan serta meran-cang instrumen observasi dan wawancara.
2). Acting
Acting (pelaksanaan) Penelitian Tindakan Kelas pada siklus ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a). Tahap apersepsi
(1). Memimpin do’a, memberi salam dan mengabsen siswa. (2). Meng-ulang materi yang lalu dengan mengajukan beberapa pertanyaan
b). Tahap Inti
(1) Guru mengadakan apersepsi (2). Guru menjelaskan materi tentang membaca permulaan dengan mengguna-kan pendekatan komunikatif. (3).Guru memberi tugas kepada anak, yang berupa soal-soal yang harus dikerjakan oleh anak.(4). Anak mengerjakan soal-soal dengan seksama.
c). Tahap Akhir.
(1) Guru memberikan simpulan tentang materi yang telah disampaikan (2). Guru memberi tugas rumah kepada siswa.
3). Observing
Peneliti berkolaborasi dengan te-man guru untuk melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui alat peraga, respon siswa, wawancara serta mengevaluasi kegiatan. Hasil ulangan yang diadakan guru ternyata belum memuaskan ada beberapa anak yang masih di bawah standart nilai yang ditentukan oleh guru. Hal tersebut perlu adanya perbaikan pada tindakan yang kedua yang disebut siklus 2.
4). Reflecting
Peneliti berkolaborasi dengan re-kan guru mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan, demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara tindakan.
b. Siklus 2
1). Perencanaan tindakan ( Planning )
Pada siklus kedua perencanaan tin-dakan yang dilakukan oleh peneliti adalah hampir sama dengan siklus 1 hanya saja lebih di tekankan pada revisi RPP yang telah dipersiapkan pada siklus I, pema-haman siswa terhadap materi terutama pada bimbingan pada individual. Kegiatan-nya antara lain merencanakan implementa-si langkah-langkah mempersiapkan metode yang akan digunakan, analisis data kekuatan-kekuatan dan kelemahan – kelemahan siswa, prediksi perkembangan masalah, pemecahan masalah, tindak lan-jut, peninjauan hasil-hasil bimbingan individual terhadap siswa berdasarkan permasalahan serta merancang instrumen obsevasi dan wawancara.
2). Acting, (pelaksanaan)
a). Tahap apersepsi (1). Memimpin do’a, memberi salam dan mengabsen siswa (2). Mengulang materi yang lalu dengan mengajukan beberapa perta-nyaan
b). Tahap Inti (1) Guru mengadakan apersepsi (2). Guru menjelaskan materi tentang membaca permulaan dengan menggunakan pendekatan komunikatif. (3).Guru memberi tugas kepada anak, membaca permulaan.(4). Anak me-nyampaikan membaca permulaan bu-atan sendiri ke depan kelas (5). Siswa yang lain menanggapi membaca per-mulaan yang disampaikan temannya .
c). Tahap Akhir. (1) Guru memberikan simpulan tentang materi yang telah disampaikan(2). Guru memberi tugas rumah kepada siswa.
3). Observing
Peneliti berkolaborasi dengan teman guru untuk melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui alat peraga, respon siswa, wawancara serta mengevalu-asi kegiatan. Hasil ulangan yang diadakan guru ternyata memuaskan sesuai dengan harapan guru.
4). Reflecting
Peneliti berkolaborasi dengan rekan guru mendiskusikan hasil pengamat-an dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas siklus ke 2, demikian pula hasil pelaksana-an pengamatan dan wawancara tindakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Siklus I
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembelajaran membaca hasil yang dicapai oleh siswa kurang baik. Siswa masih perlu adanya penanganan yang khusus untuk memperbaiki pembelajaran. Maka diadakan suatu tindakan perbaikan. Sedang pelaksanaan perbaikan itu disebut siklus 1. Hal ini disebabkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajar-an masih rendah. Oleh karena itu pelaksa-naan pembelajaran diawali apersepsi de-ngan maksud menarik perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran yang disajikan. Selanjutnya memperkenalkan materi mem-baca permulaan dengan metode pende-katan komunikatif.
Untuk lebih memudahkan siswa dalam menguasai materi peneliti menun-jukkan/menggunakan metode komunikatif. Karena pada siklus pertama hasil yang diharapkan belum sesuai dengan apa yang dicanangkan guru (KKM) dari 19 siswa yang mencapai nilai tuntas hanya 7 anak sehingga siswa yang belum tuntas pembelajarannya ada 12 anak, karena hal yang demikian itu maka masih perlu ada perbaikan pembelajaran lanjutan pada siklus ke 2.
Deskripsi Siklus 2
Tindakan pada siklus ke 2 ini merupakan lanjutan pada tindakan siklus pertama. Terutama memperhatikan pada siswa – siswa yang belum menuntaskan pada tindakan siklus pertama yaitu 12 anak. Siklus ini dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus sebelumnya yaitu dengan berusaha lebih ditingkatkan dengan memfokuskan pada pembuatan pantun dan memperhatikan ge-rak-gerik siswa yang belum menuntaskan pembelajarannya. Peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan singkat, jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
Dengan lebih memaksimalkan penggunaan pendekatan komunikatif, sis-wa semakin mampu membaca permulaan dengan baik. Dan hasil ulangan yang dica-pai menunjukkan semua siswa mengalami peningkatan yang dratis dalam hasil belajarnya.
Deskripsi Kegiatan Tiap Siklus dan antar Siklus
Sebelum perbaikan
Pada tahap ini, pembelajaran belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan ke-beranian sebagian besar siswa belum terli-hat. Masih terdapat 14 siswa yang belum tuntas dari 19 siswa.hasil pembelajaran sebelum ada tindakan nilai rata-rata 56,84 atau 26% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Maka diadakan suatu tindakan untuk menuntaskan nilai hasil belajar itu.
Siklus I
Pada siklus I ini, pembelajaran belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan kebe-ranian sebagian besar siswa belum terlihat. Masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas dari 19 siswa. Hasil pembelajaran pada siklus pertama ini nilai rata-rata 63 atau 47% dari nilai ketuntasan yang dicanang-kan oleh guru. Maka diadakan suatu tindakan untuk menuntaskan nilai hasil belajar itu, namun dibanding dengan pembelajaran sebelum ada tindakan sudah menunjukkan peningkatan tapi belum secara maksimal, oleh karena itu perlu adanya tindakan yang kedua atau siklus ke dua
Siklus II
Pada siklus II ini, pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang telah diten-tukan. Penguasaan materi dan keberanian semua siswa sudah terlihat. dari 19 siswa. Semua menuntaskan pembelajaran dengan hasil pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata 75 atau 100% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Ternyata siklus demi siklus mengalami penyem-purnaan secara bertahap. Siklus kedua merupakan siklus yang paling sempurna. Kemampuan dan keberanian secara personal lebih nyata. Hal ini terbukti dengan hasil pembelajaran siswa pada siklus ke dua menunjukkan hasil yang optimal. Nilai ketuntasan semakin naik. Dari hasil diskusi dengan guru teman sejawat maka disepakati untuk menghen-tikan penelitian pada siklus ke dua karena sudah diperoleh hasil yang memuaskan.
Hasil Penelitian
Hasil perbaikan pembelajaran di kelas I SD Negeri Hadiluwih 1, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dengan materi membaca permulaan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dapat diamati dan dianalisis. Berdasarkan data dapat dilihat hasil perubahan nilai yang dicapai siswa tiap siklus, sebagian besar mengalami kenaikan.
Bedasarkan hasil penelitian terlihat nilai: Perbaikan pembelajaran sebelum adanya perbaikan menunjukkan rata-rata nilai kelas 56,84 yang belum tuntas 12 anak, yang tuntas 7 anak. Kemudian setelah perbaikan siklus I rata-rata nilai kelas menjadi 63 yang belum tuntas 9 anak, yang tuntas 9 anak. Kemudian pada siklus II perolehan rata-rata nilai kelas 75 semua menunjukkan ketuntasan.
Perbaikan pembelajaran membaca permulaan melalui metode Komunikatif yang dilaksanakan di SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum ada tindakan ke siklus I begitu juga ke siklus II, yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menjadi fokus perbaikan pembela-jaran.
Refleksi Hasil Temuan
Kurangnya minat dan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung me-merlukan perbaikan pembelajaran, misal-nya dengan metode yang tepat, memberi pujian, hadiah ataupun penguatan lainnya secarta tepat, dapat membangkitkan keak-tifan, motivasi sekaligus minat dan perhati-an siswa sehingga mencapai peningkatan prestasi belajar yang maksimal.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I masih be-lum memuaskan. Hal ini ditunjukkan de-ngan nilai hasil ulangan siswa yang mendapat nilai tuntas baru 7 anak dari 19 siswa yang ada. Kurang keberhasilan pada tindakan perbaikan pertama karena dalam penyampaian mata pelajaran guru belum secara maksimal menggunakan alat peraga, sehingga siswa tidak kreatif dan merasa bosan. Bila dilihat dari prosentase yang ditunjukkan pada siklus I adalah yang sudah menuntaskan hasil belajar adalah 9 anak dari jumlah siswa 19 anak. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum berhasil menuntaskan semua siswa kelas I SD Negeri Hadiluwih 1, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan semua siswa sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa diatas 70. keberhasilan siklus II karena penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan pendekatan komuni-katif dan benar – benar di gunakan secara maksimal, sehingga siswa lebih jelas, aktif, kreatif, dan merasa senang hasil belajar yang dicapai bisa meningkat sesuai dengan harapan guru. Bila dilihat prosentasenya adalah 100% anak tuntas. Hal ini ditunjukkan dari perolehan rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II ada peningkatan. Kemudian pada siklus II naik menjadi 100% jadi perbaikan siklus II membuktikan sudah berhasil.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut dengan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan hasil prestasi belajar membaca di SD Negeri Hadiluwih 1 Kelas I Semester 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2012/2013.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. 2001. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang
A.Pribadi. 2009. Metode Pengajaran Sastra . Jakarta: PT.Rosda Karya.
————,2009. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional.2003. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta:Depdiknas.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya
Hudoyo, Herman. 1980. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyani, Umi, Nur’aini. 2008. Bahasa Indonesia Kelas I. Jakarta. Penerbit: Swadaya Murni
Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa Bandung.
Winkel. 2005. Learning Disabilities. New York: Holt. Rinehart and Winson. Inc.