UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN KONSEP IPS

DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

SISWA KELAS V SEMESTER II SDN SAMBONGANYAR

KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN BLORA TAHUN 2014/2015

Sri Adiningrum

SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora

ABSTRAK

Berdasarkan kenyataan diatas perlu diadakan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan peran aktif siswa baik individu maupun kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Salah satu di antaranya pembelajaran dengan menggunakan metode tipe Inquiry, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS sampai diatas KKM yaitu 70. Penerapan pembelajaran tipe Inquiry (Standart Team Achivement Division) merupakan tindakan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas V SDN Sambonganyar semester II. Dari hasil penelitian, dapat dilihat telah terjadi peningkatan pengetahuan konsep IPS dalam mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda pada siswa kelas V SDN Sambonganyar pada semester II, tahun pelajaran 2014/2015. Melalui penerapan pembelajaran tipe Inquiry. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 62, siklus 1 = 67 dan silkus ke II = 78. Sedangkan ketuntasan belajar pada kondisi awal tuntas 6 siswa atau 21%, siklus 1 tuntas 12 siswa atau 42% sedangkan siklus II tuntas 26 siswa atau 98%.

Kata kunci: Inquiri, Konsep IPS, Kemerdekaan RI


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan kenyataan diatas perlu diadakan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan peran aktif siswa baik individu maupun kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Salah satu di antaranya pembelajaran dengan menggunakan metode tipe Inquiry, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS sampai diatas KKM yaitu 70.

Penerapan pembelajaran tipe Inquiry (Standart Team Achivement Division) merupakan tindakan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas V SDN Sambonganyar semester II.

Melalui Inquiry menciptakan suasana belajar aktif, kreatif dan menyenangkan bisa bekerja sama.

Inquiry merupakan metode yang mempunyai keunggulan adanya kerja kelompok dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung kebersihaln individu, dan menekankan pada aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Rumusan Masalah

Apakah penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan pengetahuan konsep IPS dalam mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda siswa kelas V SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen pada Semester II.

Tujuan Penelitian

1. Penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan pengetahuan konsep IPS materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.

2. Meningkatkan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas maka hasil penelitian ini diharap dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik: Siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar.

b. Bagi Guru: Terjadi inovasi dalam proses pembelajaran dan mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas KBM.

c. Bagi Sekolah: Untuk meningkatkan prestasi sekolah dan meningkatkan popularitas sekolah.

d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar IPS

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai suatu yang ingin di capai menurut Suryabrata (2002:232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: 1. Belajar itu membawa perubahan, 2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecapakan baru. 3. Perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu proses dimana suatu tindakkan muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi (Sukmadinata 2003: 15).

Dalam hal ini belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan perubahan pada diri siswa dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku serta semua aspek yang ada dalam indiovidu. Menurut paham Progresivisme Jhon Dewey (Pahyono, 2004: 4).

Metode Inquiry

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).

Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” Sains. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990).

Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).

Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.

Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuan-nya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Januari 2015 sampai dengan Pebruari 2015.

Penelitian dilaksanakan di SDN Sambonganyar, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran IPS pada materi Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.

Berdasarkan judul upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran tipe Inquiry pada siswa kelas V SDN Sambonganyar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 jumlah siswa 28 terdiri atas 20 putra dan 8 putri.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Nilai Tes Pra Siklus

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

86-100

A

Baik sekali

2.

71-85

B

Baik

4

14%

3.

56-70

C

Cukup

6

21%

4.

41-55

D

Kurang

18

65%

Jumlah

28

100%

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik di ketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A sejumlah 0%, yang mendapat nilai B sejumlah 14%, sebanyak 4 siswa, yang mendapat nilai C sebanyak 21% sebanyak 6 siswa, yang mendapat nilai D sebanyak 65% jumlah siswa 18 siswa jumlah siswa seluruhnya 28 siswa.

DISKRIPSI HASIL SIKLUS I

Hasil Nilai Tes Siklus I

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

86-100

A

Baik sekali

2

7%

2.

71-85

B

Baik

5

18%

3.

56-70

C

Cukup

10

35%

4.

41-55

D

Kurang

11

40%

Jumlah

28

100%

Dari hasil tes siklus I yang mencapai nilai A (sangat baik adalah 2 siswa (7%) yang mendapat nilai B (Baik) 5 siswa (18%) sedangkan nilai C (Cukup) 10 siswa (35%) yang mendapat nilai D (kurang) 11 siswa (40%) dari jumlah siswa 28.

DISKRIPSI HASIL SIKLUS II

Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persen

1.

86-100

A

Baik sekali

4

14%

2.

71-85

B

Baik

22

78%

3.

56-70

C

Cukup

2

8%

4.

41-55

D

Kurang

0%

Jumlah

28

100%

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai A: 4 siswa, B = 22 siswa, C = 2 siswa dalam persen A = 14%, B = 78%, C = 8% sedangkan nilai D tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas = 73.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian, dapat dilihat telah terjadi peningkatan pengetahuan konsep IPS dalam mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda pada siswa kelas V SDN Sambonganyar pada semester II, tahun pelajaran 2014/2015. Melalui penerapan pembelajaran tipe Inquiry. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 62, siklus 1 = 67 dan silkus ke II = 78. Sedangkan ketuntasan belajar pada kondisi awal tuntas 6 siswa atau 21%, siklus 1 tuntas 12 siswa atau 42% sedangkan siklus II tuntas 26 siswa atau 98%.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pendidikan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajar-an tipe Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPS khususnya materi mendes-kripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda bagi siswa kelas V SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2014/2015. Pada akhir siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar 12 siswa (42%), siswa yang belum tuntas 16 siswa (58%) sedangkan pada siklus II sebanyak 26 siswa (98%) yang tuntas, yang belum tuntas 2 siswa (2%). Dengan nilai rata-rata siklus I: 67 dan rata-rata siklus II: 78 sedangkan hasil pengamatan belajar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Saran

Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menggunakan pembela-jaran Inquiry sebagai mutu alternatif metode dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa maupun pelajaran hasil belajar siswa maupun pelajaran lainnya.

Dalam penerapan modal pembela-jaran Inquiry guru harus benar-benar memahami langkah-langkah, peran guru sebagai fasilitas menjadi sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsini, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimiyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman, Maman, 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sujati. Penelitian Tindakan Kelas.

Anitah, 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

BNSP, 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembangan MKDK, 1990. Psikologi Belajar, Semarang: IKIP Semarang.