UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS PERMASALAHAN ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SEBAGAI SUMBER DAYA DALAM KEGIATAN EKONOMI, SERTA PERANAN PEMERINTAH
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS PERMASALAHAN ANGKATAN KERJA
DAN TENAGA KERJA SEBAGAI SUMBER DAYA
DALAM KEGIATAN EKONOMI,
SERTA PERANAN PEMERINTAH
DALAM UPAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIIIA
SMP ISLAM UNGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Sediansih
SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dan memenuhi KKM (70) melalui model pembelajaran jigsaw pada siswa SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini siswa kelas VIIIA SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Siswa kelas VIIIA berjumlah 26 orang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan yang mempunyai karakteristik pada hasil UH semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran IPS KKM (70). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Jigsaw, pemahaman siswa pada materi mata pelajaran IPS mengalami peningkatan.Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata rata klasikal pada prasiklus 72,42 (tanpa pembelajaran model Jigsaw) menjadi 76,35 (siklus I) dan 83,12 (siklus II) setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw (2) Inovasi pembelajaran model Jigsaw yang diterapkan pada mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 96,15% akan tetapi masih ada 3,85 % siswa yang kurang memahami pelajaran dan memerlukan penjelasan guru. (3) Ketuntasan klasikal juga mencapai kesempurnaan. Hasil belajar meningkat dan siswa tuntas 96,15 % sesuai KKM (70). Saran dari penelitian ini:(1) Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPS. (2) Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi diri dengan cara belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw sehingga dapat menumbuhkan minat belajar IPS pada diri siswa.(3) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang baru.
Kata Kunci: Model Pembelajaran tipe Jigsaw, Prestasi Belajar
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi sekarang ini pendidikan merupa–kan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia bertekad untuk memajukan pendidikan diantaranya melalui sekolah yang bermutu. Belajar mengajar disekolah harus dilakukan seefektif mungkin.Interaksi dalam proses pembela–jaran antara pengajar dan warga belajar diharapkan merupakan proses motivasi (Sardiman, 2012) maksudnya bagaimana dalam proses interaksi itu pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada siswa.
Prestasi belajar didukung oleh motivasi belajar. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar (Hardjana, 2004). Motivasi ini sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dalam rangka memenuhi harapan. Motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, mengerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Untuk menumbuhkan motivasi pada mata pelajaran IPS khususnya tentang kegiatan perekonomian Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang, tahun pelajaran 2012/2013, yaitu guru harus dapat menciptakan sesuatu hal yang baru kepada siswa,misalnya dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan alat peraga ,model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materinya sehingga pembelajaran tidak monoton dan membuat siswa menjadi senang dengan pembelajaran tersebut. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal maka seorang guru diharapkan ada kemauan untuk mengubah atau menjadi agen perubahan untuk membuat proses belajar mengajar menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dengan harapan: 1). Siswa menjadi aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar dan gurunya pun aktif untuk melaksanakannya, 2). Siswa dan guru dituntut untuk kreatif, 3) Guru inovatif dalam pembelajaran, 4) Dapat menggunakan efektifitas waktu dan materi pelajaran dengan baik, 5). Menyenangkan bagi siswanya bukan untuk menakutkan siswanya sehingga siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru berkewajiban memberi bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri ,memecahkan masalahnya sendiri ,mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, (Hamalik , 2011).
Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran IPS harus bertumpu pada dua hal yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, dan optimalisasi keterlibatan seluruh indra siswa. Menurut Monks, Knoers dan Siti Rahayu dalam Mudjiono dan Dimyati (2013) dari segi perkembangan maka anak telah memiliki tujuan sendiri pada usia masih muda (pubertas) dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar dan memiliki rasa tanggung jawab. Dari segi pembelajaran, maka sadar diri dan rasa tanggung jawab tersebut perlu ditanamkan. Dengan kata lain siswa SMP secara perlahan perlu dididik agar memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar dan membuat program belajar dengan tujuan belajar sendiri. Siswa perlu dididik untuk menjalankan program dan mencapai tujuan belajar sendiri. Belajar dengan pengajaran kelompok-kelompok kecil membuat siswa belajar lebih kreatif, inovatif, efektif serta dapat mengembangkan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Linda Lundgren dalam Ibrahim (2011) menyatakan ”Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.” Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Terdapat beberapa macam (tipe) pembelajaran kooperatif, diantaranya tipe Jigsaw. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tersebut pada siswa SMP maka diperlukan adanya penelitian.
Pada penelitian ini penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, siswa dituntut agar dapat menyelesaikan suatu soal IPS dan menguasai masalah yang dihadapi itu dalam diskusi. Kemudian siswa tersebut juga harus mampu menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok kepada siswa lain dalam kelompok asalnya masing-masing dengan baik agar dapat dipahami oleh seluruh anggota kelompoknya. Dengan demikian, setiap anggota dari masing-masing kelompok akan memiliki tugas dan tanggungjawab besar guna mencapai keberhasilan kelompoknya.
Tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw ini dapat dilihat dari kerjasama dan keaktifan siswa dalam kelompok yang sudah mulai tampak selama diskusi berlangsung. Lebih rinci keberhasilan tipe jigsaw dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa pada tes akhir dimana siswa sudah dapat menuliskan langkah-langkah menyelesaikan soal IPS dengan benar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah. ”Bagaimanakah pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar materi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya, siswa kelas VIIIA SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012//2013 pada Mata Pelajaran IPS?”
KAJIAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisah–kan dari kegiatan belajar,karena kegiatan belajar merupakan proses,sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Winkel (1996) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien kalau presta–si belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan evaluasi atau tindakan penilaian yaitu memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu dan tujuan tersebut dinyatakan dalam tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya ,Nana Sudjana dalam Fathurrohman dan Sutikno (2010). Dengan penilaian ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa dengan kata lain dapat diketahui prestasi belajar yang dicapai para siswa.
Dalam realitas, prestasi belajar diukur menggunakan sua–tu instrumen yang mengakomodir materi pembelajaran. Instru–men yang valid dan reliabel dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar dengan baik . Valid atau Validitas atau kesahihan dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi Dimyati dan Mudjiono(2013). Kesahihan dapat diterjemahkan pula sebagai kelayakan terhadap hasil dari suatu instrumen evaluasi atau tes dan tidak tehadap evaluasi itu sendiri Grondlund dalam Dimyati dan Mudjiono (2013). Sedangkan Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang mempunyai arti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya yang konsepnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang sama (Azwar , 2011).
Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi belajar, maka kita perlu mengenalnya secara lebih rinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan pendidikan akan sangat membantu pada saat memilih/menyusun evaluasi hasil belajar.
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengem–bangan ketrampilan intelektual (Slameto, 2010). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom,mengemukakan adanya 6 (enam) kelas/tingkat yakni: Pengetahuan (C1), Pema–haman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5) dan Evaluasi (C6).
Proses pendidikan menentukan prestasi belajar, oleh ka–rena itu proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar mampu mengembangkan prestasi siswa sehingga dapat membekali siswa untuk belajar lebih lanjut. Prestasi belajar yang demikian adalah prestasi yang berjangka panjang.
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang di–ungkapkan Anita Lie (2007) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Secara lebih rinci langkah-langkah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelom–pok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 25 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajar–an, maka dari 25 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 5 siswa dan 5 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
b) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkat–an hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
f) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
HIPOTESA TINDAKAN
Dari kajian pustaka, di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, “Prestasi belajar siswa kelas VIIIA SMP Islam Ungaran Kabupten Semarang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 akan meningkat melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di kelas VIIIA SMP Islam Ungaran yang beralamat di Jl. Kauman Selatan No 1 Ungaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Waktu Penelitian ini adalah pada semester Genap antara bulan April-Juni 2013. Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran Jigsaw. Untuk Siklus I pada tanggal 2 Mei 2013 dan Siklus II pada tanggal 16 Mei 2013.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini siswa kelas VIIIA SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Siswa kelas VIIIA berjumlah 26 orang terdiri dari 17 siswa laki- laki dan 9 siswa perempuan yang mempunyai karakteristik pada hasil UH semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 belum semua siswa tuntas dalam mata pelajaran IPS KKM (70).
Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPS. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru mata pelajaran IPS bertindak sebagai observer.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:
1. Siswa
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, yang sekaligus sebagai sumber data untuk diketahui hasil belajarnya, terhadap model pembelajaran Jigsaw yang diterapkan pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran IPS.
2. Guru
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri. Data yang dapat diper–oleh dari guru adalah aktivitas guru dalam meng–implemantasikan model pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran IPS.
3. Kolabolator sebagai Observer
Bertindak sebagai observer dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kolabolator yaitu guru mata pelajaran IPS SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Observer menca–tat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dalam lembar pengamatan (observasi) yang nanti akan digunakan sebagai bahan refleksi. Data yang dapat diperoleh dari observer yakni hasil pengamatan dari aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Tes
Bentuk tes yang peneliti pilih untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk uraian (easy test) dan pilihan ganda. Tes bentuk uraian (easy test) merupakan tes dengan kegiatan menguraikan jawaban pertanyaan secara jelas dan lengkap. Sedangkan, tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
2. Observasi (Pengamatan)
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksa–nakan setiap siklus. Observasi merupakan suatu pengamatan lansung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya (Slameto, 1986: 108). Lembar pengamatan guru digunakan oleh observer pada waktu guru melaksanakan proses pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang silabus mata pelajaran IPS, nilai rata-rata mata pelajaran IPS siswa kelas VIIIA pada ulangan harian Tahun Pelajaran 2012/2013, buku atau materi pelajaran IPS dan daftar siswa kelas.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini merujuk pada model Kemmis dan Mc Taggart, yang pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang keempatnya merupakan salah salah satu siklus (Tukiran dkk, 2010:24, Adaptasi Depdiknas, 1999:21). Peneliti melaksana–kan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Metode pembelajaran yang menarik dan mengasyikkan akan membuat siswa antusias dan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi minat belajar siswa, pembelajaran pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep.
Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIIIA masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas, dikarenakan guru dalam menyampaikan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, serta belum memanfaatkan model pembelajaran. Cara mengajar seperti ini akan menjenuhkan dan membosankan bagi siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari IPS kurang maksimal. Diperoleh data bahwa siswa yang tuntas sesuai KKM (70) pada Ulangan Harian berjumlah 26 orang, sedangkan yang belum tuntas ada 8 orang, perolehan hasil belajar siswa kelas VIIIA pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 72,42 nilai terendah 62 nilai tertinggi 88 dan prosentase ketuntasan klasikal 69,23,
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut: keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik sekali, siswa baik sekali dalam memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik sekali, siswa dengan baik sekali dapat memahami tugas masing-masing, beberapa siswa yang mengalami kesulitan berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain, siswa mempresentasikan materi dengan baik sekali (walaupun ada beberapa siswa masih merasa malu) sehingga diperoleh nilai rata-rata pada siklus I sebesar 3,43. Siswa yang turut berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran mendapat nilai kriteria baik dengan nilai rata-rata 0,43.
Hasil pengamatan kegiatan guru dapat dijelaskan bahwa guru dalam memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran IPS, membagi siswa dalam kelompok belajar, mengawasi jalannya permainan, memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan dalam belajar, dan melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi, yang diakhiri dengan menutup pelajaran dan memberikan tes sudah baik dengan nilai rata-rata 2,75. Namun, guru dalam menjelaskan materi masih cukup dengan nilai rata-rata 0,16. Guru juga belum mengelola waktu dengan efektif dikarenakan waktu pelajaran yang singkat sehingga kurang signifikan dengan penerapan model Jigsaw. Pada siklus I terdapat peningkatan dan kemampuan belajar siswa, namun peneliti belum merasa berhasil karena nilai rata-rata klasikal belum mencapai indikator (>80). Prosentase ketuntasan (> 90) Oleh karena itu peneliti perlu melaksanakan siklus II dengan memperbaiki strategi pembelajaran.
Deskripsi Penelitian Siklus II
Oleh karena indikator yang telah ditetapkan belum tercapai, maka dilanjutkan pada siklus II ini. Siswa diberi peluang lebih banyak untuk aktif belajar bersama teman-temannya. Bentuk kelompok belajar baru dengan formasi lingkaran yang mempermudah siswa untuk saling berdiskusi memperkaya pengetahuan dan pemahamannya saat belajar bersama teman, sedangkan guru memfokuskan dalam peningkatan pembelajaran dan berperan sebagai pembimbing siswa. Materi siklus II fungsi pajak dalam perekonomian Nasional.
Hasil belajar siswa pada siklus II tampak lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dan evaluasi pada siklus II berjumlah sama dengan siklus I yaitu berjumlah 26 orang dari keseluruhan siswa kelas VIIIA SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang. Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 69 sehingga terdapat peningkatan 2 nilai tertinggi 97 dengan peningkatan 7 rata-rata klasikal 83,12 yang berarti terdapat peningkatan 6,77 dan ketuntasan klasikal 96,15 % dengan peningkatan 11,53
Rata-rata klasikal pada siklus II mengalami peningkatan Siklus I rata-rata klasikalnya adalah 76,35 meningkat menjadi 83,12 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus I 67 meningkat menjadi 69 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi sebesar 90 pada siklus I meningkat menjadi 97 pada siklus II dan ketuntasan klasikal pada siklus I 84,62% meningkat menjadi 96,15%,pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa ternyata siswa semakin aktif mengikuti pembelajaran, memahami tugasnya masing-masing, mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu. Dalam pembelajaran siswa juga mulai berani bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan, keseluruhan siswa sudah mampu berpartisipasi mengikuti pembelajaran (tanpa rasa canggung), siswa berani (tidak merasa malu), lancar pada saat presentasi dengan baik sekali dan mencapai nilai rata-rata 4.
Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran model Jigsaw dengan nilai rata-rata 3,43 pada siklus I meningkat menjadi 4 pada siklus II untuk kriteria baik sekali. Sedangkan kriteria baik pada siklus I sebesar 0,43 menurun menjadi 0 pada siklus II.
Pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II dilaksanakan oleh observer dengan mencatat semua kegiatan guru pada lembar observasi yang sudah disediakan.
Pada siklus II guru telah menunjukkan peningkatan dalam mengelola kelas. Guru dapat berinteraksi dengan siswa sehingga mampu memberikan motivasi untuk menumbuhkan partisipasi siswa dalam permainan dengan baik dan mencapai nilai rata-rata 3. Guru juga sudah mampu mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan efektif. Rata-rata nilai kegiatan atau aktivitas guru pada siklus I untuk kriteria baik sebesar 2,75 meningkat 3 pada siklus II. Sedangan untuk kriteria cukup sebesar 0,16 pada siklus I menurun menjadi 0 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran model Jigsaw semakin baik.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Rata-Rata Klasikal Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai yang sudah diperoleh. Terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada Prasiklus yaitu 72,42 menjadi 76,35 pada siklus I . Pada siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi 83,12. Nilai terendah pada Prasiklus sebesar 62 meningkat menjadi 67 pada siklus I. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 69. Begitu juga untuk perolehan nilai tertinggi, pada prasiklus sebesar 88 menjadi 90 pada siklus I. Pada siklus II meningkat secara signifikan sebesar 97 Peningkatan rata-rata pada siklus I yang masih relatif kecil disebabkan siswa belum terbiasa belajar dengan model Jigsaw.
Dilihat dari prosentase ketuntasan klasikal pada Prasiklus sebesar 69,23 % meningkat menjadi 84,62 % pada siklus I dengan peningkatan presentase 15,39 % dan sebesar 96,15% pada siklus II dengan peningkatan presentase 11,53 %. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Partisipasi Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam (2) siklus kegiatan pelaksanaan tindakan kelas, menunjukkan bahwa partisipasi atau aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami kenaikan. Pada siklus I nilai rata-rata partisipasi atau aktivitas siswa untuk kriteria baik sekali 3,43 sedangkan pada siklus II menjadi 4. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar.Sedangkan pada siklus II dengan belajar bersama-sama secara diskusi dalam kelompok,siswa dapat lebih memahami dan mengerti pembelajaran.
3. Aktivitas Guru
Observasi yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran IPS SMP Islam Ungaran Kabupaten Semarang yang bertindak sebagai observer, menyatakan bahwa aktivitas atau kegiatan guru selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II ini dinilai baik. Hal ini dipandang sesuai dengan kenyataan, di mana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing para siswa dalam memahami konsep pembela–jaran.
4. Kendala yang Ditemukan
Pada siklus I kendala yang dijumpai adalah ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan diluar materi yang disampaikan sehingga guru harus menjelaskan terlebih dahulu. Sedangkan pada siklus II kendala yang dihadapi adalah kerepotan mengubah tempat duduk membentuk lingkaran untuk mempermudah berdiskusi tentang materi yang diperolehnya setelah selesai dari kelompok tim ahli kembali ke kelompok asli.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Jigsaw, pemahaman siswa pada materi mata pelajaran IPS mengalami peningkatan.Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata rata klasikal pada prasiklus 72,42 (tanpa pembelajaran model Jigsaw) menjadi 76,35 (siklus I) dan 83,12 (siklus II) setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw
2. Inovasi pembelajaran model Jigsaw yang diterapkan pada mata pelajaran IPS menjadikan siswa lebih kreatif dan merasa menyenangkan hingga mencapai 96,15% akan tetapi masih ada 3,85 % siswa yang kurang memahami pelajaran dan memerlukan penjelasan guru.
3. Ketuntasan klasikal juga mencapai kesempurnaan. Hasil belajar meningkat dan siswa tuntas 96,15 % sesuai KKM (70).
Saran
Saran dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPS.
2. Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi diri dengan cara belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw sehingga dapat menumbuh–kan minat belajar IPS pada diri siswa.
3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,Saefuddin.2012. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Efe, Rifat and Efe, Hulya Aslan. 2011. “Using Student Group Leaders to Motivate Students in Cooperative Learning Methods in Crowded Classrooms”. Educational Research and Reviews Vol. 6(2), pp. 187-196, February 2011. Turkey: Departement of Biology Education, Zagreb (Z.G) Education Faculty, Dicle University, Diyarbakir.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjana. 2004. Motivasi Belajar. Jakarta: PT Grasindo.
Ibrahim, Muslimin. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan STAD (Student Team Achievement Division). http://bankjudul.wordpress.com/2011/03/15/keefektivan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad-dan-jigsaw-ii-terhadap-motivasi-belajar-kimia-. Diakses tanggal 07 April 2013.
Joyoatmojo, Soetarno. 2011. Pembelajaran Efektif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Rusman. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw. http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaaw/. Diakses tanggal 07 April 2013.
A.M .Sardiman . 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Mohammad Ali,R. 1993. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Djakarta: Bhatara.
Slameto. 1986. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
_______.2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
_______.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:PT Refika Aditama.
Sunardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Ilmu Pengetahua Sosial .Salatiga: Widya Sari Press
Tran, Van Dat. 2012. “The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese HigherEducation Classroom” Australia:Faculty of Education, La Trobe University, Melbourne (Bundoora).
Tukiran Taniredja, Irma Pujianti, Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru: Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta
Wang, Tzu-Pu. 2012. “Applying Slavin’s Cooperative Learning Techniques to a College EFL Conversation Class. English: Departement of Applied Hsing Wu College.
Winkel,WS.1996.Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia
Yasemin. 2010. “The Effects of Two Cooperative Learning Strategies on the Teaching and Learning of the Topics of Chemical Kinetics”. Journal of Turkish Science Education. Volume 7, Issue 2, June 2010. Turkey: Ataturk University.