UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS

TENTANG PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN HINDU

DI INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN

DAN MEDIA GAMBAR KELAS V SEMESTER I SDN SAMBONGANYAR KECAMATAN NGAWEN, KABUPATEN BLORA TAHUN 2014/2015

Sri Adiningrum

SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora

ABSTRAK

Proses belajar mengajar merupakan sistem terpadu yang didalamnya terdapat unsur-unsur tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, model pembelajaran serta penilaian atau evaluasi dalam rangka menelaah dan mengukur tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan dipengaruhi oleh keberhasilan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Pembelajaran yang berhasil pada umumnya ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran oleh siswa. Dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Demikian halnya yang terjadi di kelas yang peneliti alami yaitu Kelas V SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen. Peningkatan hasil tes formatif siswa. Siklus I nilai rata-rata hanya 37, Siklus II mengalami peningkatan menjadi 69, dan Siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi 86. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Siklus I hanya 14%, Siklus II menjadi 55% dan Siklus III 86%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

Kata kunci: Sejarah Kerajaan Hindu, Penugasan dan Media Gambar


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan sistem terpadu yang didalamnya terdapat unsur-unsur tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, model pembelajaran serta penilaian atau evaluasi dalam rangka menelaah dan mengukur tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan dipengaruhi oleh keberhasilan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah.

Berdasarkan latar belakang dan hasil belajar siswa tersebut peneliti akan mengidentifikasi masalah dan menganalisis masalah, yang akan diuraikan berikut ini:

Identifikasi Masalah

1. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS, pada kompetensi

2. Siswa tidak merespon pertanyaan yang diajukan guru selama proses pembelajaran berlangsung

3. Siswa cenderung tidak berani bertanya meskipun belum memahami penjelasan guru.

4. Siswa terlihat pasif dalam proses pembelajaran.

5. Guru kurang memberikan motivasi siswa sebelum pelajaran dimulai.

6. Penjelasan guru masih berupa penjelasan abstrak, sehingga sulit dipahami oleh siswa.

7. Guru cenderung aktif sendiri, guru sering menjawab sendiri pertanyaan yang ia lontarkan.

Analisis Masalah

1. Penggunaan metode penugasan dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tentang mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala Nasional dari masa Hindu Budha, dan Islam di Indonesia.

2. Penggunaan media gambar selama proses pembelajaran dalam rangka mengaktifkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memenuhi standar kriteria ketuntasan.

Rumusan Masalah

“Apakah penggunaan metode pe-nugasan dan media gambar dapat mening-katkan prestasi belajar siswa pada pada pembelajaran IPS tentang peninggalan sejarah Kerajaan Hindu di Indonesia Kelas V Semester 1 SDN Sambonganyar Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015?”

Tujuan Perbaikan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan dampak penggunaan metode penguasaan terhadap proses pembelajaran materi pelajaran IPS Kompetensi Dasar mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala Nasional dari masa Hindu Budha, dan Islam di Indonesia.

2. Untuk mendeskripsikan dampak penggunaan media gambar dalam menyampaikan materi pelajaran IPS Kompetensi Dasar mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala Nasional dari masa Hindu Budha, dan Islam di Indonesia.

3. Untuk memenuhi persyaratan Pengajuan Angka Kredit IV a ke IV b

KAJIAN PUSTAKA

Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS adalah salah satu mata pelajaran di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Bahan kajian sejarah ini meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini (Kurikulum SD, 1994).

Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah pembelajaran dengan metode diskusi dan pengggunaan alat peraga.

Dibawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS SD yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi

IPS di Sekolah Dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebanggaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

2. Tujuan

IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Penghajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

Media Pembelajaran

Seorang guru diharapkan menggunakan media agar informasi dapat diterima atau diserap siswa dengan baik dalam proses pembelajaran dengan harapan terjadi perubahan-perubahan perilaku baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) maupun keterampilan (psikomotor).

a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

b. Secara fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan lain-lain

c. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya. (Udin S. Winataputra, dkk, 1997).

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi yang disampaikan oleh guru sehingga akan mempermudah siswa mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan dan dapat merangsang pikiran, gagasan dan minat sehingga terjadi proses belajar (Arief, S. Sadiman, 1986).

Dengan memperhatikan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa:

a. Media pembelajaran merupakan wahana dari pesan atau informasi yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa).

b. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan dan materi pembelajaran.

c. Tujuan yang ingin dicapai adalah tercapainya proses belajar pada diri siswa.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Perbaikan Pembelajaran dilaksanakan di SDN Sambonganyar UPTD Pendidikan Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.

Pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Semester 1 dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing melalui empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPS Siklus I

Siklus

Jumlah Siswa

Banyak siswa yang mendapat nilai

Rata- rata

Ketuntasan siswa

Persen tase

0

20

40

60

80

100

Tts

Bl Tts

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

I

28

13

8

3

4

38

4

24

14%

Siklus II

Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPS Siklus II

Siklus

Jumlah Siswa

Banyak siswa yang mendapat nilai

Rata- rata

Ketuntasan siswa

Persen tase

0

20

40

60

80

100

Tts

Bl Tts

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

II

28

2

3

8

11

4

69

26

2

55%

Siklus III

Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPS Siklus III

Siklus

Jumlah Siswa

Banyak siswa yang mendapat nilai

Rata- rata

Ketuntasan siswa

Persen tase

0

20

40

60

80

100

Tts

Bl Tts

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

II

28

4

13

12

86

24

4

86%

Peningkatan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran IPS Siklus I, II, dan III dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Peningkatan Hasil Tes Formatif Pembelajaran IPS Siklus I, II, III

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata- rata

Jumlah siswa

Persen tase

Nilai rata-rata

Jumlah siswa

Persen tase

Tnts

Blm

Tnts

Blm

Tnts

Blm

38

4

24

14%

69

15

13

55%

86

26

2

86%

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Siklus I nilai rata-rata hanya 37, Siklus II mengalami peningkatan menjadi 69, dan Siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi 86. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Siklus I hanya 14%, Siklus II menjadi 55% dan Siklus III 86%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

Pembahasan

Pada Siklus I penggunaan metode ceramah, ternyata tidak membawa hasil yang diharapkan, tetapi sebaliknya yaitu nilai rata-rata hasil tes formatifnya dan tingkat penguasaan materi pembelajaran sangat rendah. Siswa banyak yang belum menguasai materi dan memahami konsep.

Biggs (1991) dalam pendahuluan Teaching For Learning The View From Cognitif Psychology mendefinisikan belajar dalam tiga macam perumusan yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tingkah laku tak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan. Secara kuantitatif (ditinaju dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut belajar banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (tujuan kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhdap penguasaan siswa atau materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka semakin baik pada mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Adapun pengertian belajar secara kualitatif ialah proses memperoleh arti-arti dalam pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Pada Siklus II pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan dan penggunaan media gambar, ternyata sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hanya saja pada Siklus II penerapan metode tersebut belum efektif, sehingga prestasi siswa belum maksimal.

Tujuan belajar tidak terbatas pada siswa dapat mampu menghafal materi belajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat memahami materi secara kritis. Model pembelajaran ini dapat dimulai dari mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengandung permasalahan atau bersifat penugasan. Jarollinek (1977) mengemukakan tentang tujuan pengembangan penugasan untuk menanamkan sikap dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Kemampuan, sikap, dan ketrampilan yang demikian tidak cukup hanya mengetahui permasalahan dan cara memperoleh informasi serta membuat praduga, tetapi lebih jauh dari itu adalah memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan informasi secara sistematis sehingga memiliki daya analitik untuk memberikan alternatif jawaban terhadap permasalahan, kemudian membuat suatu kesimpulan.

Pada Siklus III dengan metode penugasan dan penggunaan media gambar meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan peninggalan sejarah masa kerajaan Hindu di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan, sehingga penguasaan materi benar-benar tuntas. Dengan mengkomunikasikan bentuk serta tujuan pembelajaran dengan pemanfaatan media atau alat peraga dan penggunaan metode penugasan pembahasan kelompok ditambah dengan tugas rumah, siswa berhasil meningkatkan prestasi belajar.

PENUTUP

Simpulan

Dalam suatu pembelajaran, tidak selamanya siswa bisa menguasai apa yang dipelajari. Banyak permasalahan yang dihadapi siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah tersebut, sulit kiranya untuk bisa mencapai hasil yang optimal. Dalam kondisi seperti ini maka perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya yang cukup efektif untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa. Keefektifan ini dapat dilihat pada setiap langkah pembelajaran yang selalu diikuti dengan evaluasi dari guru, sehingga guru dapat dilihat pada setiap langkah pembelajaran yang selalu diikuti dengan evaluasi dari guru, sehingga guru dapat mengetahui adanya keberhasilan untuk kemudian untuk kemudian dikembangkan. Apabila hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh maka tercapailah tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Hal tersebut bukan sekedar teori tetapi suatu kenyataan yang sudah terwujud sewaktu penulis melaksanakan tugas dari Universitas Terbuka untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Sambonganyar sebagai tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional. Rencana pembelajaran yang penulis susun mengambil kompetensi dasar mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala Nasional dari masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia suatu proses pembelajaran dan penelitian tindakan kelas melalui tiga siklus ternyata bahwa pembelajaran melalui penerapan metode penugasan dan penggunaan media gambar dapat:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan kerajaan bercorak Hindu di Indonesia.

2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan tokoh-tokoh sejarah masa Hindu.

3. Membantu siswa dalam mendiskusikan tentang peninggalan sejarah masa kerajaan Hindu di Indonesia.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan kejayaan Majapahit dan peranan Gajah Mada dalam upaya menyatukan nusantara.

Saran

Atas dasar pengalaman menerapkan metode penugasan pembahasan kelompok, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi di antaranya metode penugasan dan penggunaan media gambar karena dapat membantu siswa dalam mengenal dan menyebutkan tokoh sejarah Hindu di Indonesia.

2. Guru sebaiknya sering memberi tugas/latihan dalam menceritakan peninggalan sejarah masa kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep dalam suatu pembelajaran.

3. Menyusun dan melaksanakan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.

4. Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam belajar.

5. Mengevaluasi pada setiap langkah yang dilaksanakan, agar dapat menentukan bentuk perbaikan atau pengembangan pembelajaran.

6. Memberikan penguatan/pujian kepada siswa yang berprestasi.

7. Memotivasi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.

Selain hal tersebut di atas, tidak menutup kemungkinan kepada guru untuk meningkatkan mutu pengelolaan pembelajaran di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif, kreatif, efesien dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. 2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.

Alwasilah Chaeda. 1997. Politik, Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anita. 2005. Cooperatif Learning. Memprakttikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Asmawi, dkk. 2005. Test dan Asesmen di SD. Jakarta: Uiversitas Terbuka.

Depdikbud. 1994. Pengelolaan Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Depdikbud. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Depdikbud. 1996. Dikdaktik Metodik Umum. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Hamalik Umar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Populair Sains Group. 2002. Buku Pintar Sekolah Dasar. Bandung: Penabur Ilmu.

Seiller Pam dan Bryant Tamera, 2002. The Velues book fro Children. Jakarta: Gramedia.
suciati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudremi Yuliana. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas 5 SD dan MI. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.

Suminarsih. 2005. Model Pembelajaran. Semarang: Widya Iswara.

Wahyudin Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zaenal Aqib. 2004. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Prefesi Guru. Bandung: Yrama Widya.