UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SD NEGERI PONDOK 02

PADA KONSEP KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS

DENGAN METODE DEMONSTRASI

Widodo

SD Negeri Pondok 02 Nguter

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan kelas yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi/keaktifan belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan metode demonstrasi. 2) Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan metode demosntrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 22 anak. Hasil penelitian melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan partisipasi (keaktifan) siswa dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan rata-rata partisipasi siswa dari 64,54 menjadi, 82,04 terjadi peningkatan rata-rata 17,50. Sedangkan nilai rata-rata prestasi siswa dari prasiklus 64,54 menjadi 82,04 terjadi peningkatan 17,50. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada peningkatan yang berarti yakni dari prasiklus 27,27% menjadi 100% pada siklus II terjadi peningkatan 72,80.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Metode Demonstrasi


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusun-an dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta didik memiliki kemampuan men-gembangkan pengetahuan dan pemaham-an konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampil-an proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Berdasarkan data diperoleh suatu bukti yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah tentang konsep konduktor dan isolator panas. Bukti rendahnya Prestasi belajar tersebut, yaitu masih banyak siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan madrasah, terutama di kelas VI SD N Pondok 02 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/ 2015. Adapun nilai ketuntasan minimum atau KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pe-ngetahuan Alam (IPA) yaitu 75. Dari hasil tes formatif diperoleh data untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Kompetensi Dasar “konsep konduktor dan isolator panas“ dari jumlah siswa sebanyak 22 siswa yang belum mencapai nilai kreiteria ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau 72,72%. Sedang-kan siswa yang telah mencapai nilai di atas nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 6 siswa atau 27,27 %. Hal ini dikare-nakan metode pembelajaran yang diguna-kan guru kurang tepat yaitu masih menggunakan metode konvensional.

Metode demonstrasi adalah salah satu metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenang-kan). Metode demonstrasi peneliti yakini tepat untuk mengatasi problem kekurang-berhasilan pemahaman siswa tentang konsep konduktor dan isolator panas.Tapi pada kenyataannya kondisi awal guru belum menerapkan metode demonstrasi.

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan metode demonstrasi siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA terutama pada kompetensi dasar “konsep konduktor dan isolator panas” harapannya akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Harapan kondisi akhir siswa, pemahaman terhadap konsep konduktor dan isolator panas berbagai benda meningkat sehingga hasil akhir belajar siswa menjadi tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berminat untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Tahun Pelajaran 2014/2015 SD Negeri Pondok 02 Pada Konsep Konduktor dan Isolator Panas Dengan Metode Demonstrasi”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian yaitu: 1)Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan partisipa-si/keaktifan belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015? 2)Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi/keaktifan belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan metode demonstrasi. 2) Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan metode demosntrasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa membantu keterlibatan atau partispasi siswa dalam proses pembelajaran khusus-nya mata pelajaran IPA. Manfaat bagi guru memperoleh pengalaman profesional dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran melalui pemberian motivasi yang efektif. Serta dapat memperbaiki kualitas pembelajara guru termotivasi untuk mengembangkan wawasan profesionalnya.

KAJIAN TEORI

Prestasi Belajar Konsep Konduktor dan Isolator Panas

Pengertian Prestasi Belajar

Menurut W.S Winkel (1996:102), pengertian prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas. Prestasi adalah bukti keberhasilan dan tingkat kondisi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan telah dicanangkan karena hakikat belajar tersirat dalam tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2000: 19). Adapun prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai seseorang (W.S.Winkel,1996: 62) Prestasi belajar penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang ditentukan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 85). Prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya (Moh. Uzer Usman, 1993: 9)

Berdasarkan pengertian prestasi belajar tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam mengikuti serangkaian proses pembelajaran yang ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

Jadi Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam bentuk angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

Macam-macam Prestasi/Hasil Belajar

Benjamin S. Bloom dalam  Taxo-nomy of Education Objectives yang dikutif oleh Winkel, (1996: 274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah yaitu ranah kognitip, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Ranah Kognitif, ranah kognitif (berkaitan dengan daya pikir, pengetahu-an, dan penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecah-kan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan eveluasi.

Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Muhibbin Syah (2004:89) berpendapat bahwa “pada prinsipnya pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang beranah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simpson yang dikutif oleh Winkel, (1996:278) menyata-kan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiap-an, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi/ Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi yang dikutif oleh Rusman, (2012: 124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri faktor fisiologis, faktor pskologis, Faktor eksternal terdiri faktor lingkungan.

Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Ramayulis (2005: 245), metode demonstrasi dalam proses pengajaran merupakan “metode atau cara mengajar yang menggunakan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan atau benda untuk menjelaskan sesuatu materi ajar”. Imansyah Alipandie (1984: 56) menjelaskan metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang dilakukan oleh guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu cara melakukan sesuatu. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000: 2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang diguna-kan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”. Menurut Muhibbin Syah (2000: 22) Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Dengan mencermati dan manda-lami serta mempertimbangkan teori-teori di atas, penulis memilih metode demonstrasi dalam penelitian tindakan kelas ini.

Pada metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada murid atau memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Jadi pada penelitian tindakan kelas ini metode demonstrasi digunakan untuk membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda.

Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi (J.J Hasibuan dan Mujiono,1993:31). Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1)Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; 2)Mempertim-bangkan dengan sungguh-sungguh, apa-kah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan; 3)Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 4)Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; 5)Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; 6)Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demon-strasi; 7)Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. c) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya; 8)Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi. Setelah perenca-naan-perencanaan telah tersusun sebaik-nya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

Kelebihan metode demonstra-si yaitu: 1)Perhatian siswa dapat dipusat-kan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya; 2)Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama; 3)Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek; 4)Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya; 5)Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak; 6)Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Kekurangan metode demonstrasi yaitu: 1)Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol; 2)Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama; 3)Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik; 4)Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas; 5)Memerlukan banyak waktu sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum; 6)Kadang-kadang hal yang didemonstrasi-kan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya; 7)Agar demonstrasi menda-patkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

Konsep Konduktor dan Isolator Panas

Alat-alat masak biasanya dibuat dari logam, misalnya aluminium atau besi baja. Logam pada umumnya dapat menghantarkan panas dengan baik. Bahan ini memungkinkan panas bergerak dengan mudah dan cepat melaluinya. Dengan demikian, panas dari api cepat mengalir ke masakan. Bahan seperti ini dikatakan sebagai konduktor (penghantar).

Sebaliknya plastik atau kayu sulit menghantarkan panas. Di dalam bahan ini panas tidak dapat bergerak melaluinya dengan cepat. Dengan demikian saat alat digunakan kita dapat memegang bagian pegangan tanpa merasa panas. Plastik dan kayu dikatakan sebagai isolator panas (penghambat). Contoh-contoh lain isolator panas adalah kayu, kertas, kain dan gabus.

Benda yang bersifat konduktor jika disentuh terasa dingin. Rasa dingin timbul karena benda mengalirkan panas ke luar badan dengan cepat. Sebaliknya, benda yang bersifat isolator tidak terasa dingin kalau disentuh. Kejadian ini karena bahan isolator tidak mengalirkan panas ke luar badan. Selain logam, di alam terdapat bahan-bahan lain yang juga dapat menghantarkan panas (konduktor). Namun, kemampuannya dalam menghan-tarkan panas tidak sebaik logam. Bahan-bahan itu misalnya kaca, air dan udara.

Bahan konduktor dan isolator sangat berguna dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut kegunaan-kegunaan bahan konduktor dan isolator adalah:

Kegunaan Bahan Konduktor

Manusia menggunakan bahan konduktor untuk memindahkan panas dengan cepat. Selain itu juga untuk mendinginkan benda dengan lebih cepat. Alat-alat memasak seperti panci dan penggorengan dibuat dari aluminium, baja atau teflon. Dengan demikian, panas dapat dialirkan dengan cepat dari api ke masakan.

Kumparan atau lilitan radiator di bagian belakang lemari es dibuat dari tembaga. Alasannya, agar panas dapat cepat dialirkan dari lemari es ke udara sekelilingnya

Kegunaan Bahan Isolator

Bahan isolator digunakan untuk memperlambat kehilangan dan penambah-an panas pada suatu benda. Berikut beberapa pemanfaatan bahan isolator dalam kehidupan manusia. 1)Pegangan panci, penggorengan dan setrika dibuat atau dilapisi plastik atau kayu. Jadi saat digunakan alat-alat itu tidak panas pada pegangannya. 2)Masakan panas dalam wadah diberi alas kain sewaktu diletakkan di meja agar meja tidak rusak karena panas; 3)Pipa uap panas di pabrik-pabrik dibalut dengan asbes untuk mengurangi keluarnya panas dari uap ke udara sekeliling; 4)Termos, termos adalah wadah yang dapat mempertahankan suhu benda didalamnya. Artinya, termos mempertahan-kan benda panas tetap panas dan benda dingin tetap dingin.

Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru belum menggu-nakan metode demostrasi partisipasi siswa masih sangat rendah dan prestasi belajar IPA masih rendah, maka perlu diadakan pemecahan masalah dengan menggunakan metode demostrasi. Melalui penerapan metode demostrasi dapat meningkatkan partisipasi/keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1) Melalui penerapan metode demonstrasi da-pat meningkatkan partisipasi/keaktifan be-lajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015 2)Melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar konsep konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015?

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan bulan September 2014. Penelitian dilakukan di kelas VI SD N Pondok 02 Nguter. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI SD N Pondok 02 Nguter sebanyak 22 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan sebanyak 9 orang.

Sumber data penelitian mengguna-kan data primer dan data skunder. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:114) Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari sumber pertama. Data primer yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi terhadap siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Tahun Pelajaran 2014/2015sedangkan data sekunder berupa dokumentasi foto dan hasil tes (kegiatan PBM dari prasiklus, siklus I dan siklus II).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu tehnik observasi, tes, dan dokumen. Tehnik observasi yang digunakan dalam penelitian observasi partisipatif, yaitu pengamat terlibat langsung mengamati kegiatan yang dilakukan peneliti secara langsung ke obyek penelitian yaitu SD Negeri Pondok 02 serta sekaligus membuat catatan-catatan penting untuk melengkapi data dalam penelitian. Jadi dalam observasi ini peneliti secara langsung berperan aktif meneliti atau mengamati kegiatan pembelajaran siswa di kelas juga menyampaikan materi pembelajaran, sehingga peneliti akan lebih memahami kelebihan dan kekurangan penggunaan metode demonstrasi dalam melakukan pembelajaran. Adapun metode dokumenta-si yang peneliti pergunakan ini bertuju-an untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil interview dan observasi siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membuat dokumentasi yang berupa catatan-catatan yang berkaitan dengan penelitian

Tehnik tes digunakan untuk me-ngetahui data tentang tingkat keberhasilan setelah pembelajaran berlangsung.Hasil yang diperoleh yang bersifat kuantitatif.

Validasi data dalam penelitian disesuaikan dengan alat maupun data yang diperlukan, misalnya tes tertulis akan divalidasi butir soalnya melalui kisi-kisi, wawancara/observasi akan divalidasi datanya melalui triangulasi.Ada dua triangulasi yang dilakukan, yakni: triangu-lasi sumber, dan triangulasi metode.

Mengingat PTK datanya berbentuk bilangan/kuantitatif maka data yang ada dianalisis dengan analisis deskriptif kompa-ratif yaitu membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal (prasiklus), siklus I dan siklus II, dari aspek (1) partisipasi siswa dalam pembelajaran, (2) nilai rata-rata (mean), dan (3) persentase siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (kriteria ketuntasan minimal). Data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasar-kan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitia.

Indikator kinerja bahwa metode demonstrasi dinilai efektif kinerjanya untuk menjawab masalah konsep konduktor dan isolator panas apabila ada peningkatan berupa; partisipasi siswa minimal kategori tinggi dalam pembelajaran, niali rata-rata (mean) dari prasiklus ke siklus I dan siklus II secara nyata dan persentase siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM mencapai 100%.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri atas 4 tahap dengan 2 siklus. Tahap perencanaan, pelaksanaan, obser-vasi dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Kondisi Awal

Diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 64,5. Siswa yang sudah mencapai KKM yakni nilai 75 ada 6 anak atau sekitar 27,27%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 16 anak atau 72,72%. Dengan kondisi awal tersebut maka perlu diadakan tindakan perbaikan (siklus I) yaitu dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.

Dapat diketahui bahwa dari 22 anak yang mendapat nilai 0-54 ada 5 siswa atau 26,32%, yang mendapat nilai 55-64 ada 7 siswa atau 31,81%, yang mendapat nilai 65-74 ada 4 siswa atau 21,05%, dan yang mendapat nilai 75-84 ada 5 siswa atau 26,32%, sedangkan yang mendapat nilai 85-100 ada 1 siswa atau 5,26%.

Hasil pengamatan

Pada kegiatan pra siklus, siswa belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa masih pasif. Hal ini dikarenakan guru belum maksimal dalam memakai alat peraga dan metode pembelajaran masih menggunakan metode konvensional.

Terlihat partisipasi siswa sangat rendah ada 7 siswa, rendah ada 5 siswa, sedang ada 4 siswa, tinggi ada 4 siswa, dan kategori sangat tinggi ada 2 siswa.

Berdasarkan penyajian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran ceramah partisipasi/keaktifan belajar siswa belum semuanya mencapai indikator kinerja yaitu kategori tinggi. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 64,5 dan ketuntasan belajar mencapai 27,27% atau ada 6 siswa dari 22 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 27,27% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 100%

Jadi hasil pembelajaran belum memenuhi kriteria keberhasilan seperti yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan berupa kegiatan siklus I. Pada siklus I pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.

Deskripsi Hasil Siklus I

Nilai rata-rata siswa mencapai 77,27. Siswa yang belum mencapai nilai KKM ada 3 siswa atau 13,63% dan yang sudah mencapai KKM yakni nilai 75 ada 19 anak atau 86,36%. Kondisi ini meningkat dari yang sebelumnya pada prasiklus sebesar 27,27% menjadi 72,72%.

Hasil Pengamatan

Pada kegiatan siklus I, siswa mulai aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.

Pada pembelajaran siklus I di mana guru telah menggunakan metode demonstrasi siswa telah mulai aktif dalam proses pembelajaran, partisipasi siswa sangat rendah tidak ada, partisipasi rendah tidak ada, partisipasi sedang ada 2 siswa, partisipasi tinggi ada 15 siswa, dan partisipasi sangat tinggi ada 5 siswa

Dengan menerapkan metode demonstrasi pada siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77,27 dan ketuntasan belajar mencapai 86,39% atau ada 19 siswa dari 12 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal ada peningkatan aktivitas belajar siswa. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 meningkat menjadi sebesar 86,39% dan partisipasi siswa juga meningkat. Namun demikian guru akan mengujicobakan kembali metodedemonstrasi untuk melihat perubahan peningkatan aktivitas belajar yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan lebih baik karena pencapaian ketuntasan siswa belum mencapai 100% sehingga pembelajaran dilanjutkan pada tahap ketiga yakni siklus II.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran si-klus II guru mengajar dengan metode demonstrasi. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dan siswa dengan baik, dan selama proses pembelajaran siswa sudah aktif mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Hasil tes siswa rata-rata sebesar 82,05 dan siswa yang telah mencapai KKM ada 22 siswa atau 100%.

Hasil Pengamatan

Pada kegiatan siklus II, terjadi peningkatan keaktifan siswa yang signifikan dalam mengikuti proses pembe-lajaran. Partisipasi siswa kategori sangat rendah, rendah, dan sedang tidak ada, sedangkan partisipasi siswa tinggi ada 15 siswa, dan partisipasi sangat tinggi berjumlah 7 siswa.

Berdasarkan penyajian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan parisipasi atau keaktifan siswa diperoleh yang mendapat nilai diatas indikator kinerja ada 15 siswa mendapat kategori tinggi dan 7 siswa mendapat nilai 7 dengan kategori sangat tinggi. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah sebesar 82,05 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal ada peningkatan yang signifikan dari hasil nilai siswa dan partisipasi siswa.

Maka guru atau peneliti tidak melanjutkan kegiatan pembelajaran ke siklus berikutnya karena apa yang sudah dicapai dianggap memuaskan, atau dengan kata lain tujuan pembelajaran melalui metode demonstrasi telah meningkatkan hasil belajar tentang pemahaman konsep konduktor dan isolator panas benda di kelas VI SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Hasil tes siswa rata-rata pada prasiklus sebesar 64,54, pada siklus I sebesar 72,27, dan pada siklus II sebesar 82,04. Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada prasiklus sebesar 27,27%, siklus I sebesar 86,36% dan siklus II sebesar 100%. Jadi terdapat peningkatan rata-rata dan persentase siswa yang telah mencapai KKM dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

Grafik Ketuntasan Belajar Siswa

Pada tahap prasiklus guru menerapkan metode konvensional dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran terlihat siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 16 siswa dan siswa yang tuntas belajar 6 siswa atau 27,27%.

Pada tahap siklus I guru menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran terlihat siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 3 siswa dan siswa yang tuntas belajar ada 19 siswa atau 86,36%.

Pada tahap siklus II guru menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran terlihat siswa yang tidak tuntas belajar tidak ada dan siswa yang tuntas belajar ada 22 siswa atau 100%.

Tabel Perbandingan Partisipasi Siswa Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Tahap

Mean

Partisipasi

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Prasiklus

64,54

2

4

4

5

7

Siklus I

72,27

5

15

2

0

0

Siklus II

82,04

7

15

0

0

0

Jumlah

14

34

7

5

7

Pada data di atas terlihat perbandingan partisipasi siswa kategori sangat tinggi pada prasiklus ada 2 siswa, siklus I ada 5 siswa, dan siklus II ada 7 siswa, untuk partisipasi siswa ka tegori tinggi pada prasiklus ada 4 siswa, siklus I ada 15 siswa, dan siklus II ada 15 siswa. Untuk partisipasi sedang pada prasiklus ada 4 siswa, siklus I ada 3 siswa, dan siklus II tidak ada. Untuk partisipasi rendah pada prasiklus ada 5 siswa, siklus I tidak ada, dan siklus II tidak ada. Untuk partisipasi sangat rendah terlihat pada prasiklus ada 7 siswa sedangkan pada siklus I dan siklus II tidak ada.

Jadi ada peningkatan kenaikan partisipasi (keaktifan) siswa dari prasiklus, siklus I dan siklus II.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan dari seluruh pemba-hasan sebelumnya dan hasil analisis data yang disajikan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi yang digunakan pada proses belajar materi tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SD Negeri Pondok 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukohar-jo dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tentang partisipasi (keaktifan) siswa dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan rata-rata partisipasi siswa dari 64,54 menjadi, 82,04 terjadi peningkatan rata-rata 17,50. Sedangkan nilai rata-rata prestasi siswa dari prasiklus 64,54 menjadi 82,04 terjadi peningkatan 17,50. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada peningkatan yang berarti yakni dari prasiklus 27,27% menjadi 100% pada siklus II terjadi peningkatan 72,80.

Saran

Saran penelitian bagi siswa di-harapkan siswa terlibat langsung dalam partisipasi dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA. Saran bagi guru mendorong peningkatan partisipasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya

Slameto.2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru

Usman, Moh. Uzer. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Usman , 2002 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. Erlangga.

Winkel, W.S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta; Mesia Abadi. Malang: Universitas Negeri Malang

Wojowasito, Poerwadaminta..2004. Belajar Sambil Bermain. Jakarta. Rineka Cipta

Poerwadarminta W.J.S. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka

 

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta