UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS

MELALUI TEORI BRUNNER MATERI GEJALA SOSIAL INDONESIA DAN NEGARA TETANGGA PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II

DI SDN 1 KARANGJATI KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Henny Sulistyati

SDN 1 Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan guru melakssiswaan penelitian tindakan kelas mempunyai keinginan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar materi gejala sosial Indonesia dan negara tetangga dengan menerapkan teori Brunner dengan melakssiswaan Langkah yang dilakssiswaan dengan mengubah skenario pembelajaran yaitu dengan menerapkan Teori Bruner banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode dari teori Brunner dan melatih siswa untuk kerja kelompok untuk menemukan dan membuat kesimpulan, ternyata dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga menumbuhkan bersikap yang positif dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.Langkah dengan melibatkan siswa selama dalam proses belajar mengajar dibentuk kelompok untuk mengerjakan lembar kerja sehingga siswa dapat saling membantu dalam memecahkan masalah dengan maksud untuk menumbuhkan pemikiran pendapat, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas dalam materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga dalam kemanfaatan.Hasil penelitian yang dilakssiswaan melalui proses pembelajaran hasil tes formatif dari jumlah 20 siswa pada pra siklus memperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata 64 ketuntasan sebanyak 10 siswa atau 50%,sedangkan hasil tes formatif pada siklus I nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60 nilai rata-rata 76 yang mencapai ketuntasan 12 siswa atau 60% dan hasil tes formatif siklus II nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70 nilai rata-rata 82 yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa atau 100% menerapkan teori Brunner menunjukkan hasil yang signifikan.KKM yang ditentkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPS sebesar 70.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar mata pelajaran IPS Penerapan Teori Brunner

 

 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar dapat dicapai apabila kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka peran, kedudukan dan keberadaan guru sangatlah menentukan. Mengingat pentingnya peran guru upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, maka idealnya kemampuan mengajar seorang guru perlu terus ditingkatkan. Peningkatan itu meliputi peningkatan pengetahuan akademis, dan peningkatan kemampuan profesional khususnya yang berkaitan dengan kegiatan dalam proses pembelajaran, mengadakan penelitian, sehingga guru dapat mengetahui dan memantau perkembangan siswanya selama proses pembelajaran,

Adapun tujuan kegiatan belajar mengajar di kelas adalah agar siswa menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guuru perlu melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, penggunaan strategi/metode yang relevan, menggunakan alat peraga dan melakssiswaan penelitian serta umpan balik. Namun demikian kenyataan menunjukkan, bahwa pembelajaran IPS setelah kegiatan berakhir, masih saja terdapat siswa yang belum menguasai materi pembelajaran dengan baik, sebagaimana tercermin dari hasil melakssiswaan evaluasi belajar yang diperoleh dari jumlah 20 siswa kelas VI di SDN 1 Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora hanya 10 yang mencapai tingkat penguasaan materi atau baru mencapai 50% atau melebihi yang melebihi batas ketuntasan minimal yang telah ditentukan sekolah disini pentingnya guru melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berguna memperbaiki proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan..

Untuk meningkatkan kreativitas,kemampuan,motivasi,keaktifan siswa dan prestasi belajar guru sebagai peneliti dengan berbagai upaya yang dilaksanakan memperbaiki pola pembelajaran. Yang dapat meningkatkan penguasaan siswa dengan menggunakan media pembelajaran terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tenang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode atau cara yang diterapkan adalah teori Brunner dalam pembelajaran penggunaan media gambar sebagai model pembelajaran pada siswa kelas VI SDN 1 Karangjati sehingga mampu meningkatkan minat dan kreativitas belajar siswa yang pada ujungnya dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran.

Perbaikan pebelajaran sebagai guru yang melakukan penelitian tindakan kelas berusaha untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa dimaksudkan sehingga semua siswa dapat mencapai nilai ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPS KKM 70

 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka guru yang melakssiswaan penelitian menyusun rumusan masalah penelitian pembelajaran ilmu pengetahuan Sosial pada siswa kelas VI semester II SDN 1 Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora, sebagai berikut:

1.     Apakah guru melalui penerapan teori Brunner dapat meningkatkan motivasi belajar siswa materi gejala sosial Indonesia dan negara tetangga ?

2.     Apakah guru dengan cara penerapan teori Brunner dalam pembelajaran IPS dapat menumbuhkan keaktifan belajar siswa materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga ?

3.     Apakah guru dengan menerapkan teori Brunner dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga ?

4.     Apakah guru cara penerapan teori Brunner dapat meningkatkan pristasi belajar IPS materi gejala sosial Indonesia dan negara tetangga ?

Tujuan Penelitian

 Guru setiap melakssiswaan kegiatan tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, melakssiswaan penelitan tujuan yang ingi dicapai adalah sebagai berikut:

1.       Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner

2.       Untuk peningkatan keterampilan guru mengelola pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner

3.       Meningkatkan kemampuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VI di SDN 1 Karangjti melalui model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner.

4.       Meningkatkan kreativitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VI di SDN 1 Karangjti melalui model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner

5.       Meningkatkan hasil belajar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VI di SDN 1 Karangjti melalui model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner.

6.       Meningkatkan motivasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VI di SDN 1 Karangjti melalui model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner

7.       Menumbuhkan rasa percaya diri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas di SDN 1 Karangjti melalui model pendekatan pembelajaran menerapkan teori Brunner

 Manfaat Penelitian

 Kegiatan dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa ,guru peneliti khususnya dan bagi sekolah seperti di bawah ini:

Siswa

– Dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa dengan penuh tanggungjawab

 – Dapat meningkatkan prestasi belajar setiap siswa mencapai nilai ketuntasan.

 – Dapat meningkatkan kemampuan belajar secara kelompok dan individu.

Guru

          Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakssiswaan

          Dapat memperkaya pengetahuan seorang guru dengan penerapan teori Brunner dan pengamatan pada semua mata pelajaran yang diapunya.

          Dapat menimbulkan kreativitas dan motivasi untuk peningkatan mutu pembelajaran dengan melakukan pembelajaran di kelas.

Peneliti

          Untuk digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sedang dan yang akan dilakukan pada waktu mendatang.

          Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakssiswaan penelitian lain dengan masalah yang sama dalam bidang pendidikan.

          Dapat menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru sebagai tenaga yang profesional.

Sekolah

          Dapat menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkualitas untuk memasuki tingkat sekolah yang lebih tinggi.

          Dapat dijadikan bahan kajian menentukan kebijakan pelaksananaan proses pembelajaran selanjutnya.

          Dapat dijadikan sebagai langkah awal pelaksanaan inovasi pendidikan yang digunakan dasar menentukan kebijakan yang akan datang.

 KAJIAN PUSTAKA

 Teori Brunner

Belajar penemuan (Discovery Learning) dari Jerome S Brunner adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan kontruktivisme. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip, dan guru mendorong,memotivasi siswa untuk mendapatkan pengetahuan dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk diri mereka sendiri. Pada pengembangan model pengajaran kurikulum berbasis kompetensi, teori kontruktivisme ini banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah.

 Brunner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengetahui pertistiwa dilingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa/benda yang dipelajari atau dikenal.

Menurut Brunner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Eractive)

Tahap pertama siswa belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau menggaqli peristiwa di dunia sekitarnya., pada tahap ini siswa masih dalam gerak refleks dan coba-coba.

Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)

Pada tahap ini, siswa telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.

Tahap Simbolik (Symbolic)

Pada tahap terakhir ini siswa dapat mengutamakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol, maka bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali.

Belajar Penemuan dari Brunner

Belajar penemuan (discovering learning) merupakana salah satu model pembelajaran/belajar kognitif yang dikembangkan oleh Brunner (1966). Menurut Brunner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif menggunakan prinsip-prinsip kunci belajar yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja atau orang lain (Gagne/Berliner, 319-320).

Brunner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan dan menemukan situasi belajar yang problematis, menstimulus yang merangsang siswa dengan memberikan pertanyaan-, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar konsep. Menurut Brunner, belajar peemuan akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih ketrampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

Saat ini model belajar penemuan menduduki peringkat atas dalam dunia pendidikan modern. Salah satu yang banyak diterapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah konsep belajar siswa aktif atau cara belajar siswa aktif. menerapkan model belajar penemuan ini, seorang guru dianjurkan untuk tidak memberikan pelajaran secara utuh. Siswa cukup diberikan konsep utama, untuk selanjutnya siswa dibimbing agar dapat menemukan sendiri sampai akhirnya disimpulkan dapat mengorganisasikan konsep tersebut secara utuh. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mendapatkan konsep yang belum disampaikan oleh guru dengan pendekatan belajar problem solving.

 Aktivitas Belajar Siswa

Selanjutnya Sardiman A.M. (2003: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu:

1.       Proses Internalisasi dari sesuatu kedalam diri yang belajar.

2.       Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta,.

Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan ddalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya Depdiknas, 2005: 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:

Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

Kegiatan-kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

Kegiatan-kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

Kegiatan-kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melakssiswaan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan..

Kegiatan Mental

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, melihat hubungan dan membuat keputusan.

Kegiatan-kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Kerangka Berfikir

 Berdasarkan disusun kerangka berfikir di bawah ini

1        Guru melalui penerapan teori Brunner dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam materi gejala sosial Indonesia dan negara tetangga

2        Guru penerapan teori Brunner dalam pembelajaran IPS menumbuhkan keaktifan belajar siswa pada materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga

3        Guru menerapkan teori Brunner dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga

4        Guru dengan cara penerapan teori Brunner dapat meningkatkan pristasi belajar materi gejala sosial Indonesia dan negara tetangga

 METODE PENELITIAN

Seting Penelitian

 Penelitian dilakssiswaan selama 4 bulan mulai, dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan April 2017. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci sesuai dengan perncanaan yang telah disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan kebutuhan yang diiginkan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pembelajaran.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakssiswaan di SDN 1 Karangjati Kecamatan Blora, Kabupaten Blora. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VI semester II khususnya kompetensi dasar gejala Sosial Indonesia dan Negara tetangga.

Mata Pelajaran dan teman sejawat

Penulis mengadakan penelitian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang kompetensi dasar gejala sosial. Indonesia dan Negara tetangga Dalam penelitian ini peneliti juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagai observer dan mengambil dokumentasi,foto kegiatan selama penelitian dilaksanakan.

Pelaksanaan perbaikan dilakukan pada hari jam efektif pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran yang sudah ditentukan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil kegiatan siswa kelas VI semester II di SDN 1 Karangjati yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Data yang dikumpulkan dari siswa adalah tes tertulis pada setiap akhir siklus. Peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer untuk mengadakan pengamatan dan mencatat keberhasilan dan kekurangan selama proses pembelajaran dilakssiswaan sebagai sumber data.

 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data guru melakssiswaan kegiatan tes/ulangan menggunakan hasil tes/lisan melalui tanya jawab setaip akhir kegiatan, dan non tes. Tes tertulis pada setiap akhir siklus, sedangkan non tes meliputi observer menggunakan lembar observasi yang dipersiapkan oleh guru sebelum melakssiswaan proses belajar mengajar dan dokumentasi kegiatan,foto kegiatan.

 Alat Pengumpulan Data

 Lembar soal keberhasilan tes digunakan peneliti untuk mengetahuai sejauhmana siswa memahami materi Gejala sosial Indonesia dan negara tetangga dari hasil inilah digunakan peneliti untuk tindak lanjut dan perbandingan guru.disini guru menggunakan beberapa soal untuk dikerjakan oleh siswa kelas VI semester II dan hasil ulangan ini digunakan peneliti/ guru sebagai acuan tindakan.dan pada tahap ini peneliti menggunakan alat berupa Question (pertanyaan) dan tes berupa soal. Hasil ulangan yang diperoleh setelah siswa diberikan tugas inilah guru mengetahui tingkat keberhasilan siswa, ini bukti nyata untuk acuan melakukan penelitian lebih lanjut.mengunakan alat tes.yang berupa lembar soal perbaikan dan pengayaan

Non Tes proses pembelajaran adalah hal yang sering dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mau menerima pelajaran, dari proses pembelajaran ini juga digunakan guru untuk acuan melakukan penelitian tindak kelas karena mengapa siswa kelihatan jenuh dSosial menerima pelajaran yang diajarkan ini dSosial hal ini peneliti mengunakan lembar observasi/pengamatan. motivasi siswa saat belajar sama dengan Proses pembelajaran adalah kurang semangatnya siswa dalam menerima materi yang diberikan. Adapun lembar pengamatan yang dinilai guru dalam mengamati siswa saat menerima pelajaran dengan mengunakan lembar observasi.

 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini teknik analisis deskriptif yang meliputi:

 Analisis diskriptif komparatif hasil beljaar dengan cara membandingkan hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes formatif secara tertulis pada pra siklus yang dilanjutkan siklus I dan siklus II.

 Analisis deskriptif kuantitatif hasil penilaian dengan cara membandingkan hasil penilaian dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

 Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II

 Validasi Data

 Data yang terkumpul dikatagorikan sesuai dengan jenis datanya selanjutnya divalidasi dengan menggunakan teknik yang ditentukan:

a    Member-check, yaitu meneliti kebenaran dan kesahihan data temuan. Dalam hal ini data atau informasi melalui diskusi dengan teman sejawat setiap akhir dari suatu tindakan.

b    Triangulasi, yaitu proses meneliti kembali kebenaran data dengan mengkonfirmasikan data atau informasi dari sumber lain.

 c    Audit Trail,yaitu meneliti kebenaran hasil penelitian dengan mendiskusikan dengan teman sejawat.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus. Adapun penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

 Hasil belajar siswa pada kondisi pra siklus secara terperinci adalah sebagai berikut: guru memberikan soal tes formatif siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 3 siswa,=15% yang memperoleh nilai 80 sebanyak 3 siswa,= 15%yang memperoleh nilai 75 sebanyak 2 siswa,= 10% yang memperoleh nilai 70 sebanyak 2 siswa,= 10% yang memperoleh nilai 65 sebanyak 4 siswa,= 20% yang memperoleh nilai 60 sebanyak 3 siswa,= 15% sedangkan yang memperoleh nilai 50 sebanyak 3 siswa, = 15% nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata yang diperoleh adalah 64 ketuntasan 50%.

 Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai katagori A sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai katagori B sebanyak 10 atau 50% , nilai katagori C sebanyak 6 siswa atau30% nilai katagori D 20% atau 4 siswa.

Deskripsi Ilmu Pengetahuan Sosial Siklus I

Perencanan

 Perencanaan Siklus I ini dilakssiswaan pada bulan Pebruari 2017 minggu pertama. Setelah guru memperoleh data yang lengkap dari hasil pengamatan pada waktu prasiklus (Kondisi Awal) berlangsung dilanjutkan guru mencoba bekerjasama dengan teman sejawat dan berdiskusi membahas materi yang akan disampaiakan yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menyususun skenario pembelajaran diantaranya menentukan Standar Kompetensi 5. Memahami tentang gejala alam Indonesia dan Negara tetangga upaya guru yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan Lembar evaluasi berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) materi pelajaran dari buku IPS yang relevan, membuat lembar pengamatan untuk guru dan siswa, serta lembar soal untuk mengetahui hasil belajar setelah mengikuti kegiatan belajar.

 Hasil akhir belajar siswa pada pada siklus I secara terperinci adalah sebagai berikut siswa yang memperoleh nilai 90 sebanyak 6 siswa,atau 30% siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 2 siswa,atau 10% yang memperoleh nilai 80 sebanyak 2 siswa,atau 10% yang memperoleh nilai 70 sebanyak 2 siswa atau 10%,yang memperoleh nilai 65 sebanyak 4 siswa,atau 20% yang memperoleh nilai 60 sebanyak 4 siswa,atau 20% nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60 nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76 ketuntasan mencapai 60%.

Dari hasil tes siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai katagori A (baik sekali) adalah 6 siswa (30%), siswa yang mendapat nilai katagori B (baik) 6 siswa (30%), siswa yang mendapat nilai katagori C (cukup) sebanyak 6 siswa (30%) sedangkan siswa yang mendapat nilai katagori D (kurang) 2 siswa (10%) dari 20 siswa.

Deskripsi Siklus II

 Hasil belajar siswa secara terperinci adalah sebagai berikut siswa yang memperoleh nilai 90 sebanyak 8 siswa, atau 40% siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 2 siswa,atau 10% yang memperoleh nilai 80 sebanyak 2 siswa atau 10, yang memperoleh nilai 75 sebanyak 4 siswa atau 20% yang memperoleh nilai 70 sebanyak 4 siswa,atau 20% yang memperoleh nilai 65 sebanyak 0 siswa,yang memperoleh nilai 60 sebanyak 0 siswa, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70 nilai rata-rata yang diperoleh adalah 82 ketuntasan 100%.,hasil yang demikian merupakan kesungguhan guru

Dari hasil dapat diketahui siswa yang mendapat nilai sangat baik katagori (A) adalah 8 siswa (40%), yang mendapat nilai baik katagori (B) adalah 12 siswa (60%) yang mendapat nilai cukup katagori (C) adalah 0 siswa (0%) dari jumlah 20 siswa. Hasil tes pada siklus II sebagai hasil akhir dalam penelitian dapat terselesaikan tepat aktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

 Pembahasan hasil pra siklus

 Pada pembelajaran siklus nilai rata-rata pelajaran ilmu pengetahuan sosial siswa kelas VI rendah, yang jelas salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan dan kurangnya siswa cinta membaca. Selain itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga dari 20 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 10 siswa (50%), sedangkan yang belum tuntas 10 siswa (50%) dengan KKM 70. Sedangkan nilai tertinggi 85, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata kelas 64.

 Pembahasan hasil penelitian siklus I

 Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:Dari hasil tes siklus 1 menunjukkan bahwa yang mendapat nilai A = (sangat baik) 6 siswa atau 30%, B (Baik) 6 siswa (30%), siswa yang mendapat nilai C (Cukup) 8 siswa (40%) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 0 siswa (0%).

Berdasarkan ketuntasan belajar dari 20 siswa yang tuntas 12 siswa (60%), siswa yang belum tuntas 8 siswa (40%), sedangkan dari hasil tes siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh 76.. Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dSosial kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan perlu kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok. Selain itu terjalin kerja sama intern dan antar kelompok, bersaing positif antar kelompok mereka saling berkompetensi untuk memperoleh terbaik.

 Pembahasan hasil penelitian siklus II

Hasil tindakan pada siklus II juga merupakan hasiltes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakssiswaan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut:Dari pelaksanaan tindakan siklus II diketahui siswa yang mendapat nilai katagori A = 8 siswa (40%) siswa yang mendapat nilai katagori B = 12 siswa (60%) sedangkan siswa yang mendapatkan nilai C = 0 siswa (0%). Hasil ketuntasan belajar, siswa yang tuntas 20 siswa (100%), yang belum tuntas 0 siswa (0%). Sedangkan nilai rata-rata kelas 82 dari jumlah 20 siswa.

 Proses pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan siswa sudah menjadi aktif dan kreatif dalam pembelajaran, karena mereka berkompetensi dalam cepat dan tepat untuk merebutkan hasil terbaik baik penilaian individu maupun penilaian dalam kelompok, ada interaksi antar individu, untuk kerja sama dalam kelompok mereka bersaing secara positif. Hasil belajar antara siklus I dan siklus II adanya peningkatan ternyata siklus II lebih baik dibanding dengan siklus I.

 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian, dapat dilihat dan terjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada kompetensi dasar membandingkan kenampakan sosial dan keadaan sosial Indonesia dan di negara tetangga, bagi siswa kelas VI semester II SDN 1 Karangjati , melalui penerapan pembelajaran (Teori Brunner) Peningkatan nilai rata-rata yaitu pada kondisi awal 64, pada siklus I menjadi 76, pada siklus II meningkat menjadi 82. sedangkan ketuntasan belajar pra siklus 10 siswa (50%) yang tuntas, pada siklus I yang tuntas 12 siswa (60%) sedangkan pada siklus II yang tuntas 20 siswa (100%) dari 20 siswa.Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa mengenahi hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar gejala-gejala sosial alam Indonesia dan negara tetangga.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakssiswaan oleh guru kelas VI dapat diketahui hasilnya pada bab IV maka sebagai peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1.     Langkah yang dilakssiswaan dengan mengubah skenario pembelajaran yaitu dengan menerapkan Teori Bruner banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode dari teori Brunner dan melatih siswa untuk kerja kelompok untuk menemukan dan membuat kesimpulan, ternyata dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga menumbuhkan bersikap yang positif dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

2.     Langkah dengan melibatkan siswa selama dalam proses belajar mengajar dibentuk kelompok untuk mengerjakan lembar kerja sehingga siswa dapat saling membantu dalam memecahkan masalah dengan maksud untuk menumbuhkan pemikiran pendapat, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas dalam materi tentang gejala sosial Indonesia dan negara tetangga dalam kemanfaatan.

3.     Hasil penelitian yang dilakssiswaan melalui proses pembelajaran hasil tes formatif dari jumlah 20 siswa pada pra siklus memperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata 64 ketuntasan sebanyak 10 siswa atau 50%,sedangkan hasil tes formatif pada siklus I nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60 nilai rata-rata 76 yang mencapai ketuntasan 12 siswa atau 60% dan hasil tes formatif siklus II nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70 nilai rata-rata 82 yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa atau 100% menerapkan teori Brunner menunjukkan hasil yang signifikan.KKM yang ditentkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPS sebesar 70.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini maka disarankan bagi teman sejawat:

1.     Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatasi kekurang mampuan siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan guru, maka guru disarankan menggunakan atau menerapkan metode yang tepat.

2.     Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa guru hendaknya dapat memberikan motivasi melakssiswaan proses pembelajaran dapat menggunakan media yang sesuai memilih alat peraga yang tepat dengan materi yang diajarkan sehingga siswa dapat tertarik terhadap penjelasan guru selama pembelajaran.

3.     Guru dengan menggunakan berbagai metode dan cara sesuai materi yang harus diterapkan oleh guru untuk dapat menumbuhkan aktivitas, keaktifan dan percaya diri yang kuat pada siswa dapat meningkatkan hasil belajjar.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi.

Hermawan, Asep Herly, dkk, 2008. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lestari, Hera, dkk. 2007. Pendidikan Siswa di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nasution, Noehi. 2005. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Andayani, dkk. 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiranataputra, Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumaatmadja, H. Nursid, dkk. 2003. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ischak, dkk. 2003. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardjiyo, Suryandi, Ischak. 2008. Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.