UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN SAMPAI TIGA ANGKA DENGAN PENERAPAN METODE RESITASI (PENUGASAN)

PADA SISWA KELAS III SEMESTER I

SD NEGERI TORIYO 01 BENDOSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Sri Winarni

SD Negeri Toriyo Bendosari

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan dengan menerapkan metode resitasi di kelas III SD Negeri Toriyo 01 Bendosari Semester I tahun pelajaran 2015/2016.Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan metode resitasi dan dilaksanakan dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas III tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 7 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode resitasi (penugasan) dapat meningkatkan proses pembelajaran operasi hitung bilangan sampai tiga angka yang melalui keaktifan, kemandirian siswa, yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar yang diperoleh melalui evaluasi akhir siklus I dengan rata-rata nilai 67,14 dan siklus II nilai rata-ratanya meningkat menjadi 80, sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan dari siklus I 57% atau sebanyak 4 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 100% atau 7 siswa. Dengan demikian semua siswa kelas III SD Negeri Toriyo mengalami peningkatan hasil belajar.Simpulan hasil penelitian ini yaitu dengan menerapkan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan sampai tiga angka pada siswa kelas III SD Negeri Toriyo 01 Bendosari semester I tahun pelajaran 2015/ 2016.

Kata kunci: Hasil Belajar, metode resitasi

PENDAHULUAN

Dalam rangka menciptakan proses pembelajaran matematika yang efektif agar hasil belajar matematika yang dicapai siswa dapat optimal, maka diperlukan usaha dari guru dalam memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan saling membantu belajar satu sama lain, serta usaha dari guru untuk menyusun kegiatan kelas sehingga siswa dapat memahami ide, konsep, dan ketrampilan yang diberikan. Konsep pembelajaran matematika yang menempatkan siswa sebagai subyek belajar menuntut peran siswa berbagai aktifitas pembelajaran. Pertama, siswa mampu memahami, menemukan dan menghayati cara belajar yang paling tepat. Kedua, siswa di tuntut segala potensi yang dimiliki dan kedewasannya. Ketiga, siswa dapat memanfaatkan guru sebagai fasilitas pembelajaran sebagai fasilitator. Pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran pengalaman belajar kepada siswa memperoleh kompetensi tentang materi/ bahan matematika yang dipelajari.

Begitu pentingnya matematika sehingga guru dituntut untuk mengembangkan ketrampilan dan penguasaan materi dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keaktifan danh kemampuan menyelesaikan soal operasi hitung pecahan siswa SD Negeri Toriyo 01 semester I tahun pelajaran 2015/ 2016 belum mencapai hasil yang optimal, meskipun upaya guru dilakukan dengan mengadakan pemberian tugas dan latihan berulang-ulang. Hal ini dibuktikan dengan nilai atau hasil evaluasi yang masih rendah yaitu dari 7 siswa rata-rata nilainya 67,14 dan hanya 57,14% yang tuntas pada siklus I. Dengan kata lain tujuan pembelajaran belum tercapai.

Dengan kondisi yang demikian kita sangat berharap adanya peningkatan hasil belajar matematika pada siswa, harus ada peningkatan nilai rata-tata siklus II maupun prosentase ketuntasan hasil belajar minimal 70% dari jumlah siswa.

Atas dasar inilah peniliti memilih judul upaya peningkatan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan pecahan sampai tiga angka dengan penerapan metode resitasi (penugasan) pada siswa kelas III semester I SD Negeri Toriyo 01 Bendosari tahun pelajaran 2015/ 2016.

Belajar

Belajar merupakan aktivitas-aktivitas yang selalu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Slametto. (2003: 2) ““belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Muhibbin Syah (2009: 90), belajar adalah “acquisition of any relatively permanent chage ini behavior as a result of practice and experience” yakni belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Gogne dalam Martinis Yamin (2003: 98) “belajar sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang dipengaruhi oleh unsur- unsur yang terkandung didalamnya (motivasi siswa, bahan ajar, alat bantu belajar, suasana, kondisi subyek belajar) melalui interaksi dengan lingkungannya sebagai hasil pengalaman dan latihan.

Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor exsternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar:

1. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologi yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, dan psikologis yaitu keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor lingkungan sosial (sekolah, masyarakat, keluarga) dan faktor lingkungan non sosial (lingkungan alamiah, mfaktor instrumental, faktor instrumental, faktor materi pembelajaran).

Pembelajaran

Pembelajaran merupakan usaha sadar dan aktif dari guru terhadap siswa, agar siswa berkeinginan untuk belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa. Pembelajaran erat hubungannya dengan kegiatan mengajar. Menurut Sobry Sutikno (2005: 10) “Mengajar adalah upaya pengajar dalam memberikan pengetahuan baik efektif, kognitif, maupun psikomotorik kepada peserta didik”. Arifin yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2006: 181-182), mendefinisikan mengajar sebagai ”Suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Smith dalam Ella Yulaellawati (2005: 74), bahwa “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan (teaching is importing knowledge or skill)”.

Menurut Dimyati dan Mujiono (1999:297) Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumbu belajar. Menurut Knirk dan Gustafson dalam Saiful Sagala (2005: 64) “Pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Saiful Sagala (2005: 61) mengatakan bahwa “Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru”.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang guru secara terprogram untuk membantu seseorang memperlajari suatu kemampuan dan atau nilai baru melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konsteks belajar mengajar, jadi dalam pembelajaran (Instruction) guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengatur berbagai sumber dan fasilitator belajar untuk dipelajari siswa, sedangkan dalam mengajar (teaching) menempatkan guru sebagai pemeran utama memberikan informasi.

METODE RESITASI (Penugasan)

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dengan card, guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Menurut Winkel (1996: 277),”recitation isapahern that includes the activities of student activites performed ahern assigment from the teacher, like the entri essay, work on the problems, preparing propers, conduct research in the laboratory, and prepare a lecture”, uraian tersebut menyatakan bahwa metode resutasi adalah suatu pola yang mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa sekolah mendapatkan tugas dari guru, seperti membuat karangan, mengerjakan soal, menyusun makalah, mengadakan penelitian di laboratorium, dan menyiapkan ceramah.

Menurut Ida Chee Mok Ah (2004: 2) “Teacher use tasks which may be cither their own design or taken from text books, to illustrate or explain to concepts or skills when students or enggaged in these tasks either un whole class discussion led by the teacher individually, or in groups, depending on the teacher’s class arrangement, the event constituted by the interaction between the task and the discourse between the teacher and students or between the students is here by called a “recitation” lesson event the next question will be what is conted and whop is not counted as a learning task”. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah menitik beratkan pada tugas-tugas yang diberikan guru yang mereka desain sendiri atau di ambil dari buku LKS, untuk mengilustrasikan atau menjelaskan konsep atau ketrampilan. Ketika siswa terlibat dalam tugas ini, baik dalam diskusi seluruh kelas dipimpin oleh guru secara individu, atau dalam kelompok, tergantung pada pengaturan guru kelas, acara di bentuk oleh interaksi antara tugas dan wacana antara guru dan siswa, atau antara siswa dengan ini disebut “tugas belajar” acara pelajaran.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas untuk dilaksanakan oleh siswa dimanapun berada asal tugas itu dapat di tunjukkan untuk di pertanggung jawabkan. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai: seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium dan lain-lain.

Metode ini dapat memacu siswa agar belajar, tetapi jangan terjadi kebiasaan baru belajar kalau metode ini diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Agar metode resitasi ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran ada beberapa faktor yang harus diperhatikan ; 1) Tugas yang akan dilatihkan dengan metode resitasi harus bermakna, 2) Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme, 3) Latihan atau tugas diberikan sarana sistematis dan teratur, 4) Buatlah suasana kelas yang tidak saja menggali fakta tetapi juga memiliki penalaran atau logika dan pemikiran.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Toriyo 01, subyek penelitian sejumlah 7 siswa. Rencana penelitian meliputi: a) Mengidentifikasi masalah, b) Menganalisis masalah dan menentukan penyebabnya, c) Merumuskan alternatif, d) Pengembangan bentuk tindakan pemecahan masalah, e) Kelaikan solusi. Rancangan penelitian ini ditempuh peneliti dengan langkah bertahap yang berdaur ulang dan kelanjutan atau juga disebut model sistem siklus. Model ini ada empat kegiatan yaitu: rencana, observasi, tindakan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara periodik dengan siklus berkelanjutan. Peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dan dibantu oleh kolaborator mengadakan evaluasi dan refleksi. Pemantauan dilakukan dengan pengamatan oleh guru dan guru kelas (kolaborator) dalam proses pembelajaran terhadap dampak tindakannya. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi yang terstruktur. Refleksi (kolaborator), selanjutnya merumuskan berbagai perbaikan untuk siklus berikutnya, kemudian analisis data, untuk menguji hipotesis dengan membandingkan hasil belajar siswa, tes awal dan tes akhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemampuan Dasar (awal) siswa sebelum penerapan metode resitasi pada mata pelajaran Matematika nilai yang diperoleh pada ulangan rata-rata 61,43 sedangkan evalusi akhir siklus pertama yang di peroleh nilai rata-rata sebesar 67,14, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60. Sedangkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65. Berdasarkan hasil evaluasi akhir siklus I yang tuntas 4 siswa atau 57,14 % dan yang belum tuntas belajar 3 siswa atau 43,86% dan capaian ketuntasan belajar 70% berarti siklus pertama belum tercapai ketuntasan belajarnya. Hal ini menunjukkan upaya peningkatan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan dengan penerapan metode resitasi (penugasan) belum berhasil. Berdasarkan pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika tentang operas hitung bilangan sampai tiga angka kelas III SD Negeri Toriyo 01 dengan metode resitasi pada siklus pertama banyak perubahan dan peningkatan yang dilihat pada apersepsi yang aktf 3 siswa (56,25%) dan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan diskusi 3 siswa (60%) dan kemandirian dalam mengerjakan soal/tugas 3 siswa (60%). Sedangkan hasil belajar/ hasil evaluasi akhir siklus I yang memperoleh 65 kebawah 3 siswa berarti belum tuntas, dan yang mendapatkan nilai 65 ke atas sebanyak 4 siswa (57,14). Jadi, hasil evaluasi akhir siklus pertama nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80, sedangkan nilai rata-rata siklus pertama sebesar 67,14 berarti hasil belajar belum tercapai, karena target capaian belajar sebesar 70%.

Siklus Kedua

Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus kedua dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 4 siswa (70,59%) yang aktif dalam apersepsi, berarti 3 siswa yang belum aktif (29,41%), keaktifan selama pembelajaran dan diskusi 5 siswa (88,33%) siswa yang belum aktif 2 siswa (11,67%) dan kemandirian dalam mengerjakan soal/tugas 6 siswa (90%),yang belum aktif 1 siswa (10%). Sedangkan hasil evaluasi akhir siklus kedua dengan kriteria hasil evaluasi akhir siklus kedua dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, yang tuntas belajar 7 siswa (100%) yang belum tuntas tidak ada. Nilai yang diperoleh terendah 70 dan nilai tertinggi 90, sedangkan nilai rata-rata 78,57 dapat dilihat pada tabel di bawah.

Dengan hasil analisis belajar dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan sampai tiga angka dengan penerapan metode resitasi siswa kelas III semester I SD Negeri Toriyo 01 telah terbukti yang mendapat nilai 65 keatas 7 siswa dengan nilai rata-rata 78,57 dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 90, berarti siklus kedua hasil hasil belajar tercapai sesuai dengan target capainnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan tes terhadap pelaksanaan proses pembelajaran matematika siklus pertama dan siklus kedua, baik hasil belajar maupun proses pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari segi keaktifan apersepsi siswa. Keaktifan selama pembelajaran dan diskusi kelompok, maupun ketelitian dan kemandirian mengerjakan tugas/ soal dan ketuntasan hasil belajar siswa, di tunjukkan banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal sebanyak-banyaknya 57,14% atau sebanyak 4 siswa pada siklus pertama dan 100% atau 7 siswa pada siklus kedua. Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran sekarang lebih antusias dalam proses pembelajaran. Sedangkan siswa yang sebelumnya tidak bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok, sudah dapat bekerja sama dengan siswa lain tanpa harus memilih. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi pada pembelajaran matematika dapat teratasi dengan cara penerapan metode resitasi yang dapat meningkatkan pemahaman, mengaktifkan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Keberhasilan pembelajaran matematika tentang operasi bilangan denganpenerapan metode resitasi dalam upaya peningkatan hasil belajar dapat dilihat aspek yang di nilai/indikatornya anatar lain:

1. Siswa terlihat antusias dan bersemangat selama kegiatan apersepsi

2. Siswa menyadari pentingnya kerjasama dalam diskusi kelompok

3. Siswa dalam kemandirian mengerjakan soal/tugas

4. Siswa sudah berani maju kedepan untuk mempresentasikan tugas yang diberikan guru

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan serta hasil penilitian bahwa penerapan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi htiung bilangan kelas III semester I SD Negeri Toriyo 01. Hal ini terbukti dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa:

1. Proses Pembelajaran

a. Keaktifan siswa dalam apresepsi siklus pertama 52,93% meningkat menjadi 70,59% pada siklus kedua.

b. Keaktifan dalam kelompok, siswa yang aktif pada siklus pertama sebesar 60%. Pada siklus kedua meningkat menjadi 83,33%

c. Ketelitian dan kemandirian siswa dalam mengejarkan soal/ tugas siklus pertama sebesar 60% dan siklus kedua meningkat menjadi 90%

2. Hasil Belajar

Demi hasil evaluasi akhir menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar siklus sebesar 57,14%; siklus kedua meningkat menjadi 100% dengan nilai rata-rata siklus pertama sebesar 67,14 dan nilai rata-rata siklus kedua sebesar 78,57 berarti terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 11,43.

SARAN

Adapun saran-saran dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah

1. Guru perlu melakukan inovasi dari hasil penelitian tindakan kelas, selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan serta mengelola kelas seiring kemampuan yang dimiliki, selain itu kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran, agar suasana pembelajaran lebih kondusif.

2. Perlu dilakukan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, yang mendukung kelancaran belajar mengajar agar dapat mengembangkan metode mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.

Coxj. 2006. The Quality Of Intructional Program National Education Association. Alaska diambil pada tanggal 23 Februari 2006.

Hilda Karli, dkk. 2007. Panduan Belajar Tematik 3B. Jakarta: Pt.Gelora Aksara Pratama.

Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Belajar, Jakarat: Pt. Raja Grapindo Persada.

Slametto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

WS. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Pt. Gramedia.

Â