Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Group Investigation
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATERI MEMBACA TEKS GEGURITAN
MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DIWAK KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Budi Rahayu
SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan penelitin tindakan kelas ini adalah (1) untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, khususnya mata pelajaran Bahasa Jawa materi Menulis Aksara Jawa yang terjadi melalui penggunaan metode diskusi dan demonstrasi, (2) untuk memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, dengan subjek siswa kelas IV. Jumlah siswa ada 19 anak. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran membaca teks geguritan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan 1) Metode pembelajaran group investigation lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran; 2) Hasil belajar peserta didik dengan metode group investigation lebih tinggi dari pembelajaran sebelumnya, pada siklus 1 dengan rata-rata 68,42; pada siklus 2 dengan rata-rata 84,74..
Kata Kunci: geguritan, group investigation, bahasa jawa
PENDAHULUAN
Seiring dengan perubahan paradigma, guru diharapkan mampu mengambil keputusan, baik ketika merencanakan maupun ketika melaksanakan pembelajaran termasuk memecahkan-masalah-masalah yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Seorang guru Sekolah Dasar diharapkan mampu mengembangkan diri, termasuk di dalamnya memperbaiki pembelajaran guna memberi hasil yang lebih baik. Menyadari akan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam proses kegiatan pembelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Jawa kelas IV Semester I di SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Secara umum bidang kajian pada pembelajaran Bahasa Jawa meliputi aspek mendengarkan (mirengake), berbicara (micara), membaca (maca), dan menulis (nyerat). Pembelajaran berbahasa Jawa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis mengalami problematika. Realita di lapangan, banyak peserta didik yang mengaku sulit mempelajari bahasa Jawa. Tragisnya Bahasa Jawa dianggap lebih sulit dibandingkan mempelajari Bahasa Inggris.
Pembelajaran teks Geguritan terintegrasi dalam muatan lokal yang dikenal dengan mata pelajaran bahasa Jawa. Porsi waktu untuk pembelajaran teks Geguritan sangat terbatas, mengingat begitu banyak kompetensi yang harus dikuasai para siswa dalam mata pelajaran ini. Padahal penguasaan kompetensi sastra Jawa memerlukan proses yang cukup panjang.
Kondisi pembelajaran teks Geguritan di sekolah, secara umum terkendala beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran teks Geguritan dianggap sulit karena jarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Teks sastra hanya dijumpai pada media cetak dan buku-buku atau internet. Padahal kegiatan membaca cenderung tidak disukai siswa.
2. Pembelajaran Bahasa Jawa yang cenderung monoton dan memaksa siswa untuk menghafal bahasa-bahasa jawa, membuat siswa semakin tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran membaca dan memahami teks Geguritan.
3. Kurangnya media pembelajaran bahasa Jawa yang atraktif, interaktif, dan modern yang mampu menarik minat siswa dalam mempelajari teks Geguritan.
4. Kurangnya buku-buku bacaan sastra Jawa, sedangkan buku pegangan guru biasanya tidak selaras dengan kompetensi para siswa.
5. Tidak tercapainya kompetensi-kompetensi yang sudah digariskan dalam kurikulum, sehingga terjadi penumpukan kompetensi yang belum dikuasai oleh siswa.
6. Guru kurang menguasai materi pembelajaran.
Pada mata pelajaran Bahasa Jawa materi pemahaman teks Geguritan di kelas IV SD Negeri Diwak, ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan tanggapan. Hal ini diketahui dari hasil evaluasi tertulis pada akhir pembelajaran. masih sebanyak 13 siswa (68,42%) dari jumlah siswa seluruhnya 19. Sedangkann siswa yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa (31,58%) dari jumlah siswa seluruhnya. Nilai rata-rata kelas siswa 57,37; dengan nilai paling tinggi 80 dan nilai paling rendah adalah 40.
Dari kondisi tersebut perlu ada tindakan metode pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa jawa khususnya materi pemahaman teks Jawa. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode grup investigasi. Menurut Hamruni (2009:224) model GI atau investigasi kelompok bermula dari persepktif filosofi terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang haru memiliki pasangan atau teman. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para peserta didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan
Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10)mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
Pengertian Geguritan
Geguritan merupakan sastra kuna yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang bersifat anonim yaitu tanpa nama pengarang dan penulis. Hal tersebut disebabkan karena pada zamanya dibuat seorang penulis tidak mau menonjolkan diri dan karyanya dianggap milik bersama. Selain itu, puisi yang dibuatnya ada yang dipersembahkan untuk pemimpinnya, yaitu raja yang berkuasa pada masa itu. Sehingga keberadaan puisi yang dibuatnya tidak mencantumkan namanya sebagai pengarang suatu puisi. Kata geguritan dalam kamus Baoesastra, berasal dari kata “gurit†artinya tulisan, kidung. Geguritan berarti tembang (uran-uran) mung awujud purwakanthi (Baoesastra Jawa, 1939: 157). Dalam Kamus Umum Indonesia dijelaskan geguritan itu berasal dari kata gurit artinya sajak atau syair†(Poerwadarminta, 1986: 161). Sedangkan dalam Kamus Kawi Indonesia diungkapkan “gurit artinya goresan, dituliskanâ€. Pengertian geguritan adalah ciptaan sastra berbentuk syair yang biasanya dilagukan dengan tembang (pupuh) yang sangat merdu. (http://pengertiangeguritan//Sukanta_Kreatif.htm). Namun seiring berjalannya waktu, berkembangnya selera masyarakat, berkembangnya bahasa dari masa kemasa, menyebabkan pergeseran penggunaan istilah geguritan yang pada awalnya memuat pengertian di atas, geguritan digunakan untuk menyebutkan puisi Jawa secara keseluruhan. Puisi Jawa yang berkembang pada saat ini, yang lebih bersifat bebas, memiliki tipografi yang bebas, menggunakan bahasa Jawa yang berkembang pada masyarakat saat ini, tidak terikat pada pupuh-pupuh dan aturan purwakanthi, serta tidak bersifat anonim.
Kata puisi tidak diletakan secara acak namun diolah, dipilih, ditata secara cermat. Pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan disebut diksi. Diksi yang baik, yaitu yang berhubungan dengan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mengajuk daya imajinasi pembaca.(Aminuddin, 1995: 143) Dalam penataaan kosakata menjadi suatu yang lebih bermakna, tidak dapat lepas dari adanya gaya. Gaya adalah sebagai media dalam bahasa puisi. Gaya dalam bahasa memiliki hubungan baik dalam kandungan makna dan nuansa maupun keindahannya.
Model Pembelajaran Group Investigation
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses belajar mengajar. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat menunjang kegiatan belajar siswa di kelas. Ada berbagai definisi model pembelajaran, menurut Suherman, dkk (2001: 8), “Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelasâ€.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), “Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pembelajaran mempunyai arti proses, cara, atau perbuatan menjadikan orang belajarâ€. Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola acuan atau pedoman dari sesuatu yang akan dilakukan yang di dalamnya memuat suatu proses atau cara untuk menjadikan orang belajar.
Secara umum, model pembelajaran adalah suatu acuan atau pedoman interaksi antara guru dan siswa yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dan memuat cara untuk menjadikan orang belajar sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tipe Group Investigation
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang merupakan tempat penelitian mengajar. Penelitian ini dilakukan salama 2 siklus. Siklus I pertemuan I pada Kamis 08 Septembaer 2016 dan pertemuan II pada Kamis, 15 September 2016. Siklus II pertemuan I pada Kamis , 22 September 2016 dan pertemuan II pada Kamis, 29 September 2016.
Metode Penelitian
Metode berarti suatu cara yang terbaik untuk menemukan perkembangan dan menguji kebenaran yang didasarkan pada suatu data tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif, yaitu berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.
Penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2002:84). Desain yang dikemukakan oleh Kemmis ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Penelitian dilakukan dalam beberapa siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat langkah, yaotu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2016/2017. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2016/2017.
Teknik Pengumpulan Data
1. Data Kuantitatif
(a) Data tentang hasil belajar siswa dengan teknik tes tertulis
(b) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar penilaian kegiatan siswa baik individu maupun kelompok.
2. Data Kualitatif
Pengamatan dilakukan terhadap evaluasi tahun sebelumnya dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan.
Pengamatan terhadap guru difokuskan pada keterampilan mengajar guru, sedangkan pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat motivasi belajar siswa seperti keaktifan bertanya, semangat, dan keaktifan mengerjakan tugas.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan, yaitu dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis). Teknik statistik deskriptif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Membandingkan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rerata nilai keterampilan berbicara siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Awal Siswa
Kondisi awal siswa kelas IV SD Negeri Diwak adalah siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran Bahasa Jawa , terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak memahami penjelasan guru, siswa bercerita ketika kegiatan pembelajaran, dan siswa malas mengerjakan latihan. Kondisi tersebut karena dalam pembelajaran Bahasa Jawa guru belum memanfaatkan metode group investigation. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan latihan. Berdasakan hasil tugas siswa terhadap materi teks Geguritan, sebagian besar siswa kurang memahami kegiatan pembelajaran sehingga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa yang belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (70) masih sebanyak 13 siswa (68,42%) dari jumlah siswa seluruhnya 19. Sedangkann siswa yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa (31,58%) dari jumlah siswa seluruhnya. Nilai rata-rata kelas siswa 57,37; dengan nilai paling tinggi 80 dan nilai paling rendah adalah 40. Data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.
Deskripsi Siklus I
a) Persiapan Tindakan
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dideskripsikan, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan di SD Negeri Diwak, yaitu: Guru mendesain program pembelajaran dengan langkah-langkah: (1) Menentukan standar kompetensi, (2) Menentukan kompetensi dasar, (3) Menentukan indikator, (4) Menentukan tujuan yang hendak dicapai, (5) Menentukan materi yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, (6) Menentukan media yang relevan, (7) Menentukan metode yang akan digunakan untuk menyampaikan pembelajaran, dan (8) Menentukan alat evaluasi. Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu metode group investigation.
b) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada siklus I sebanyak dua kali tindakan pembelajaran Bahasa Jawa , pada pertemuan pertama membahas materi tentang menjeskan isi geguritan dengan benar dan pertemuan kedua pada materi membuat ringkasan isi geguritan dengan bahasanya sendiri. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab secara lisan dengan model cepat tepat, (b) siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok belajar dengan menunjuk satu siswa menjadi ketua pada masing-masing kelompok, (c) guru memberikan materi diskusi yang berbeda pada masing-masing kelompok, (d) siswa mendiskusikan materi secara kooperatif, (e) ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, (f) guru memberikan kesimpulan singkat mengenai hasil diskusi masing-masing kelompok, (g) melaksanakan evaluasi akhir dengan tes tertulis, (h) menganalisis hasil evaluasi sebagai bahan pertimbangan tingkat keberhasilan siklus I.
Materi pembelajaran selama tindakan diberikan, diulang dan dibahas secara detail dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya, yakni dalam soal tanya-jawab sebelum masuk kelas dan soal-soal sarapan pagi atau breakfast. Langkah pembelajaran pada siklus I diulangi lagi pada materi lain dalam pertemuan kedua, yang diakiri dengan tes formatif setelah pertemuan kedua.
c) Hasil Pengamatan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, meliputi pembelajaran teks Gegurtitan , pertemuan pertama membahas materi tentang menjelaskan isi geguritan dengan benar dan pertemuan kedua pada materi membuat ringkasan isi geguritan dengan bahasanya sendiri. Selama kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan metode group investigation ternyata: siswa berperan aktif dalam pembelajaran, siswa tertarik menggunakan media pembelajaran, pemahaman siswa terhadap pembelajaran Bahasa Jawa meningkat. (Data selengkapnya dalam lampiran)
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, pada pertemuan pertama materi konsep pembelajaran pengertian teks Geguritan sedangkan pertemuan kedua pada pertemuan kedua materi macam-macam teks Geguritan.
Sebanyak 13 (68,42%) siswa mencapai ketuntasan dalam mempelajari materi teks Geguritan dan 6 (31,58%) siswa masih mengalami tidak tuntas. Rata-rata kelas sebesar 68,42 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50.
d) Refleksi Siklus I
Berdasarkan refleksi hasil pembelajaran dengan memanfaatkan media group investigation ini, dapat dikemukakan beberapa kekurangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan siklus berikutnya. Kelemahan pada siklus pertama antara lain: 1) Siswa masih sering ragu ketika berdiskusi, 2) siswa masih bingung dalam membuat keputusan, 3) ketika mengerjakan lembar kerja siswa kurang konsentrasi.
Ada peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dari rata-rata 57,37menjadi 68,42 Hal ini berarti ada peningkatan sebesar 14%. Hal ini karena pembelajaran Bahasa Jawa pada materi teks Geguritan dilakukan dengan memanfaatkan metode group investifation. Pembelajaran ini masih perlu ditingkatkan karena indikator kinerja belum tercapai, yakni rata-rata kelas 70 dan tingkat pencapaian KKM belum mencapai 79% dari seluruh siswa. Hasil dari refleksi pembelajaran pada siklus pertama ini dipergunakan sebagai pedoman dalam penyusunan persiapan pelaksanaan pembelajaran untuk siklus yang ke dua.
2. Deskripsi Siklus II
a) Persiapan Tindakan
Berdasarkan refleksi yang telah dideskripsikan serta analisis hasil belajar pada siklus I, disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk dua kali pertemuan dengan langkah seperti siklus I, dengan materi dan teknik yang kurang dalam siklus I disempurnakan, yaitu dengan kelompok kecil yang hanya terdiri 2 peserta didik. Materi pada pertemuan pertama adalah menjelaskan isi geguritan dengan benar dan pertemuan kedua materi membuat ringkasan isi geguritan dengan bahasanya sendiri. Metode yang digunakan tetap yakni group investigation, sehingga guru tidak perlu membuat media lagi, hanya saja langkah pembelajarannya lebih diefektifkan.
b) Pelaksanaan Tindakan
Prosedur tindakan yang dilakukan siklus II untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, terdiri atas dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah menjelaskan isi geguritan dengan benar dan pertemuan kedua materi membuat ringkasan isi geguritan dengan bahasanya sendiri. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus II ini adalah: (a) guru memberikan apersepsi dengan mengulas materi pada pertemuan sebelumnya, (b) siswa diberi materi untuk didiskusikan dengan teman satu mejanya, (c) guru memberikan materi diskusi pada masing-masing meja, (d) siswa mendiskusikan materi secara kooperatif, (e) salah satu siswa dalam satu meja mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, (f) guru memberikan kesimpulan singkat mengenai hasil diskusi masing-masing kelompok, (g) melaksanakan evaluasi akhir dengan tes tertulis, (h) menganalisis hasil evaluasi sebagai bahan pertimbangan tingkat keberhasilan siklus II.
Pembelajaran pada siklus II diakhiri dengan tes formatif pada akhir pertemuan kedua. Hasilnya dikoreksi dan dianalisis oleh guru setelah kegiatan pembelajaran selesai.
c) Hasil Pengamatan
Peran aktif siswa dalam pembelajaran meningkat, motivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa meningkat, antusias siswa dalam mengerjakan latihan meningkat, semangat mengerjakan tugas meningkat dan hasil belajar siswa meningkat tajam.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih difokuskan pada materi jenis dan contoh-contoh teks Geguritan. Setelah tindakan pada siklus II pertemuan kedua dilakukan, diadakan tes formatif. Adapun tes formatif yang diberikan guru berupa soal-soal yang telah disiapkan dan divalidasi oleh teman sejawat terlebih dahulu sebanyak 10 soal. Dari 19 siswa yang tuntas KKM sebanyak 19 siswa (100%) atau bisa dikatakan semua siswa tuntas. Rata-rata kelas pada siklus II sebesar 84,74, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.
d) Refleksi Siklus II
Berdasarkan refleksi hasil pembelajaran dengan memanfaatkan media group investigation ini, dapat dikemukakan beberapa kekurangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan siklus berikutnya. Kelemahan pada siklus kedua antara lain: 1) Siswa kurang yakin dengan hasil kerjanya, 2) siswa masih bingung dalam membuat keputusan, 3) ketika mengerjakan lembar kerja siswa kurang konsentrasi.
Ada peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dari rata-rata 68,42 menjadi 84,74. Hal ini berarti ada peningkatan sebesar 16%. Hal ini karena pembelajaran Bahasa Jawa pada materi teks Geguritan dilakukan dengan memanfaatkan metode group investifation. Pembelajaran ini sudah mencapai indikator yang ditetapkan sehingga tidak perlu ada tindakan selanjutnya.
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah tindakan diberikan pada siklus I dan II, maka hasil tes formatif dianalisis berdasarkan bagan alur yang dipilih dalam penelitian, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Dari data hasil penelitian yang dilaksanakan dapat dianalisis dan dideskripsikan dalam pemaparan berikut ini.
Pembelajaran dengan memanfaatkan metode group investigation pada siswa kelas IV, dengan materi pembelajaran teks Geguritan, menunjukkan hasil belajar yang lebih efektif. Dengan melihat perkembangan nilai siswa dalam tabel perkembangan dan histogram tersebut di atas dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari pemahaman dan hasil belajar siswa antara kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal, dengan pembelajaran setelah dikenai tindakan (pemanfaatan metode group investigation dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas IV SD Negeri Diwak) pada siklus I dan II.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam metode group investigation dalam pembelajaran Bahasa Jawa kelas IV SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017, khususnya pada stándar kompetensi identifikasi , prestasi belajar peserta didik meningkat. Melalui perbandingan nilai rata-rata, pada nilai sebelum tindakan, siklus I dan siklus II, dapat ditentukan bahwa pembelajaran ini bernilai positif, artinya dengan memanfaatkan metode group investigation, dapat dijadikan sarana efektif untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar Bahasa Jawa materi yang berkaitan dengan teks Geguritan di kelas IV SD Negeri Diwak.
Pemanfaatan metode group investigation, dalam pembelajaran Bahasa Jawa yang dilakukan, terlihat bahwa siswa belajar dengan antusias dan semangat yang tinggi, sehingga teks Geguritan yang ditanamkan mencapai sasaran. Dengan menguasai konsep teks Geguritan , siswa akan dapat memecahkan beberapa pengertian dan pemahaman mengenai teks Geguritan serta jenis-jenis dan contohnya.
Dengan pemanfaatan media ini, ternyata dapat menarik perhatian peserta didik. Siswa yang biasanya perhatiannya kurang, tampak menjadi lebih antusias pada pembelajaran ini. Demikian pula siswa yang sudah mulai jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi, kembali lebih berkonsentrasi dan motivasi belajar siswa meningkat dalam pembelajaran group investigation. Hal ini senada dengan manfaat dari penggunaan media pembelajaran ini, menurut Hamalik (1994:108) antara lain adalah: (1) menarik minat, (2) memberi gambaran yang jelas, (3) mempunyai tinjauan yang luas dan (4) mendorong kreativitas peserta didik.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka pemanfaatan model pembelajaran group investigation memang dapat menarik minat siswa untuk belajar dan memahami teks Geguritan, sehingga siswa mempunyai tinjauan yang luas dalam menyelesaikan masalah mulai dari permasalahan yang mudah dan sederhana hingga yang kompleks. Yakni dari soal Bahasa Jawa biasa yang hanya sebatas mengetahui teks Geguritan menjadi soal Bahasa Jawa yang lebih kompleks dalam pengetahuan tentang pengertian teks Geguritan dan contoh-contohnya.
Dengan adanya keuntungan-keuntungan dari pemanfaatan metode pembelajaran group investigation, maka hipotesis yang dikemukakan diterima, yakni pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran group investigation terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi teks Geguritan kelas IV Semester I SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.
Simpulan
1. Metode pembelajaran group investigation lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dari daya tarik siswa terhadap metode diskusi group investigation, antusias siswa dalam melakukan diskusi, semangat siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, dan semangat siswa menyelesaikan tes formatif.
2. Hasil belajar peserta didik dengan metode group investigation lebih tinggi dari pembelajaran sebelumnya, terbukti dengan nilai yang diperoleh peserta didik setelah tindakan diberikan dalam ulangan yakni: pada pra siklus dengan nilai rata-rata 57,37; pada siklus 1 dengan rata-rata 68,42; pada siklus 2 dengan rata-rata 84,74. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima, yakni pemanfaatan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi tentang materi teks Geguritan pada siswa kelas IV Semester I SD Negeri Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran
Untuk mengintensifkan pemanfaatan metode pembelajaran dengan group investigation dalam pembelajaran Bahasa Jawa, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Supaya lebih banyak memberikan motivasi kepada guru dalam kegiatan belajar dan mengajar agar memanfaatkan metode belajar yang bervariasi, khususnya dengan metode group investigation dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
2. Supaya meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran dan mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran di antaranya dengan memanfaatkan dengan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik mata pelajaran Bahasa Jawa khususnta materi pemahaman teks sastra Jawa.
3. Sebagai tempat dan penyelenggara pendidikan hendaknya melengkapi fasilitas dan kebutuhan peserta didik dalam kegiatan belajar dan mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suwanto, dkk, (2004). Bahasa dan Sastra Jawa Untuk SD/MI Kelas 4. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2002). Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Yang Disempurnakan. Jakarta: Proyek Sekolah dasar Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 1997/1997.
Nana Sudjana, (1995). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Nasution, (1994). Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta, (1989). Kamus Bahasa Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna Wilis Dahar, (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suparno dan Yunus, (2003). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, D; Hidayat, K; Sutawidjaja, A, (1991). Pendidikan Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penataran Guru SD Setara D-II.
Teguh W. B, (2004). Buku Pegangan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/MI Kelas 3. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Tim sahabat guru, (2004). Pelajaran Bahasa dan Sastra Jawa untuk SD Kelas 4. Semarang: Bengawan Ilmu.
Wardani, I. G. A. K; Wihardit, K; & Nasoetion, N, (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.