UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH

MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING

PADA SISWA KELAS XI IPS 2

SMA KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

 

Chintya Tivani Silvi

Sunardi

Tri Widiarto

Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-UKSW

 

ABSTRAK

Pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran yang sering dianggap terlalu banyak menghafal bagi siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar dan ketuntasan siswa belum mencapai nilai ketuntasan sehingga siswa tidak tertarik pelajaran sejarah. Untuk meningkatan hasil belajar siswa agar lebih aktif, kreatif serta mandiri, dalam pembelajaran peneliti menggunakan metode Discovery Learning. Metode Discovery Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang aktif, kreatif serta mandiri. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan Metode Discovery Learning pada kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil antara Prasiklus, Siklus I serta Siklus II. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada kondisi awal adalah 70,11. Setelah dilakukan pada siklus II data yang diperoleh menunjukkan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar 78,00, untuk rata-rata hasil belajar pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu 86,00.

Kata kunci: Hasil Belajar Discovery Learning

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibanding makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal, kecerdasan dan juga pikiran. Manusia diciptakan agar mampu belajar mengolah informasi dengan baik, di mana seseorang memperoleh ilmu, keterampilan serta sikap yang baik melalui informasi yang telah diterima (Sumantri, 2016: 1. Dalam dunia pendidikan, proses untuk mendapatkan pengalaman disebut dengan belajar. Pendidikan merupakan sebuah program, dimana melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses mencapai tujuan dalam pembelajaran. Pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam mencapai tujuan tersebut membutuhkan kerja sama antara guru dan siswa dalam mengatur sistematika proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru sebagai pusat dalam proses pembelajarn tidak lagi menjadi suatu poros utama melainkan siswa yang menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Sehingga guru di tuntut untuk merancang strategi yang mampu merangsang cara berpikir siswa.

Proses belajar mengajar membutuhkan tenaga pendidik (guru) dalam memberikan pemahaman yang luas kepada siswa. Oleh karena itu, siswa dan guru saling memberikan kontribusi agar teciptanya suasana kelas yang aktif dan kreatif. Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, guru harus merancang strategi. Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk berperan aktif dalam setiap proses belajar mengajar sehingga terciptanya suasana yang efektif dan efisien. Tak hanya siswa, gurupun ikut mendukung dengan adanya pembelajaran dikelas yaitu dengan cara menggunakan metode serta media pembelajaran yang menarik dan juga tepat.

Posisi guru dalam pepatah Jawa yaitu “digugu dan ditiru”. Kapanpun guru berucap maka murid akan menirunya. Tidak hanya itu saja, tetapi posisi guru dalam pembelajaran di kelas yaitu pengganti orangtua dirumah. Menjadi seorang guru wajib mencontohkan sikap, tingkah laku yang baik sesuai nilai, dan norma yang berlaku serta upaya untuk meningkatkan pembelajaran supaya siswa lebih aktif serta paham didalam pembelajaran. Menjadi seorang guru tidaklah mudah, terutama menjadi seorang guru sejarah, guru dengan stigma sebagai guru yang membosankan. Maka dari itu, guru sejarah harus pandai mencari dan menggunakan model serta metode pembelajaran yang menarik. Dengan adanya model serta metode pembelajaran dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. ( Ngalimun, 2012 : 7).

Misalnya guru menyampaikan informasi dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning. Metode tersebut paling cocok dengan perkembangan zaman maupun perkembangan siswa, serta didukung dengan adanya yang diterapkan oleh pemerintah yaitu kurikulum 2013. Dengan menggunakan metode tersebut maka akan tepat guna serta relevan dengan adanya kondisi kelas, sehingga siswa dapat lebih tertarik dan memahami materi yang disampaikan. Dengan menggunakan metode Discovery Learning akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah serta siswa akan diajak lebih kritis didalam pembelajaran. Alasan penulis meneliti mengenai “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Discovery Learning Di Kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga” yaitu supaya siswa lebih aktif, kreatif serta mandiri dalam pembelajaran Sejarah.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Belajar adalah proses interaksi antara manusia dengan individu, individu dengan kelompok serta kelompok dengan kelompok. Belajar juga merupakan proses dimana seseorang dapat melihat, mengamati, serta memahami sesuatu ( Rusman, 2012:1). Belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain sebagainya, tetapi juga harus didukung dengan adanya interaksi satu dengan lainnya. Belajar tidak terlepas dengan pendidikan serta perkembangan. Ketiga tersebut akan selalu berkaitan (Yamin Martinis , 2003:104). Belajar juga dapat diartikan sebagaimana cara pandang kita, pengalaman kita didalam kehidupan sehari-hari. (Hanang, Hanafiah dan Cucu, Suhana, 2009: 5).

Hasil belajar adalah proses didalam pembelajaran yang telah terjadi adanya penilaian belajar mengajar di dalam kelas. Hasil belajar dapat juga diartikan dengan adnya kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. (Jihad, Asep dan Haris, Abdulah, 2013:14). Hasil pembelajaran juga dapat mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta dapat juga digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. (Rusman, 2013:13).

Metode Pembelajaran Discovery Learning

Metode pembelajaran Discovery Learning yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara kritis, sistematis serta logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan. (Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, 2009: 77).

Metode pembelajaran Discovery Learning dapat membengun komitmen terhadap antar siswa dengan siswa yang lain, dapat membangun sikap aktif, kreatif, dan inofatf dalam proses belajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran serta dapat membangun sikap percaya diri dan keterbukaan terhadap hasil temuannya. (Hanafiah. Nanang dan Cucu, Sahana, 2009: 78).

Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang dibentuk untuk memberikan pengetahuan mengenai masa lampau manusia yang berusaha dihidupkan kembali oleh sejarah untuk dijadikan pedoman bertindaknya masa kini dan masa yang akan datang (Tri Widiarto, 2007:i).

Menurut Widja (1998:8) mengemukakan bahwa salah satu fungsi utama mata pelajaran sejarah yaitu mengabadikan pengalaman masyarakat di waktu lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

METODE

Penelitian dilaksanakan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Siswa kelas XI IPS 2 berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), di mana sumber informasi serta data didapatkan melalui kegiatan pembelajaran siswa di kelas. Guru yang mengajar di kelas sebagai pengamat yang akan melakukan pengamatan saat peneliti sedang mengajar di depan kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.Metode penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan beberapa tahapan penelitian yaitu : Perencanaan ( planning), Pelaksanaan ( acting ), Pengamatan ( observising). Refleksi ( reflecting)

Untuk analisis data dalam penelitian tindakan kelas menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas pada hasil belajar sejarah dengan rata-rata klasikal semua siswa mendapatkan nilai 82 dan mencapai kriteria ketuntasan minimum 75 (KKM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMA Kristen Satya Wacana Salatiga atau yang lebih dikenal dengan SMA laboratorium terletak di jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. bangunan sekolah ini terletak di kawasan Kampus Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Karena di bawah badan penyelenggaraan yaitu YPTK Satya Wacana.

Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas XI IPS 2 masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas, dikarenakan guru dalam menyampaikan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Cara mengajar seperti ini akan memberikan kesan kebosanan serta jenuh bagi siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan nilai hasil belajar siswa pada matapelajaran sejarah dengan perolehan nilai tertinggi 99 dan untuk nilai terendah 44, sedangkan perolehan rata-rata klasikal yaitu70,11. Jumlah presentase ketuntasan 52%.

Hasil Tindakan Siklus I

Hasil belajar pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kelas XI IPS 2, untuk nilai rata-rata klasikal yang awalnya 70,11 menjadi 78, untuk nilai terendah awalnya 44 menjadi 77, untuk nilai tertinggi masih seri dan untuk presentasi ketuntasan awalnya 52% menjadi 92%.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa dalam mengikuti apresepsi, siswa memperhatikan pembelajaran yang guru sampaikan,siswa aktif mengikuti permainan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning, siswa mendengar penjelasan materi dari guru dan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru, siswa tertib dalam pembagian kelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi serta siswa dan guru membuat kesimpulan, semua aktivitas pembelajaran yang diikuti oleh siswa sudah berjalan dengan baik sehingga mendapat skor nilai 72,22.

Hasil pengamatan aktivitas guru dapat dideskripsikan sebagai berikut, pada awal kegiatan guru menyiapkaan ruang, alat serta media pembelajaran, Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsen siswa, guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan dalam langkah-langkah metode Discovery learning kemudian dalam kegiatan inti guru membagi siswa dalam kelompok belajar, guru mengawasi siswa jalannya permainan, Guru menumbuhkan sikap aktif serta kreatif dalam permainan tersebut, Guru memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan kemudian guru memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa, dan pada kegiatan akhir pembelajaran Guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa kemudian Memberikan kuis setelah itu guru menutup mata pelajaran. Kegiatan yang dilakukan guru sudah memenuhi kriteria

Hasil Tindakan Siklus II

Hasil belajara siswa pada tindakan siklus II dengan perolehan nilai rata-rata Untuk hasil nilai terendah dari 77 mencapai 80 kemudian meningkat menjadi 8 dijid, untuk nilai tertinggi dari 99 mencapai 100 meningkat 3 dijid, untuk rata-rata klasikal dari 78 mencapai 86 meningkat 8 dijid, untuk presentasi ketuntasan dari 92% mencapai 100% meningkat menjadi 8%.

 

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pada siklus II kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa dalam mengikuti apresepsi, siswa memperhatikan pembelajaran yang guru sampaikan, siswa aktif mengikuti permainan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning, siswa mendengar penjelasan materi dari guru dan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru, siswa tertib dalam pembagian kelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi serta siswa dan guru membuat kesimpulan, semua aktivitas pembelajaran yang diikuti oleh siswa sudah berjalan dengan baik sehingga mendapat skor nilai 97,91.

Aktivitas guru dalam siklus II pada awal kegiatan guru menyiapkaan ruang, alat serta media pembelajaran. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsen siswa, guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan dalam langkah-langkah metode Discovery learning kemudian dalam kegiatan inti guru membagi siswa dalam kelompok belajar, guru mengawasi siswa jalannya permainan, Guru menumbuhkan sikap aktif serta kreatif dalam permainan tersebut, Guru memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan kemudian guru memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa, dan pada kegiatan akhir pembelajaran guru menyimpulkan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa kemudian memberikan kuis setelah itu guru menutup mata pelajaran. Kegiatan yang dilakukan guru sudah memenuhi kriteria sangat baik yaitu dengan perolehan skor 91,66.

Penilaian Prasiklus Hingga Siklus II Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun 2019/2020

NO Kategori Penilaian
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 99 99 100
2 Nilai Terendah 44 77 86
3 Rata-rata 70,11 78,00 100
4 Jumlah siswa tuntas 14 25 27
5 Jumlah siswa tidak tuntas 13 2 0
6 Presentase ketuntasan 52% 92% 100%

 

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode belajar Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran meningkatan. Hal ini ditunjukkan pada rata-rata prasiklus yaitu 70,11, menjadi 78,00 pada siklus I dan meningkat menjadi 86,00 pada siklus II. Respon siswa dalam model Discovery Learning dari siklus I sampai Siklus II mengalami peningkatan. terbukti bahwa siswa sangat tertarik pada metode pembelajaran Discovery Learning. Dengan menggunakan metode Discovery Learning, pelajaran sejarah menjadi menyenangkan serta menumbuhkan siswa aktif, kreatif dan mandiri. Kriteria minimum juga dapat dicapai oleh siswa.

Saran

  1. Guru menggunakan metode Discovery Learning dalam mata pelajaran Sejarah.
  2. Diperlukan waktu yang cukup dalam menggunakan model Discovery Learning
  3. Diharapkan guru mampu membuat mata pelajaran sejarah itu menyenangkan, aktif, kreatif serta menarik dengan menggunakan metode pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Nanang, dkk . 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Aditama.

Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyasa. 2011. Praktik Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin,Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja rosdakarya.

Jihad, Asep, dkk.2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Hopskins, David. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidikan dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Aan, Komariah dan Djam’an Satoru. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Abdullah, Sani Ridwan. 2014. Pembelajaran Saentifik Untuk 2013. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Uno, Hamzah B. 2017. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya. Jurnal

Irmi, 2018. Penerapan Metode Discovery Learning Melalui Game Gets Lucky Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi Dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA 2 SMAN Unggul Aceh Timur. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, Volume 02(01), hal 15-20, https://doi.org/10:24815/Juli.v2i1.10741.( diakses pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 11.30 WIB)

Gina Rosarina.dkk. 2016. Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda Materi Perubahan Wujud SDN Gudang Kopi I. Jurnal Pena Ilmiah, Volume1(1). (Diakses pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 11.31 WIB)