UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN

MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI BENER 02

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Nurwati

Sekolah Dasar Negeri Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Berdasarkan observasi awal di SD N Bener 02 Semarang ditemukan masalah dalam pembelajaran di Kelas VI. Guru dalam pembelajaran IPA masih menggunakan metode kurang bervariasi, sehingga materi yang disampaikan kurang menarik bagi siswa. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan dan kurang aktif selama pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Salah satunya adalah menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick. Rumusan masalah adalah: 1) Apakah model kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan keterampilan guru? 2) Apakah model kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan aktivitas siswa? 3) Apakah model kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas guru, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) meningkatkan hasil belajar IPA dengan model kooperatif tipe Talking Stick. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick yang dilakukan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa Kelas VI SD N Bener 02. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 31%, siklus I 53% , dan siklus II 89%. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Saran bagi guru adalah pendekatan Talking Stick dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

Kata kunci: kualitas pembelajaran IPA, model kooperatif tipe Talking Stick

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang cukup sulit dan tidak menarik bagi siswa. Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap prestasi belajar siswa, Sebagaimanayang diungkapkan oleh Soedjadi bahwa “mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran yang dianggap paling sulit untuk peserta didik, akibatnya nilai yang diperoleh sangat rendah, padahal pelajaran IPA merupakan pelajaran yang wajib diberikan pada peserta didik.

Ilmu pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri-sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (IPA, Lingkungan, Tegnologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep ilmiah secara bijaksana.

Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA yang akan diajarkan kepada siswa. Hal ini dapat merubah sikap siswa yang sebelumnya menganggap IPA itu sulit dipelajari menjadi lebih mudah dipelajari dan menyenangkan. Keberhasilansiswa dalam belajar IPA juga sangat tergantung dari metode atau cara guru mengajar. “Cara guru mengajar turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar”. Siswa dapat memahami pengetahuan yang sedang dipelajari dan siswa akan lebih aktif dalam menggali potensi diri. Pemahamanyang baik tentunya akan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil belajar yang maksimum. Oleh karena itu, diharapkan guru selalu berupaya untuk            meningkatkan    mutu pembelajaran IPA, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah minat dan motivasi sertamodel pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam memilihmodel pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang tepat akan menunjang hasil belajar, dan sebaliknya model pembelajaran yang tidak tepat akan mengakibatkan siswa jenuh dan hasil belajar kurang optimal. Adapun kendala yang didapati pada siswa dalam proses belajar mengajar, yaitukurangnya daya dukung dan minat siswa kurang respon terhadap materi yang diberikan. Dalam pelaksanaan ada sebagian gurukhususnya dalam mata pelajaran IPA yang masih menerapkan metode lama atau tradisional, dimana guru hanyamenjelaskan saja, menggunakan sumber belajar yang terbatas.

Dengan cara seperti ini, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru ketika kegiatan pembelajaran IPA berlangsung. Sehingga berakibat tidak dapat memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa untuk materi tersebut diatas juga masih belum optimal.

Berdasarkan identifikasi masalah pada pembelajaran IPA khususnya pada materi ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan di SD Negeri Bener 02, ternyata cara guru mengajar dalam pembelajaranIPAkurang menarik, guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat dalam pembelajaran IPA. Sebagian siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar, ketika guru memberi pertanyaan atau meminta siswa untuk tampil di depan kelas. Siswa jugakurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada pembelajaran IPA, guru lebih menekankan pada aplikasi model pembelajaran yang masih belum memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswadalam kerja sama. Siswa belum mampubertanggung jawab dalam kelompoknya masing- masing khususnya dalam mempelajari materi ”ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan”. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan belajar siswa.

Salah    satu cara yang  dapat   digunakan guru untuk mengaktifkan siswaadalah dengan pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Pembelajaran talking stick merupakan suatu model yang melatih siswa berbicara didepan kelas, sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Belajar berkelompok juga dapat memperkecil rasa takut dan lebih dipahami.

Menurut Suherman Model pembelajaran talking stick         adalah metode pembela-jaran    bermain tongkat yaitu            pembelajaran    yangdirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat”. Dalam pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 orang yang heterogen, kemudian siswa saling berdiskusi dengan kelompoknya dalam mempelajari pembelajaran. Langkah selanjutnya, siswa menutup bahan pelajaran dan melakukan kegiatan talking stick yang dimulai dengan pemberian tongkat oleh guru kepada siswa secara acak. Anggota kelompok yang memegang tongkat wajib menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan guru memberikan tongkat kepada siswa lainnya untuk menjawab pertanyaan lain dari guru. Kegiatan tersebut diulang secara terus- menerus sampai sebagian siswa mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari gurunya. Pembelajaran kooperatif tipe talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa. Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep pada pembelajaran IPA, sehingga siswa tidak cenderung menghafal saja, tetapi dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal IPA.

Berdasarkan paparan diatas, permasalahan yang muncul adalah bagaimana“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ciri-Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan Melalui Model Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Bener 02 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018.”

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SD N Bener 02?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

  1. Apakah model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA SD N Bener 02?
  2. Apakah model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SD N Bener 02 dalam pembelajaran IPA?
  3. Apakah model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD N Bener 02 dalam pembelajaran IPA?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas VI SD N Bener 02

Tujuan khusus

  1. Meningkatkan keterampilan guru di SD N Bener 02 dalam pembelajaran IPA dengan model kooperatif tipe Talking Stick
  2. Meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SD N Bener 02 dalam pembelajaran IPA dengan model kooperatif tipe Talking Stick
  3. Meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VI SD N Bener 02 dengan model kooperatif tipe Talking Stick

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik yang bersifat teoritis dan praktis. Secara teoritis, model kooperatif tipe Talking Stick mampu meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat menjadi acuan teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. Selebihnya menambah hasanah bagi dunia pendidikan.

Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat:

Siswa

  1. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA
  2. Siswa lebih termotivasi dan berminat dalam mengikuti proses pembelajaran

Guru

  1. Meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran
  2. Meningkatkan kreatifitas guru dalam pembelajaran
  3. Dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick guru dapat meningkatkan pemahaman siswa pada saat pembelajaran

Sekolah

Dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di SD N Bener 02.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986: 1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang diakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keikutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.(Winataputra, 2008: 1.5)

Menurut Bruner (Saminanto, 2010:21) Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.

Menurut Gagne (Ratna Wilis Dahar, 1989: 11 dalam Anitah Sri, 2009: 1.3) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman

Menurut Morgan et.al (1986: 140) belajar adalah perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. (Anni, 2007: 2)

Model pembelajaran Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku).

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. (http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/ 19 januari 2016: 20.19).

Pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan. (http://wyw1d.wordpress.com. 27 Januari 2016: 21.39)

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. (Eggen and Kauchak, 1996: 279 dalam Trianto, 2007: 41). Model Talking Stick dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. (http://rhum4hnd3soq.blogspot. 27 Januari 2016: 21.44)

Pembelajaran Talking Stick merupakan pembelajaran kooperatif yang mana tongkat menjadi media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Kerangka Berfikir

Pembelajaran IPA yang terjadi di SD N Bener 02 masih belum optimal. Karena guru dalam pembelajaran IPA belum menggunakan metode kurang bervariasi, sehingga materi yang disampaikan kurang menarik bagi siswa. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kurang aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan.

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick. Metode ini dalam pelaksanaannya penuh dengan nuansa permainan tetapi tidak meninggalkan esensi proses pembelajaran. Melalui model kooperatif tipe Talking Stick, siswa dituntut untuk memahami dan menguasai materi pelajaran karena akan digunakan sebagai jawaban saat diajukan pertanyaan oleh guru.

Keberadaan siswa sebagai obyek pencapaian tujuan pelaksanaan pembelajaran sudah selayaknya diberikan keleluasaan dalam belajar sesuai dengan keinginan mereka, sepanjang keleluasaan tersebut tidak disalah artikan oleh siswa. tugas gurulah untuk membimbing siswa jika dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih terdapat siswa yang menunjukkan sikap yang tidak diinginkan. Maka, melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi perubahan sikap dan hasil belajar siswa, dalam hal ini peningkatan hasil belajar yang disebabkan penggunaan model kooperatif tipe Talking Stick dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA khususnya pada siswa kelas VI SD N Bener 02.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2015 dan siklus 3 pada hari Selasa tanggal 27 Januari 2015.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Alasan Penelitian Dilakukan di SD Negeri Bener 02

Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa.Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI yang mempunyai masalah dalam penguasaan materi.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bener 02 Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 19 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 10 orang.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran tentang materi ciri ciri mahluk hidup dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 59 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 70% siswa menjawab kesulitan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.

Teknik Observasi

Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi antara lain:

  1. Observasi terhadap rencana pembelajaran.
  2. Observasi terhadap proses pembelajaran.
  3. Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.

Teknik Tes

Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  • Observasi terhadap ketrampilan guru
  • Observasi terhadap aktivitas siswa
  • Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.

Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran

Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah pengajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) Menelaah kurikulum SD Kelas VI Mata pelajaran IPA (2) menyusunRencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA (3) menyusun lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran (4) Membuat LKS (5) Menyusun alat evaluasi.

Pelasanaan Tindakan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, adapun langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

Perencanaan, tahap ini meliputi:

Perencanaan adalah tahap pertama dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tahap perencanaan ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

  • Menelaah materi dalam pembelajaran IPA serta menelaah indikator bersama tim kolaborasi.
  • Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran melalui model kooperatif tipe Talking Stick.
  • Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
  • Menyiapkan lembar kerja observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Arikunto, 2001:18). Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas ini direncanakan menjadi 3 siklus. Namun apabila dalam pelaksanaan siklus 2 sudah mencapai keberhasilan belajar yang ditargetkan peneliti maka siklus 3 tidak perlu dilaksanakan.

Menurut Suyadi (2012: 62-63) pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu yaitu perencanaan, yaitu bertindak di kelas. Tindakan harus sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus.

Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan pelaksanaan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Arikunto, 2006:99). Observasi atau pengamatan secara langsung dilakukan pada penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara umum tentang pembelajaran IPA di SD Negeri Bener 02.

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi dan apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2006:99). Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa, aktivitas guru, dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji kekurangan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama, kemudian membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.

 

 

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Bener 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas VI sebanyak 19 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Bener 02 terletak di desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Bener 02 masih asri dengan suasana perdesaan, di barat Sekolah Dasar Negeri Bener 02 terdapat kebun, rumah warga, di sebelah utara dan timur terdapat perumahan warga, dan di selatan juga terdapat perumahan warga.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Negeri Bener 02 pada semester I diperoleh data yaitu dari 19 siswa yaitu 9 laki-laki dan 10 perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.

Kemampuan Siswa

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 13 siswa atau 69%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 31%.

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1

Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick, siswa dalam kegiatan belajar akan bermain menggunakan tongkat, setiap anak yang memegang tokat maka harus menjawab pertanyaan dari guru, dengan tujuan agar siswa dalam aktif dan tertarik selama mengikuti kegiatan pembelajran.

Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 10 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 47%.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada kegiatan refleksi, maka perlu diperbaiki dan perlu diadakan revisi pada pertemuan berikutnya. Adapun rencana perbaikan yang peneliti rancang adalah sebagai berikut:

  • Saat guru menjelaskan materi masih ada siswa yang tidak menperhatikan dan bermain sendiri
  • Saat diskusi kelompok ada siswa yang berjalan ke kelompok lain
  • Saat permainan berlangsung masih ada siswa yang melempar tongkat dan bukan memberikan tongkat ke siswa lain

Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun kegiatan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus II antara lain merefisi Rencana Pelaksanaan pembelajaran selama Proses Belajar Mengajar.

Deskripsi dan Pembahasan Siklus II

Proses pembelajaran pada Siklus II meliputi kegiatan guru dalam mengajar, dan siswa. Pelaksanaan tindakan dalam siklus kedua meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir.

Siklus II berlangsung setelah dibentuknya siswa dalam kelompok kecil seperti yang diatur sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan setelah mempersiapkan rencana dan langkah-langkah yang akan dilakukan. Langkah awal yang dilakukan pada tahap ini adalah guru memulai pelajaran dengan memberikan salam kepada siswa, sebelum menerapkan pembelajaran dengan model Talking Stickpada materi ciri khusus yang dimiliki hewan, guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara klasikal untuk motivasi dan apersepsi untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini siswa dapat mengetahui sendiri materi pelajaran yang dibahas dan guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai serta melakukan tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang ciri khusus yang dimiliki hewan saat pertemuan pertama, kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 1 x 6 menit.

Pada kegiatan inti penelitian kembali membentuk siswa dalam kelompok kecil, sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung guru menjelaskan materi yang akan dibahas pada hari tersebut. Pada pembelajaran kedua ini guru memotivasi peserta didik dengan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dengan model Talking Stick pada materi ciri khusus yang dimiliki hewan.

Siklus ini kembali dilanjutkan dengan membagikan LKS pada setiap kelompok untuk mendiskusinya dalam kelompok dan melakukan tanya jawab sesuai dengan materi ciri khusus yang dimiliki hewan yang telah disampaikan oleh guru, guru juga memberikan petunjuk dan cara pengisian LKS, membimbing dan mengamati kegiatan diskusi kelompok, kemudian siswa dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil kegiatan kelompok dan melakukan tanya jawab.

Siswa dibagikan bahan bacaan untuk dibaca bersama teman kelompoknya, setelah siswa membaca, bahan bacaan tersebut ditutup. Kemudian guru memberikan tongkat kepada salah satu kelompok dan memberikan pertanyaan kepada kelompok yang memegang tongkat. Dalam kerja kelompok siswa diharapkan untuk bekerjasama. Apabila kelompok yang memegang tongkat tersebut sudah menjawab pertanyaan dari guru, maka tongkat tersebut diberikan kepada kelompok lain, sampai sebagian anggota kelompok mendapat bagian menjawab setiap pertanyaan dari guru.

Kegiatan akhir guru hanya membimbing siswa dan membantu menyimpulkan pembelajaran materi tentang ciri khusus yang dimiliki hewan yang telah dipelajari. Pada akhir pembelajaran guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Pada tahap ini di siklus II peneliti juga memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa, dengan membagikan lembar soal kepada setiap siswa. Tujuan dilakukan tes untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan sebagai landasan dalam melakukan refleksi (umpan balik) agar siswa yang belum memahami untuk menanyakan kembali, kemudian guru memberikan pesan-pesan moral kepada siswa.

Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 2 siswa atau 11%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa dengan persentase 89%.

Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan siklus II pada pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe Talking Stick pada kelas VI SD Negeri Bener 02 Kabupaten Semarang diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus II. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) menciptakan suasana yang kondusif, 2) memotivasi siswa terhadap pendapat yang dimiliki.

Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 31%, siklus I 53% , dan siklus II 89%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindalan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  1. Dalam pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe Talking Stick menunjukkan dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam mengajar pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik.
  2. Dalam pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe Talking Stick menunjukkan aktivitas siswa kelas VI SD N Bener 02 meningkat. pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik.
  3. Dalam pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe Talking Stick menunjukkan hasil belajar siswa kelas VI SD N Bener 02 Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 31%, siklus I 53% , dan siklus II 89%.

SARAN

Berdasarkan simpulan diatas, penulis mengajukan saran sebagai berikut:

  1. Guru disarankan untuk lebih aktif dalam mengkondisikan pembelajaran, dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovatif yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan baik.
  2. Siswa disarankan semangat dalam belajar, lebih aktif dalam pembelajaran, dan lebih giat dalam belajar. Serta senang dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
  3. Para guru khususnya guru sekolah dasar, hendaknya berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan menerapkan inovasi pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif serta mampu memotivasi siswa dalam belajar
  4. Siswa hendaknya dapat meningkatkan hasil belajarnya yaitu belajar dengan giat, dan aktif dalam pembelajaran, dan guru hendaknya memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka, dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.
  5. Untuk mencapai kualitas belajar yang baik dan maksimal, diharapkan kepada pendidik (guru) lebih kreatif, efektif, terampil dan profesional dalam mengaja Guru mengelola kelas guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam aktifitas belajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
  6. Dengan penelitian ini diharapkan kepada guru agar dapat memilih model dan metode yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick merupakan salah satu alternatif, bukan hanya dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA saja tetapi juga dapat diterapkan ke pelajaran lainnya.
  7. Untuk menghasilkan nilai kelulusan yang baik dan berkarakter, di harapkan kepada lembaga kependidikan agar dapat memberikan perhatian, motivasi dan bantuan yang berguna dalam proses pembelajara

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka cipta

Chains Sandra, Evan Jack M. 1993. Sciencins second edition. New York: mscmillan Publishing

Darlia, Tatik. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. (online). http://karya-ilmiah.um.ac.id. 26 januari 2010: 13.25 WIB.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran, peranannya sagat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Online. http://www.scribd.com/doc/10957380/Peningkatan-Kualitas-Pembelajaran-2. 18 januari 2016, 18:13

Dimyati, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA Menuju Profesionalitas Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung: sinar Baru Algensindo