UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI PEMBINAAN TEKNIK CLASSROOM CONFERENCE

DI SD NEGERI 4 KLAMBU UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Abdullah Zaini

Kepala Sekolah SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi guru SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah dilakukan pembinaan teknik clasroom conference. Subjek penelitian ini adalah seluruh guru SD Negeri 4 Klambu. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 selama 5 bulan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah, dilakukan dari siklus dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah memiliki kategori baik dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 2.5 (> 2.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pembinaan teknik classroom conference di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 1.27 menjadi 1.84. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 1.84 menjadi 2.39. Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III meningkat dari 2.39 menjadi 2.71. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III meningkat secara keseluruhan dari 1.27 menjadi 2.71. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus III mengalami peningkatan sebesar 48.30%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 42.18% meningkat menjadi 61.22% pada siklus I. Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.22% meningkat menjadi 79.59% pada siklus II. Kegiatan siklus II prosentase ketercapaian indikator sebesar 79.59% meningkat menjadi 90.48% pada siklus III.

Kata kunci: pelaksanaan pembelajaran STAD, pembinaan, classroom conference

 

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, yang dimaksud dengan pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Guru merupakan aktor penting dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat menghasilkan output yang baik.

Salah satu metode pembelajaran yang penerapannya mudah dan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar adalah, pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), yaitu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok, tentunya dapat dilaksanakan pada jenjang kelas 1 sampai dengan kelas 6.

Walaupun pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sebenarnya mudah dilakukan oleh guru, namun pada kenyataannya guru lebih senang mengajar dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru diketahui bahwa, jarang ditetapkanya model-model pembelajaran kooperatif disebabkan kebiasaan mengajar secara klasikal dianggap guru lebih mudah mengendalikan kelas agar tidak ribut, selain itu membentuk kelompok hetrogen membutuhkan waktu dan persiapan yang matang, sehingga guru enggan menerapkan model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk mendorong agar guru terbiasa dengan pembelajaran kooperatif, khususnya tipe STAD melalui pembinaan yang berkesinambungan, salah satu model pembinaan yang dapat diterapkan adalah teknik clasroom conference yaitu suatu model pembinaan percakapan pribadi teknik yang dilakukan di kelas pada saat siswa sedang istirahat atau siswa sudah pulang, dengan harapan informasi yang disampaikan oleh kepala sekolah saat pembinaan benar-benar dapat dipahami oleh guru.

Agar pembinaan teknik clasroom conference tersebut dapat berjalan baik, tentunya diperlukan perencanaan yang matang, dilaksanakan, dinilai melelui pengamatan langsung, dan hasil penilaian di analisis untuk merefleksikan kegiatan yang akan datang. Aktivitas ini terangkai dalam suatu tindakan nyata, dalam sebuah penelitian tindakan sekolah dengan judul: Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Melalui Pembinaan Teknik Classroom Conference di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu ditentukan rumusan masalah, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembinaan teknik clasroom conference, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi guru SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi guru SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah dilakukan pembinaan teknik clasroom conference.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembinaan

Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan (Hawi, 2013: 74).

Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan.

Daradjat (2006), “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang terlaksana secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh selaras”.

Percakapan Pribadi Tipe Classroom Conference

Menurut Sagala (2009: 217) percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru latih akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar yang sudah baik lebih ditingkatkan dan yang masih kurang atau yang keliru agar diupayakan untuk memperbaikinya. Teknik percakapan ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan-pendekatan supervisi seperti teknik directive, non-directive, dan colaborative. Classroom conference yaitu percakapan pada saat murid-murid tidak ada lagi di kelas, misalnya: pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka sudah pulang, jadi pelaksanaannya di dalam kelas (Sahertian, 2000: 75).

Kompetensi Guru

Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pengertian pembelajaran berdasarkan pendapat Rohani (2004: 1) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik, 2006: 48).

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya dalam Rusman (2010:203) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Teknik pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Partisipasi siswa mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk saling berbagi dan bertukar pikiran dibandingkan dengan teknik pembelajaran konvensional (ceramah). Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.

STAD

Student Team Achievement Divisions atau disingkat dengan STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif dimana dalam pembelajaran dibentuk tim-tim heterogen yang saling membantu satu sama lain dalam belajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis, tutorial satu sama lain atau melakukan diskusi.

Menurut Ibrahim (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Beedasarkan pendapat tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang paling sederhana untuk diterapkkan pada siswa.

Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa dapat belajar secara aktif, namun pada kenyataannya, guru di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu belum terbiasa dengan menerepkan model pembelajaran tersebut. Sehingga perlu dilakukan pembinaan agar guru termotivasi dan memiliki ketrampilan yang cukup dalam menerapkan model pembelajaran tersebut.

Salah satu model pembinaan yang memungkinkan adalah dengan menggunakan teknik classroom conference, yaitu suatu teknik pembinaan percakapan pribadi dengan guru yang dilakasanakan di kelas, saat siswa tidak berada di kelas (pada saat istirahat, atau saat siswa sudah pulang). Melaluli teknik ini kepala sekolah selaku pembina dan guru dapat leluasa mengemukakan permasalahannya, sehingga dapat dilakukan komitmen agar pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan metode kooperatif tipe STAD.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pembinaan teknik classroom conference dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan. Adapun permasalahan yang perlu dipecahkan yang mendorong dilakukan penelitian ini adalah: rendahnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri 4 Klambu.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan sebanyak 7 guru. Hal ini disebabkan adanya permasalahan dimana guru kurang memperhatikan dan kurang memahami pentingnya melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik, sehingga perlu adanya tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan tersebut. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan semester I tahun pelajaran 2016/2017, dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2016, dengan pertimbangan bahwa semester 1 merupakan awal tahun ajaran baru, yang merupakan waktu yang tepat untuk memberikan pembekalan dan perbaikan-perbaikan atas kekurangan pada tahun ajaran sebelumnya. Adapun jadwal kegiatan penelitian seperti terlampir.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap siklus dilakukan dalam 4 (empat) langkah, yaitu (1) mengembangkan perencanaan awal, (2) pelaksanaan tindakan, (3) melakukan observasi terhadap tindakan dan (4) refleksi dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui oberservasi langsung, dan melakukan penilaian terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam menilai, peneliti dibantu oleh guru lain sebagai kolaborasi, adapun teknik menilai adalah dengan cara memberikan skor pada masing-masing komponen/indikator, dengan menggunakan skor 0 sampai 3.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observsi dengan mengacu pada penilaian kinerja guru (PK Guru), khususnya aspek kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Analisis data tersebut dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Ade Rusliana, 2007:6).

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 2.5 (> 2.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (sangat baik).

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Kegiatan prasiklus pada penelitian tindakan sekolah merupakan langkah awal sebelum dilaksanakan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pembinaan teknik classroom conference pada SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Sebelum melakukan pengamatan, peneliti menginstruksikan kepada semua guru termsuk guru PAI untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Setelah diinstruksikan, peneliti mulai tanggal 8 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2016, melakukan observasi, untuk kegiatan observasi prasiklus peneliti tidak memerlukan kolaborator, karena kegiatan ini hanya untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya terkait kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan pada siklus ini dilakukan kepada semua guru yang dijadikan subjek penelitian satu persatu. Setelah dilakukan observasi dan dengan menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasilnya direkap, dihitung skor rata-rata dan dibuat kategori nilai. hasil penilaian prasiklus, dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 1.27. Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, terdapat dua guru dengan kategori kurang dan yang lainnya tergolong cukup. Untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai komponen pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka berdasarkan penilaian dilakukan perhitungan prosentase ketercapaian komponen/indikator.

Dari hasil penilaian yang terdiri dari 7 komponen, hasilnya menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 42.18%. Dalam kegiatan prasiklus ini guru belum mampu melaksanakan semua indikator pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan maksimal. Sehingga perlu dilakukan tindakan dengan menerapkan pembinaan teknik classroom conference.

Siklus I

Pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas I s.d kelas VI dan guru PAI mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Pelaksanaan observasi didampingi oleh salah satu guru yang ditunjuk sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga dalam melaksanakan penilaian, peneliti dan kolaborator mendiskusikan nilai yang sesuai untuk subjek penelitian.

Rekapitulasi nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 1.82. Terdapat dua guru dengan kategori baik dan yang lainnya tergolong cukup. Prosentase Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 7 komponen, dari ke 7 guru, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.22%, dengan skor tertinggi sebesar 71.43%, sedangkan skor terendah sebesar 42.86%, dari prosentase ketercapaian indikator dan skor rata-rata yang dicapai oleh guru, menunjukan bahwa sudah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang cukup signifikan.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 1.84 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 61.22% hal ini berarti kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD belum maksimal. Maka perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas I s.d kelas VI dan guru PAI mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Pelaksanaan observasi didampingi oleh salah satu guru yang ditunjuk sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga dalam melaksanakan penilaian, peneliti dan kolaborator mendiskusikan nilai yang sesuai untuk subjek penelitian.

Rekapitulasi nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 2.39 (baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, terdapat 1 (satu) guru dengan kategori cukup dan 6 (enam) guru tergolong baik.

Prosentase ketercapaian indikator pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah meningkat dibanding tindakan pada siklus I. Guru sudah memahami dan dapat menerapkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar 2.39, dengan prosentasi penguasaan indikator mencapai 79.59%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 2.39 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 79.59% hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai kemampuan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (2.39), namun masih ada 1 (satu) yang masih tergolong cukup, hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Siklus III

Pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas I s.d kelas VI dan guru PAI mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Pelaksanaan observasi didampingi oleh salah satu guru yang ditunjuk sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga dalam melaksanakan penilaian, peneliti dan kolaborator mendiskusikan nilai yang sesuai untuk subjek penelitian. Hasil penilaian siklus III dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 2.71 (baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, semuanya telah dapat mencapai kategori sangat baik.

Adapun prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai nilai rata-rata sebesar 90.48%, skor tertinggi mencapai 95.24%, sedangkan nilai terendah sebesar 85.71%. Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 2.71 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 90.48% hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai kemampuan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (2.71), hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 0.57 Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus I dengan Siklus II

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,55 Peningkatan terjadi pada semua guru.

 

 

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 0.32 Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 1,44 Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 19.05%.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator siklus I dengan Siklus II

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18.37%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 10.88%. Peningkatan terjadi pada semua indikator.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 48.30%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui pembinaan teknik classroom conference dapat meningkatkan kemampuan guru secara perorangan, kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa pembinaan teknik classroom conference mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pembinaan teknik classroom conference di SD Negeri 4 Klambu UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan dengan maksimal. Peningkatan terjadi baik dari nilai rata-rata maupun dari prosentase ketercapaian indikator.

Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 1.27 menjadi 1.84 (peningkatan sebesar 0.57). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 1.84 menjadi 2.39 (peningkatan sebesar 0.55). Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III meningkat dari 2.39 menjadi 2.71 (peningkatan sebesar 0.32). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III meningkat secara keseluruhan dari 1.27 menjadi 2.71 (peningkatan sebesar1.44).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus hingga siklus III mengalami peningkatan sebesar 48.30%. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 42.18% meningkat menjadi 61.22% pada siklus I (meningkat sebesar 19.05%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.22% meningkat menjadi 79.59% pada siklus II (meningkat sebesar 18.37%). Kegiatan siklus II prosentase ketercapaian indikator sebesar 79.59% meningkat menjadi 90.48% pada siklus III (meningkat sebesar 10.88%). Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan pembinaan teknik classroom conference, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkat dengan maksimal.

Implikasi

Jika pembinaan guru dilakukan dengan menerapkan teknik percakapan pribadi tipe classroom conference, guru dapat menyampaikan permasalahan dengan leluasa, dan peneliti dapat menyampaikan sumbang sarannya secara pribadi dan lebih detail, maka melalui pembinaan teknik classroom conferensi dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD hal ini akan berdampak positif pada prestasi belajar dan motivasi belajar siswa, serta dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran.

Saran

Penelitian ini menyarankan kepada UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan, supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah UPTD Pendidikan Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik supervisi yang bervariasi, dengan objek supervisi yang lebih fokus pada pengembangan profesionalisme guru, misalnya dengan menggunakan teknik percakapan pribadi teknik casual conference yaitu teknik percakapan pribadi yang dilakukan secara tiba-tiba. Saran untuk Kepala Sekolah lain, karena banyaknya teknik-teknik pembinaan guru, sebaiknya kepala sekolah berani mencoba teknik-teknik pembinaan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru. Saran untuk guru, sebaiknya guru selalu berpartisipasi aktif setiap kali dilakukan supervisi, dengan berani mengemukakan permasalahan yang dihadapi apa adanya, sehingga supervisor dapat mengambil langkah yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Darajat, 2006. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hawi, A, 2013. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ibrahim, M. dkk., 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Moekijat, 2009, Tata Laksana Kantor, Bandung: Mandar Maju

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers: Jakarta

Sagala, Syaiful. 2010. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: AlfabetaTerbuka.

Sahertian, Piet A. 2006. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana. Bandung: CV. Yrama Widya.