Upaya Peningkatan Kompetensi dan Kinerja Guru Melalui Supervisi Kependidikan
UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KINERJA GURU
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MELALUI SUPERVISI KEPENDIDIKAN DI SD N GUNUNGTUMPENG 02
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Malikhah
SD Negeri Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Tujuan dari kegiatan penelitian sekolah (PTS) ini adalah untuk mengetahui apakah pengawasan pengawasan pendidikan mempengaruhi hasil kompetensi dan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran SDN Gunung Tumpeng 02 Kecamatan Semarang Tahun Akademik 2019/2020. Penelitian ini merupakan tindakan sekolah (PTS) dengan model yang diusulkan oleh Arikunto dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah 7 guru di Kecamatan Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dan nontes tes dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamatan terhadap hasil kompetensi supervisi pendidikan dan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran berhasil meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Hal itu bisa dilihat dari semakin besarnya nilai guru siklus I dan II. Siklus satu mendapat nilai rata-rata 69. Sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata 94. Walaupun tidak mencapai 100 namun hasil ini cukup memuaskan sehingga penelitian dihentikan sampai siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengamatan terhadap supervisi pendidikan sangat berpengaruh terhadap kompetensi dan kinerja guru dalam pengajaran di SD N Gunung Tumpeng 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Saran yang diberikan adalah pengamatan ini terus dilakukan tidak hanya pada bulan-bulan tertentu saja tapi harus rutin tiap bulan
Kata kunci: Observasi, Kompetensi dan Kinerja, Pembelajaran mengajar.
Top of Form
Bottom of Form
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan Iptek yang berdampak pada kemajuan kehidupan manusia dewasa, ini telah membawa aplikasi tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebagai lembaga yang menyiapkan sumber daya manusia, pendidikan diharapkan harus mampu mengimbangi percepatan kemajuan tersebut. Sebagaiman diamanatkan GBHN bahwa pembangunan bidang pendidikan perlu mendapat prioritas dengan sasaran menyiapkan sumber daya terdidik yang relevan dengan kebutuhan pembangunan. Oleh karena itu, pemangunan pendidikan di Indonesia dewasa ini diarahkan pada masalah peningkatan mutu dan relevansi, disamping masalah pemerataan dan efisiensi pendidikan. Pemerintah (Depdiknas) telah menggariskan sebuah kebijakan untuk membenahi bidang pendidikan, satu diantaranya adalah kebijakan tentang pendidikan Sekolah Dasar.
|
Di Level pendidikan Sekolah Dasar, upaya perbaikan makin diintensifkan dengan anggaran maupun sarana serta fasilitas belajar terus ditingkatkan. Namun kondisi pendidikan di tanah air hingga dewasa ini masih diliput oleh berbagai permasalahan. Secara kwantitatif masalah ini berkenaan dengan masalah kekurangan guru, masih banyak anak yang perlu bersekolah, tingginya angka putus sekolah (Droup Out) dan adanya perbedaan angka partisipasi kasar dan murni antara daerah perkotaan dan pedesaan. Sedangkan secara kualitas indikatornya antara lain adalah rendahnya daya serap anak didik, kurang relevannya program-program pendidikan dan semakin banyak lulusan sekolah menengah umum yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, satu diantaranya adalah faktor guru, yang beupa: (1) kurang memahami konsep ajaran. (2) Lemah dalam aspek peadadogis, dan (3) tidak menguasai metode-metode yang relevan dalam proses belajar mengajar. Mengenai rendahnya kompetensi guru secara menyeluruh memang sukar dibuktikan, karena belum tersedianya studi yang secara komprehensif tentang hal tersebut. Tingginya kompetensi guru dapat dilihat dari kemampuan mengadakan perencanaan kegiatan belajar mengajar, baik berupa perencanaan materi, alat, maupun metode yang sesuai sehingga tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryabrata (1984: 247 – 248) sebagai berikut:
Karena kenyataan bahwa “belajar” dan “mengajar” adalah masalah setiap orang, maka jelaslah kiranya perlu dan pentingnya menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu, terlebih-lebih bagi kaum pendidikan profesional supaya kita menempuhnya dengan lebih efisien dan seefektif mungkin.
Berkembang tidaknya suatu pelaksanaan tugas guru, sebagian besar sangat ditentukan oleh kemampuan guru tersebut dalam merencanakan kegiatan belajar sebelum mengajar. Namun dalam kenyataan sehari-hari, masih ada di antara guru-guru yang belum mampu atau tidak memiliki keterampilan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, bahkan ada diantara guru yang tidak ada persiapan dalam mengajar. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai permasalahan yang diduga di atas, studi ini ingin meneliti tentang kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SD N Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang.
Rumusan Masalah
Kompetensi guru mencakup dimensi yang luas dan studi ini dibatasi pada salah satu dimensi yaitu kompetensi mengajar yang merupakan bagian dari kompetensi profesi guru.
Sesuai dengan latar belakang masalah secara umum rumusan masalah yang dianjurkan adalah sampai dimana penguasaan kompetensi guru SD dilihat dari mengajar ?
Ada beberapa variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Bagaimana guru-guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang menentukan perencanaan pembelajaran ?
- Bagaimana guru-guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang melaksanakan proses pembelajaran ?
- Bagaimana guru-guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang menilai prestasi belajar siswa ?
- Bagaimana guru-guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Penilaian?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana penguasaan kompetensi guru SD N Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bila dilihat dari sepuluh variabel penelitian, maka tujuan umum itu dapat dielaborasikan dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik:
- Untuk mengetahui ragam kompetensi guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
- Untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang terabaikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Manfaat Penelitian
Dalam hal ini untuk mengungkapan kondisi permasalahan guru, khususnya kompetensi mengajar SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang, oleh karena itu penelitian ini memiliki relevansi praktis dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang digalakkan pemerintahan saat ini, seperti kebijakan peningkatan mutu guru, sehingga temuan penelitian ini dapat dipakai oleh pihak terkait untuk memperbaiki keadaan sesuai dengan kebijakan yang digariskan pemerintahan.
LANDASAN TEORI
Supervisi Pendidikan
Menurut Ametembun, (1971: 1), pengertian supervisi dilihat dari terminologi supervisi berasal dari bahasa Inggris ”supervision” terdiri dari dua kata ”super” dan ”vision” berarti ”atas” dan ”melihat”. Supervisi berarti melihat dari atas atau menilik pekerjaan secara keseluruhan. Orang yang melakukan kegiatan supervisi ini disebut supervisor.
Pengertian supervisi yang lain dikemukakan oleh Made Pidarta (1999: 5), yaitu supervisi merupakan suatu proses pembimbingan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah terhadap guru dan personalia sekolah lainnya yang bertanggungjawab atas proses pembelajaran dengan harapan siswa dapat belajar secara efektif dan prestasi belajar yang semakin meningkat.
Menurut Olivia dalam Neagley dan Evans (1980: 1), pengertian supervisi yaitu ”supervision is conceived as service to teachers, both as individual and in groups. Supervision is a means of offering to teachers spesializhed help in improving instruction”. Supervisi dipahami sebagai pelayanan terhadap guru, baik individual maupun kelompok. Supervisi dimaksudkan sebagai bantuan menolong guru-guru dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam supervisi ada seseorang yang memberikan bantuan atau supervisor dan orang yang mendapatkan bantuan dalam hal ini guru.
Pendapat lain dikemukakan oleh Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru (1982: 18), yaitu bahwa supervisi adalah usaha-usaha yang dilakukan petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas sekolah dalam hal memperbaiki pengajaran, menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, dan perkembangan guru, serta merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran serta metode mengajar. Dari pengertian ini secara eksplisit menunjukkan beberapa komponen yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran seperti pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru, adanya revisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran serta metode mengajar. Komponen inilah yang menjadi sasaran atau obyek pelaksanaan supervisi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 3), supervisi adalah melihat bagaimana dari kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting pembinaan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar mampu bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada dasarnya lebih didasarkan pada upaya bagaimana membina para guru dalam rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang, memecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus memperlakukan guru sebagai orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang lebih baik, sehingga tidak terkesan pelaksanaan supervisi hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugas tetapi lebih diarahkan pada proses pembinaan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi pendidikan merupakan aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah dalam rangka meningkatkan performansi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas mengajarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran agar lebih efektif. Pelaksanaan supervisi tidak hanya menilai penampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran melainkan esensinya yaitu bagaimana membina guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Kinerja Guru
Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (LAN, 1992). Sementara itu, menurut August W Smith, kinerja adalah performance is outout derives from processes, human or otherwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ability, capacity, held, incentive, environment, dan validity. (Noto Atmojo, 1992).
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
Ukuran kinerja menurut TR. Mitchell (1989) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative, and communication. Keempat komponen tersebut merupakan ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya, seperti 1) bekerja dengan siswa secara individu; 2) persiapan dan perencanaan pembelajaran; 3) pendayagunaan media pembelajaran; 4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan 5) kepemimpinan yang aktif dari guru.
Ada sepuluh kompetensi dasar guru yang harus dikuasai oleh seorang guru, antara lain ; 1) menguasai bahan/materi pelajaran; 2) mengelola program pembelajaran; 3) mengelola kelas; 4) menggunakan media dan sumber belajar; 5) me- nguasai landasan pendidikan; 6) mengelola interaksi pembelajaran; 7) menilai prestasi belajar siswa; 8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; 9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan 10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pembelajaran.
Menurut Glasser (1998), berkenaan dengan kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasai guru, yaitu a) menguasai bahan pelajaran, b) mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, c) mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan d) mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh setiap guru yang akan dijadikan tolak ukur kualitas kinerja guru adalah sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN
Persiapan Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang. Alasan utama dari hasil pengamatan langsung dan informasi yang di terima, bahwa sebagian guru di SD N Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarangbelum memiliki kinerja yang baik dalam melaksanaan kegiatan belajar mengajar karena guru belum mampu menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah masing-masing. Hal ini desebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima dan mengingat juga dengan tugas-tugas guru yang sangat banyak dan kompleks dan belum memiliki tenaga tata usaha yang seharusnya dapat membantu tugas kepala sekolah.
Sumber Data
Sumber data dalam PTS ini adalah agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah
Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
- Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah
- Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah
- Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
- Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru
- Observasi digunakan untuk mengamati kompetensi guru
- Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan pelaksanaan pembelajaran pendekatan koop dalam menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah sebelum dilaksanakan supervisi kependidikan, dan pembelajaran sesudah dilakukan supervisi kependidikan.
Selanjutnya dari hasil nilai kemampuan dalam menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah sebelum dilaksanakan supervisi kependidikan dibandingkan dengan hasil sesudah dilaksanakan supervisi kependidikan untuk mengetahui kemajuan hasil yang dicapai dalam tampilan kemampuan kinerja guru di kelasnya.
Pelaksanaan Dalam Penelitian
Siklus I
Perencanaan Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan mulai 01s/d 06 September 2014 di SD N Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang. Pada Jam Sekolah yaitu dari jam 07. 00 – 14. 00 setiap pertemuan. Perencanaan penelitian ini meliputi:
- Rapat koordinator antara kepala sekolah, kepala sekolah, dan guru di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang
- Penentuan jadwal dan subjek penelitian secara bersama-sama
- Menyiapkan bahan bahan yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran yang baik.
Pelaksanaan Penelitian
- Mendiskusikan tentang permasalahan dalam menyusun satuan pelajaran yang baik
- Penyampaian informasi tentang cara penyusunan satuan pelajaran yang baik serta memberikan contoh model satujan pelajaran yang baik
- Mengkaji contoh model satuan pelajaran yang baik dalam kelompok
- Menetapkan format satuan pelajaran yang baik.
Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang menyusun perangkat pembelajaran yang baik di pertemuan tersebut, baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan yang dilakukan oleh kepala sekolah sekolah sekaligus peneliti dalam hal ini, terhadap setiap guru tentang kerjasama, aktivitas, presentasi dalam menyusun perangkat pembelajaran yang baik.
Adapun skala yang digunakan adalah sekala Likert dengan lima katagori sikap yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kolom yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut: skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 = sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 = sangat rendah.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan penyusunan satuan pelajaran yang baik oleh guru-guru di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang, penulis yang belum mencapai hasil maksimal pada siklus I. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada bulan September, di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang, pada jam sekolah dari jam 07. 00–14. 00 WIB. Hal hal yang direncanakan pada dasarnya sama dengan siklus I. Berdasarkan observasi dan refleksi pada siklus I dilakukan perbaikan terhadap strategi dan penyempurnaan pelaksanaan pengajaran di kelas.
Pelaksanan
Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada siklus I diulang pada siklus II dengan modifikasi dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan pada siklus II dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut:
- Mendiskusikan tentang permasalahan atau hambatan dalam memulai pengajaran dengan mengulang pelajaran yang lalu yang baik dibantu oleh guru kelas yang sudah berhasil
- Mempresentasikan hasil satuan pelajaran yang telah dirumusakan sebelumnya.
- Revisi satuan pelajaran dengan baik setelah uji presentasi di kelas dan memberikan instruksi-instruksi secara rinci tentang tujuan pengembangan satuan pelajaran
Observasi dan evaluasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selakukepala sekolah di SD N Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang, saat guru mempraktekkan di depan kelas pada saat pertemuan siklus II, baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan dilakukan terhadap sikap guru dalam mempresentasikan satuan pelajaran dengan pengajaran yang baik dan dengan menggunakan format observasi yang digunakan pada siklus I. Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan siklus II dengan menggunakan format penilaian yang sama dengan aspek pada siklus I. Cara melakukan penilaian terhadap hasil menejerial administrasi yang baik yang disusun sama dengan pada siklus I.
Refleksi:
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan dan hasil evaluasi pada akhir pertemuan siklus dilakukan refleksi. Bila guru-guru di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang memperoleh skor dalam penilaian yang baik final sama atau lebih besar dari 65, maka guru-guru tersebut dinyatakan berhasil, jika kurang dari 65 dinyatakan gagal.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksaan Tindakan
Penelitian ini dilaksakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dengan tahapan sebagai berikut ;
Siklus I
Berdasarkan pengamatan awal oleh penulis sekaligus kepala sekolah di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang, sebagian besar guru-guru belum paham tentang cara menyusun perangkat pembelajaran yang baik, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang mereka dapatkan. Sementara ini semua guru menyelenggarakan PBM tidak menggunakan perangkat pembelajaran yang baik hanya berdasarkan tekstual dan prosedural saja.
Kegiatan diawali dengan mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi dalam menyusun satuan pelajaran yang baik melalui kelompok yang dilajutkan dengan penyampaian informasi tentang cara menyusun perangkat pembelajaran yang baik serta memberikan contoh model satuan pelajaran yang baik.
Berdasarkan data dan refleksi, peneliti dan guru melakukan tindak lanjut yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pada siklus kedua, baik yang berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian.
Pada bagian penilaian ini guru berdiskusi dengan guru lain untuk menentukan tindak lanjut penilaian karena banyak bagian yang belum dipahami oleh guru-guru SD Negeri Gunung Tumpeng 02. Untuk itu, ada beberapa catatan yang perlu ditindak lanjuti pada siklus II, yaitu antara lain: para guru di SD Negeri Gunung Tumpeng 02 perlu mengadakan workshop tentang tindak lanjut penilaian, untuk membicarakan: (a) identifikasi tindak lanjut hasil penilaian, (b) menyususn program tindak lanjut, (c) melaksanakan tindak lanjut, (d) mengevaluasi hasil tindak lanjut, (e) menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Siklus Kedua
Berdasarkan pelaksanaan dan tindak lanjut penelitian tindakan ini diperoleh berbagai data, baik itu dari guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, siswa yang sedang belajar, maupun supervisor yang sedang melaksanakan supervisi. Pada siklus II ini supervisor memberikan berbagai macam contoh teknik penilaian dan contoh tindak lanjut hasil penilaian.
Dari hasil observasi terhadap sikap guru pada siklus II ini banyak mengalami perubahan bahkan guru-guru lebih meningkatkan kerjasamanya.
Hasil Tindakan
Hasil penelitian terhadap kompentensi guru dalam melaksanakan tugas kegiatan mengajar di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarangdicatat dalam tabel berikut:
Tabel 9:. Analisis terhadap kompetensi guru
No. | Hal yang diamati | Siklus I | Siklus II | ||
Jumlah guru yang berhasil | Persentase
Keberhasilan |
Jumlah guru yang berhasil | Persentase
Keberhasilan |
||
1. | Penentuan Perencanaan | 36 | 57 | 60 | 95 |
2. | Melaksanakan Pembelajaran | 54 | 70 | 72 | 94 |
3. | Menilai Prestasi Belajar | 45 | 78 | 59 | 94 |
4. | Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Penilaian | 24 | 69 | 33 | 94 |
Rata-rata | 40 | 69 | 56 | 94 |
Data yang diperoleh dari hasil observasi pada siklus I dan siklus II sikap guru dalam menentukan perencanaan, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian sudah baik, dengan rata-rata presentasi keberhasilan sebesar 81, guru-guru di SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang sangat antusian melaksanakan penyusunan satuan pelajaran dan mempraktekkannya dengan baik. Sedangkan dari hasil penilaian terhadap penilaian dalam implementatif di kelas cukup baik.
Memperhatikan hasil pada siklus II melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini sudah ada peningkatan kemampuan guru-guru SDN Gunung Tumpeng 02 Kabupaten Semarang dalam menentukan perencanaan, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian sudah baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.
Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi: (1) peningkatan kinerja guru dalam menyususn rencana pembelajaran, (2) peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, (3) peningkatan kinerja guru dalam menilai hasil prestasi belajar siswa, (4) peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa.
Berdasarkan peningkatan kinerja guru, baik rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, maupun pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian siswa, sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Saran-Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan ini maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan oleh peneliti kepada pengambil kebijakan sekolah, diantaranya adalah:
- Supervisi terhadap semua guru sangat perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dan sebaiknya ditetapkan diawal tahun pelajaran atau diawal semester.
- Supervisi Akademik ternyata membawa perubahan peningkatan kinerja guru dan peningkatan hasil belajar siswa jika dilaksanakan secara berkesinambungan
- Supervisi Akademik akan bermakna atau berarti jika supervisornya memang sudah mampu pada mata pelajaran yang bersangkutan.
- Kepala sekolah perlu memberi kesempatan pada guru-guru yang dianggap lebih senior untuk mebimbing atau mensupervisi guru lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, Zainal. 2008. Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Kepala Sekolah Berprestasi Pengawas Sekolah Berprestasi. Bandung: Yrama Widya.
Bahrum, W. , (998). Kompetensi guru naskah mata kuliah penelitian, unsyiah, Medan.
Depdiknas, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
__________, 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
__________,2004. Kurikulum 2004 Pedoman Pemilihan Bahan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
__________, 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Supervisi Pengajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
__________, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah. Jakarat: Depdiknas.
__________, 2003. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Jakarta: Depdiknas.
__________, 2001. Menejemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Johnson, W. R. (1982). The principalshipof competention and function. Row publishere, New York, USA.
Herabudin, Drs. M. Pd. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Rosda Karya.
Munir, Abdullah. 2008. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Oteng Sutisna. (2004). Penyusunan Satuan Pelajaran Untuk Praktek Mengajar. Bandung: Angkasa.
Purwanto, Ngalim. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Santoso, S. (2002). Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Citra Pendidikan.
Solehuddin, M. (2000). Konsep Casar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Subino. (2001). Bimbingan, Rancangan, Pelaksanaan, Analitik dan Penulisan. Bandung: ABA Yapari.
Roseshine, S (1988). Competition studies of pupils CV Rajawali, Jakarta
Yoesoef, T. D. , (1997). Profesi pendidikan, unsyiah Banda Aceh