UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBACA INTENSIF

MELALUI PENERAPAN METODE “MEMBATIK”

PADA SISWA KELAS XII MIPA.1 SMA NEGERI 1 GUNTUR DEMAK

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Suprapto

SMA Negeri 1 Guntur Demak Jawa Tengah

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan Kelas (PTK) sangat sering didengar, tetapi relatif jarang dilakukan oleh para guru Bahasa Indonesia SMA, terutama di Kabupaten Demak. PTK yang dilakukan di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak ini merupakanan karya pemula untuk meningkatkan kinerja guru. Hasil PTK berjudul: “Upaya Peningkatan Kompetensi Membaca Intensif Melalui Penerapan Metode “Membatik” Pada Siswa Kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 ”, memperlihatkan bahwa pembelajaran yang bervariatif telah meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca intensif. Siswa menjadi semakin senang membaca. Hal itu terbukti berdasarkan hasil analisis dari intrumen yang digunakan, antara lain lembar evaluasi, lembar observasi, angket, dan catatan. Lembar evaluasi memperlihatkan fakta bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan dari Siklus I ke siklus II. Tingkat kelulusan KKM nya mencapai 23%. Pada siklus I tingkat pencapaian KKM 67% dan pada siklus II mencapai 90%. Berdasarkan hasil lembar observasi selama tindakan dilakukan diperoleh hasil peningkatan kinerja guru dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Guru memperbaiki kekurangannya dalam memberikan penguatan pada siklus I dan siswa menjadi lebih aktif bertanya dan antusias menjawab pertanyaan guru. Hasil polling angket aplikasi metode pembelajaran “membatik” menunjukkan fakta bahwa 80% menyukainya, 10% lebih suka cara lama, dan 10% tidak memberikan tanggapan. Para siswa menyukai penerapan metode pembelajaran “membatik” karena mayoritas berpendapat bahwan metode ini menarik, variatif, tidak monoton, memberi peluang siswa lebih aktif, melatih kemandirian, kerja sama, dsb. Dari catatan-catatan peneliti dan observer selama proses tindakan diperoleh fakta bahwa teknik membaca intensif siswa mengalami kemajuan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan fakta-fakta di atas, sudah selayaknya jika pembelajaran di kelas diterapkan berbagai model pembelajaran agar lebih variatif, menarik, lebih melibatkan siswa, dan sebagainya. Agar Pembelajar berlangsung lebih baik dari waktu ke waktu, berbagai Penelitian Tindakan Kelas lainnya perlu dilakukan.

Kata kunci: kompetensi membaca intensif, metode membatik

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia merupakan hal yang tidak bisa lagi ditawar-tawar. Perbaikan kualitas SDM bangsa ini adalah sebuah keniscayaan. Berdasarkan data dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dam Kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2011, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI), berada di posisi 69 dari 127 negara. Dari data tersebut telah tergambar letak kualitas SDM Indonesia.

Tuntutan akan perbaikan mutu SDM ini seirama dengan kemajuan zaman. Zaman yang terus maju dan berkembang mengharuskan peningkatan kualitas SDM, jika tidak ingin kiaan tertinggal dengan bangsa lain yang lebih dulu maju.

Sumber daya manusia dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Salah satu parameter kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa adalah kualitas dunia pendidikannya. Semakin tinggi kualitas pendidikan sebuah bangsa, maka akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya. Dengan demikian, peran dunia pendidikan dalam meningkatkan SDM sangat strategis. Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk melahirkan generasi yang berkualitas (Aqib, dkk, 2011: 28).

Untuk menciptakan manusia berkualitas, maka tentu saja diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Peningkatak kualitas pendidikan tentu harus selalu diupayakan dengaan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan mutu pembelajaran, maka siswa pun akan lebih termotivasi untuk belajar. Kreativitas siswa juga dapat meningkat. Dari ranah afektif, sikap siswa pun semakin positif. Pengetahuan dan psikomotor siswa jg kian bertambah serta terlatih.

Namun demikian, untuk mewujudkan kualitas pembelajaran yang berkualitas itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai kelemahan dalam upaya mencapai misi tersebut masih terdeteksi dengan jelas. Salah satunya adalah masih rendahnya minat baca di kalangan pelajar. Padahal, membaca merupakan salah satu kunci kerhasilan visi dan misi pendidikan.

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia hingga kini masih menjadi salah satu kendala bagi bangsa ini. Bukan saja hal ini terjadi di kalangan umum, bahkan di lingkup yang lebih kecil pun, misalnya pendidikan, persoalan rendahnya minat baca ini terlihat kasat mata dan seolah menjadi kendala klasik. Ironis. Salah satu indikatornya adalah relatif lengangnya pemustaka di perpustakaan sekolah. Sebagai contoh, hanya sekitar 10% saja siswa yang dengan inisiatif sendiri berkunjung ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Guntur Demak. Kondisi serupa pun disinyalir terjadi di sekolah lain.

Kondisi sedemikian ini diperparah oleh metode pembelajaran membaca di kelas, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia yang cenderung masih tradisonal. Pembelajaran masih dilakukan secara “sama” selama bertahun-tahun. Sehingga pengalaman belajar siswa pun dari tahun ke tahun relatif sama. Padahal, ada banyak metode pembelajaran yang lebih menarik untuk diaplikasikan.

Akibat pembelajaran membaca dengan metode yang sama dan ketinggalan zaman secara turun temurun ini, pembelajaran membaca menjadi cenderung membosankan bagi siswa. Siswa menjadi cenderung malas membaca. Malas membaca berakibat kompetensi membaca siswa pun cenderung kurang. Padahal membaca adalah salah satu tulang punggung dunia pendidikan. Kemampuan membaca bukan hanya berguna dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi justru akan sangat bermanfaat untuk semua mata pelajaran.

Salah satu parameter kurangnya kompetensi membaca siswa adalah kekurangmampuan siswa memahami wacana, memahami pertanyaan, serta menjawab pertanyaan berdasarkan wacana yang diberikan. Tidak mengherankan jika Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memperoleh nilai relatif rendah dalam Ujian Nasional secara umum.

Fenomena kurangnya kemampuan siswa membaca intensif berakibat kurangnya minat belajar siswa, terutama di luar kelas. Demikian juga yang terjadi di SMA Negeri 1 Guntur Demak. Kemampuan membaca intensif siswa cenderung kurang. Di antara sebelas rombongan belajar di SMA tersebut, para siswa di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak merupakan salah satu yang secara klasikal kemampuan membacanya paling kurang. Oleh karena itu, siswa di kelas ini dipilih menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini. Untuk itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada kelas ini.

Berdasarkan ilustrasi di atas, kiranya perlu dilakukan revitalisasi pembelajaran membaca dengan metode yang lebih variatif. Salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran “membatik”. Melalui metode pembelajaran ini, maka akan terjadi suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Muaranya adalah mampu mangatrol kompetensi membaca dan minat baca siswa.

Identifikasi Masalah

(1). Pembelajaran membaca masih berjalan monoton. (2). Metode pembelajaran masih konvensional dan cenderung semrawut. (3). Rendahnya kemampuan siswa menjawab pertanyaan berdasarkan wacana. (4). Masih rendahnya kolaborasi antara guru dan siswa. (5). Bahan bacaan masih kurang variatif.

Rumusan Masalah

Apakah penerapan metode pembelajaran cooperative integrated reading composition dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam Penelitian Tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam membaca intensif melalui penerapan model pembelajaran cooperative integrated reading compositio.

Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan model pembelajaran cooperative integrated reading composition, kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun 2015/2016 akan meningkat.

Manfaat Penelitian

Untuk siswa: Memotivasi siswa untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam pembelajaran sehingga siswa mampu meningkatkan kompetensi membaca intensif.

Untuk guru: Memotivasi guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dalam melaksanakan pembelajaran,tidak monoton, dan konvensional. Di samping itu, dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru (Saudagar dan Ali idrus, 2009: 33)

Untuk satuan pendidikan: Meningkatkan kinerja guru yang bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan di satuan pendidikan.

Untuk Pemerintah: Menunjukkan keberhasilan dalam upaya peningkatan kualitas guru dan semua stakehoulder pendidikan nasional.

KAJIAN PUSTAKA

Kompetensi

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap saat.

Gorgon (1988:109) dalam weblog.pendidikan.blogspot.com mengatakan bahwa kompetensi mengandung aspek atau ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat. Ustyah (1982) dalam wawan junaidi.blogspot.com berpendapat bahwa kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.

Sedangankan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 584), kompetensi berarti kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batimah. Jadi secara umum, kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan.

Membaca

Membaca merupakan salah satu aspek kebahasaan. Menurut Snow (dalam wawan-satu.blogspot.com), membaca adalah suatu proses pemberian makna pada materi yang tercetak dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf tertulis dan susunan suara bahasa oral untuk mendapat pengertian. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 83), membaca bermakna melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau daalam hati).

Intensif

Secara umum, intensif dapat diartikan mendalam. Dalam www.artikata.com, intensif adalah secara sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu hingga memperolah hasil maksimal. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia(2005: 438) arti intensif seperti yang ada di situs www.artikata.com.

Metode Membatik

Pengertian

Membatik disini adalah akronim dari membaca tidak konvensional. Pengertian membaca telah disampaikan pada bagian 2.2. Adapun pengertian konvensional menurut ahli adalah sebagai berikut. Di dalam penelitian ini, istilah membatik mengacu kepada salah satu model pembelajaran, yaitu cooperative integrated reading composition (CIRS). Dalam pembelajaran model CIRS, terdapat kegiatan membaca yang tidak konvensional. Oleh karena itu, istilah mematik dipergunakan sebagai salah satu bentuk implementasi model pembelajaran CIRS yang telah mengalami modifikasi dan adaptasi sesuai lingkungan belajar.

Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition

Model adalah resepresntasi realitas yang disajikan dengan suaatu derajat struktur dan urutan (Ricky, dallam modul PTK Rayon 8 LPTK Jambi). Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) merupakan model pembelajaran membaca yang melibatkan siswa secara berkelompok. Dengan cara ini, siswa tidak akan merasa bosan belajar membaca. Apalagi dengan duperlakukannya pendidikan berkarakter bangsa, model pembelajaran ini dapat memupun jiwa mandiri, kerja sama, menghargai, berani, dan sebagainya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model CIRC: (1).Guru mengelompokkan siswa secara heterogen yang terdiri atas 4 siswa per kelompok. (2). Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topik pembelajaran. (3). Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide-ide pokok setiap paragraf dan memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping yang ditulis pada lembar kertas. (4). Siswa mempresentasikan /membacakan hasil kelompok (5). Guru dan siswa membuat simpulan bersama. (6). Penutup ; Model pembelajaran CIRC membantu guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Siswa menjadi jauh lebih aktif karena siswa menemukan ide-ide pokok bacaaan secara mandiri berkelompok. Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran ini, maka minat baca sisea semakin meningkat.

Pengelolaan Kelas

Keterampilan pengelolaan kelas secara praktis berkaitan dengan usaha mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas (Fahurrohman dan Sobry Sutikno, 2007:107-108). Untuk menciptakan kondisi kelas merupakan perbuatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan dengan memberi ramalan atau prediksi iklim kelas yang kemungkinan akan terjadi. Sedangkan mempertahankan kondisi kelas merupakan respons langsung atas peristiwa yang terjadi dalam suasana nyata kelas.

Mengembangkan iklim kelas memiliki arti menata ulang kondisi kelas yang kurang akseptabel. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan memodifikasi siswa serta penerapan model pembelajaran yang menarik, misalnya penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).

Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan secara online, ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan dan dipublikasikan di internet. Namun sejauh penelusuran yang dilakukan secara manual, maupun online, belum ada penelitian serupa di wilayah Kabupaten Demak. Oleh karena itu, penelitian ini sangat perlu dilakukan.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak yang berlokasi di Kabupaten Demak. Jumlah siswa 21 orang, 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan latar belakang ekonomi, sosial, dan etnis heterogen. Penelitian dilakukan selama dua bulan yakni pada bulan Maret – April 2016.

Persiapan Penelitian

Guna memperlancar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah dipersiapkan instrumen dan penilaian, yakni berupa lembar evaluasi, lembar observasi, angket, dan catatan.

 

Siklus I

Mempersiapkan berbagai keperluan penelitian tenaga peneliti, observer, berbagai lembar observasi, lembar evaluasi, serta konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Membatik.

Guru memberikan penilaian kinerja siswa. Guru dan siswa memberikan apresiasi atas kinerja kelompok

Refleksi siklus I dilakukan peneliti/kolaborator bersama observer. Siklus II dilakukan berdasarkan refleksi pada siklaus I.

Siklus II

Hampir sama dengan siklus I, peneliti mempersiapkan semua keperluan dalam penelitian tindakan kelas, antara lain tenaga peneliti, observator, berbagai lembar observasi, lembar evaluasi, kertas catatan, angket, serta perangkat pembelajaran.

Guru memberikan penilaian kinerja siswa. Guru dan siswa memberikan apresiasi atas kinerja kelompok

Teknik dan Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, guru/peneliti menggunakan beberapa intrumen dan penggunaannya sebagai berikut:

Pencatatan dilakukan selama kegiatan berlangsung yang meliputi catatan persiapan, pelaksanaan, dan penelitian sebagai perekam kegiatan setiap siklus. Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data real yang tidak ada dalam lembar evaluasi dan observasi penelitian.

  • Lembar evaluasi

Teknik tes dilakukan setiap siklus untuk mengetahui daya serap daya serap siswa dalam membaca intensif. Hasil tes dituangkan dalam lembar evaluasi.

  • Lembar observasi

Observasi dilakukan secara bersama oleh guru/kolaborator. Suprapto, S.Pd, M.Si sebagai guru yang mengajar di kelas XII MIPA.1 dan Guru Mapel Bahasa Indonesia yang lain sebagai kolaborator dan observer

  • Angket

Angket dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan seputar kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Membatik kepada siswa untuk mengetahui respons siswa serta berbagai hambatan dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Penganalisisan data dilakukan secara holistik terhadap semua data yang tercatat, melalui catatan, lembar abservasi, lembar angket, serta lembar evaluasi. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang sebenarnya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Penganilisisan dilakukan dari hasil PTK siklus I dan II. Analisis data dilakukan oleh peneliti dan observer. (dalam penelitian tindakan kelas ini, observer juga peneliti).

 

Refleksi

Refleksi dilakukan dua kali, yakni setelah dilakukan penelitian siklus I dan Siklus II. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I. Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I. Dengan demikian perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pada Siklus II lebih baik dibanding pada Siklus I.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Hasil Penelitian

Secara umum hasil penelitian menunjukkan hal positif mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil yang diperoleh. Terlihat peningkatan yang signifikan dalam hal persiapan pada siklus I ke siklus II. Peneliti lebih mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian pada siklus II.

Selama pelaksanaan PTK pun, tampak peningkatan positif dari siklus I ke Siklus II. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap proses pembelaajaran pada Siklus II. Kemampuan guru meningkat. Demikian pula dengan peran siswa dalam pembelajaran yang semakin baik. Dalam beberapa aspek yang diamati, peran serta siswa dalam pembelajaran membaik.

Dengan membaiknya persiapan dan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II, maka implikasinya jelas terlihat pada hasil pembelajaran. Hasil tes memperlihatkan bahwa terdapat kemajuan yang sangat berarti dari Siklus I ke Siklus II. Ada peningkatan kelulusan 23% dari siklus I ke Siklus II. Ketidaklulusan pun berkurang 23%. Meski pun masih ada yang belum mencapai KKM, dalah kelas klasikal, hal itu lumrah.

Berbagai catatan peneliti dan oberver pun memperlihatkan perbaikan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus I

Perencanaan Penelitian

Pada siklus I, guru sebagai peneliti bersama observer telah mempersiapkan segala keperluan dalam penelitian. Berdasarkan pengamatan observer, guru telah mempersiapkan perangkat pembelajaran, media, lembar observasi bagi observer, lembar evaluasi, bahan evaluasi dengan baik (Lampiran 7). Hanya saja terjadi kekurangan media pembelajaran. Handout yang diberikan guru kepada siswa hanya 20 lembar. Padahal jumlah siswa 21 orang. Jadi guru memberikan kliping asli yang seharusnya menjadi pegangan guru kepada siswa yang kurang.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2016 pada jam pelajaran Bahasa Indonesia pada jam ke-7 sampai 8 di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak. Berdasarkan hasil pengamatan observer secara umum guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan. Guru telah membuka pembelajaran, menyampaaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menerapkan model pembelajaran membatik, memberi kesempatan siswa bertanya, melaksanakan penilaian, serta menyimpulkan pembelajaran. Hanya ada satu indikator, yang belum dilaksanakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini, yakni guru tidak memberikan penguatan kepada siswa.

Penerapan metode pembelajaran membatik di kelas XII MIPA.1 telah diterapkan guru dengan bervariasi, disesuaikan dengan kondisi siswa pada jam 7-8. Jam 7-8 merupakan jam rawan bagi siswa karena sudah lewat tengah hari. Waktu-waktu seperti itu umumnya siswa mengantuk, lelah, dan lapar. Dengan penerapan metode pembelajarn membatik, siswa menjadi lebih bersemangat karena semua siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran.

Pelibatan siswa tergambar dari upaya guru membentuk kelompok beranggotakan 4 siswa. Masing-masing siswa diberi tugas. Jadi tidak ada siswa yang tidak belajar. Apalagi setiap siswa harus mendiskusikan hasil tugasnya dengan teman sekelompoknya. Dengan demikian, selain belajar mandiri individual, siswa juga belajar bekerja sama berkelompok.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan observer dan dari catatan-catatan kecil peneliti selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I, secara umum siswa antusias dengan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran membatik. Hanya saja, dari hasil pengamatan dengan lembar observasi pada lampiran 7 terungkap bahwa masih ada ditemukan kekurangaktivan siswa, terutama ketika diminta bertanya atau menjawab pertanyaan guru.

Setelah dianalisis, hal ini terjadi karena keterkejutan siswa akan model pembelajaran yang tidak biasa. Sesuatu yang baru tentu saja tidak akan langsung klop. Perlu waktu untuk benar-benar menyatu. Di samping itu, faktor cuaca dan waktu proses pembelajaran juga memberi andil.

Refleksi

Setelah persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pada siklus I ada beberapa catatan yang dijadikan sumber refleksi bagi guru/peneliti dan siswa, antara lain:

  1. Masih ada 33% siswa yang belum mencapai KKM 68.
  2. Perlu siasat lebih bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran pada jam ke-7 sampai 8.
  3. Pembelajaran berlangsung menarik, tetapi antusiasme siswa, terutama keinginan bertanya dan menjawab pertanyaan guru masih kurang.
  4. Guru belum melaksanakan penguatan pada bagian akhir pembelajaran
  5. Teknik membaca siswa masih lemah. Masih ada siswa yang membaca komat-kamit, bahkan terdengar suaranya.

Berdasarkan beberapa temuan ini, maka peneliti/guru memperbaiki pembelajarannya pada pertemuan selanjutnya. Guru melakukan penguatan pada akhir pembelajaran. Pembelajaran agar lebih menarik pada jam-jam rawan, harus ada inovasi dalam pembelajaran. Catatan-catatan ini menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan penelitian pada siklus II.

 

 

Hasil Penelitian Sikluas II

Perencanaan Penelitian

Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II guru sebagai peneliti bersama observer telah mempersiapkan segala keperluan dalam penelitian dengan lebih baik. Berdasarkan pengamatan observer, guru telah mempersiapkan perangkat pembelajaran, media, lembar observasi bagi observer, lembar evaluasi, bahan evaluasi dengan baik (Lampiran 8). Berbagai kelemahan persiapan pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II. Misalnya, kekurangan fotokopi handout bahan pembelajaran pada siklus I, sudah tidak lagi ditemukan.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Guru telah melaksanakan pembelajaran pada siklus II sesuai skenario pembelajaran. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada Selasa, 22 Maret 2016 pada jam pelajaran Bahasa Indonesia pada jam ke-1 sampai ke-2 di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak. Berdasarkan hasil lembar pengamatan observer pada lampiran 8, secara umum guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan. Guru telah membuka pembelajaran, menyampaaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menerapkan metode pembelajaran membatik, memberi kesempatan siswa bertanya, melaksanakan penilaian, serta menyimpulkan pembelajaran.

Kekurangan guru pada Siklus I yakni tidak memberikan penguatan kepada siswa, pada siklus II telah dilakukan sebagai bentuk perbaikan.

Pelibatan siswa tergambar dari upaya guru membentuk kelompok beranggotakan 4 siswa. Masing-masing siswa diberi tugas. Jadi tidak ada siswa yang tidak belajar. Apalagi setiap siswa harus mendiskusikan hasil tugasnya dengan teman sekelompoknya. Dengan demikian, selain belajar mandiri individual, siswa juga belajar bekerja sama berkelompok.

Berdasarkan data hasil evalusi pada siklus II, ternyata ternjadi peningkatan. Pada siklus II ini hanya tinggal 10% siswa yang belum mencapai KKM. Sedangkan 90% siswa telah mencapai KKM. Pada siklus II ini, memang pencapaian hasil siswa belum 100%. Dalam pembelajaran klasikal, hal ini sudah dianggap baik karena siswa memiliki latar belakang heterogen dengan minat yang juga heterogen.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan observer dan dari catatan-catatan kecil peneliti selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus II, Secara umum antusiasme siswa akan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran membatik meningkat. Atensi siswa membaik signifikan. Hanya ada seorang siswa yang permisi keluar sebentar.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan lembar observasi pada lampiran 8 tergambar bahwa telah ada perbaikan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Keaktivan siswa telah terlihat dengan munculnya beragam pertanyaan serta respon siswa dalam menjawab pertanyaan guru.

Teknik membaca siswa juga mengalami perbaikan. Suara riuh ketika membaca sudah berkurang, meskipun komat-kamit masih tampak pada mulut beberapa siswa

 

 

Refleksi

Pada pelaksanaan PTK siklus II terlihat beberapa perbaikan dalam segala lini, mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Berbagai catatan pada refleksi pada siklus I telah mengalami perbaikan, antara lain:

  1. Masih ada 10% siswa yang belum mencapai KKM 68. Turun 23% dari siklus I.
  2. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jam berapa pun, seyogyanya tidak menjadi persoalan. Yang diperlukan adalah inovasi dan variasi dalam pembelajaran.
  3. Antusiasme siswa meningkat karena pembelajaran menjadi lebih menarik dan melibatkan semua siswa. Meskipun pada kenyataannya tetap tidak semua siswa memiliki tingkat antusiasme yang sama.
  4. Perbaikan pembelajaran telah dilakukan guru, misalnya guru telah melaksanakan penguatan pada bagian akhir pembelajaran dan siswa sudah mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru.
  5. Teknik membaca siswa meningkat, meskipun masih terlihat komat-kamit mulut siswa yang seharusnya tidak.

Berdasarkan beberapa catatan diatas, terlihat bahwa keberhasilan peningkatan kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, meskipun belum mencapai 100%.

Meskipun tidak lagi dilakukan siklus III, tetapi guru sebagai peneliti tetap dapat memanfaatkan refleksi pada siklus II sebagai bahan perbaikan diri pada proses pembelajaran pada masa mendatang.

Pembahasan

Berdasarkan data-data dari instrumen yang dipakai dalam PTK pada siklus I dan siklus II dapat dibahasa hal-hal sebagai berikut:

Lembar Evaluasi.

Dari lembar evaluasi pembelajaran pada siklus I dan II dapat disampaikan bahwa terjadi peningkatan hasil secara signifikan. Dari 21 siswa, tingkat kelulusan pencaian KKM pada siklus I 67% dan pada siklus II 90%. Terjadi kenaikan 23%. Demikian juga tingkat ketidak lulusan juga mengalamai penurunan 23% dari 33% pada siklus I menjadi 10% saja pada siklus II. Setelah dua kali siklus dilakukan ternyata tingkat kelulusan belum mencapai kelulusan 100%. Namun hal ini dinilai masih wajar mengingat siswa-siswa kelas XII MIPA.1 3 berasal dari latar belaakang heterogen. Siswa 10% yang tidak lulus KKM perlu mendapat layanan lanjutan berupa remideal pada kesempatan lain.

Lembar Observasi

Berdasarkan hasil lembaran observasi pada sikuls I dan siklus II oleh observer, diperoleh data bahwa baik guru mapun siswa sama-sama memanfaatkan refleksi pada siklus I untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II. Kelemahan guru pada siklus I, yakni tidak memberikan penguatan pada akhir pembelajaran, telah diperbaiki dan dilakukan pada siklus II. Demikina juga peran serta siswa dalam proses pembelajaran meningkap pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah mau bertanya dan juga mampu menjawab pertanyaan guru.

Angket

Fakta yang terungkap pada hasil angket bahwa umumnya siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia. 85% menyukai dan hanya 15% yang tidak menyukainya.

Dari siswa yang menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata 80% menyukai penerapan model pembelajaran baru yang lebih variatif, tidak monoton, melibatkan siswa, menarik, melatih kerja sama, dan sebagainya.

Dengan demikian, PTK ini membuktikan bahwa penerapan metode membatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk KD 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif cocok untuk di terapkan di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak.

Catatan-catatan

Catatan-catatan dilakukan oleh peneliti dan observer selama pelaksanaan siklus I dan siklus II. Catatan ini untuk mengakomodasi dan merekam berbagai peristiwa yang tidak terakomodir di lembar observasi, lembar evaluasi, dan angket. Catatan yang diperoleh dalam PTK ini antara lain, laporan pandangan mata seputar kegiatan membaca siswa. Misalnya, siswa masih membaca dengan berbisik-bisik dan komat-kamit pada siklus I. Pada siklus II, bisik-bisik sudah tidak terdengar, tetapi komat-kamit masih berlangsung, meskipun pelakunya telah berkurang. Ada juga catatan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran, misalnya hanya ada seorang siswa yang permisi keluar ruangan pada siklus II.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian pada Bab I-IV, dapat disimpulkan bahwa Penerapanan metode pembelajaran membatik dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 3 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Keberhasilan itu terbukti berdasarkan beberapa fakta yang terekam selama penelitian berlangsung, antara lain berdasarkan hasil lembar evaluasi, hasil lembar observasi, hasil angket, serta berbagai catatan peneliti dan observer.

Meskipun penerapan metode pembelajaran membatik belum mampu peningkatan kompetensi membaca intensif siswa hingga 100%, tetapi penelitian ini dinilai berhasil. Hal ini dianggap lumrah karena PTK dilakukan pada kelas klasikal yang memiliki siswa dengan latar belakang etnis, ekonomi, agama, dan strata sosial heterogen.

Saran

Melihat keberhasilan pembelajaran di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan metode pembelajaran membatik pada KD 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif, maka guru Bahasa Indonesia SMA dapat mencoba menerapkan model ini pada pembeajaran Bahasa Indonesia di sekolah masing-masing.

Budaya intelektual, salah satunya melakukan penelitian kecil seperti PTK ini hendaknya dapat dilakukan lagi pada masa mendatang oleh semua guru Bahasa Indonesia SMA dimana pun berada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Reflika Aditama

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus, 2009. Pengembangan Profesional Guru. Jakarta: gaung Persada press

Suratno, dkk, 2011. Model Penelitian Tindakan Kelas, Jambi: PLPG Rayon 8

Tim Penyusun, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wawan-satu.blogspot.com, diakses 30 September 2012

Weblog.pendidikan.com, diakses 30 September 2012

www.artikata.com, diakses 30 september 2012